GOTONTALO, ITN- Setiap daerah memiliki keunikan yang dapat dijadikan kenangan, Karawo atau Kerawang merupakan kerajinan yang dapat dijadikan oleh-oleh dari Gorontalo.
Saat memasuki Hotel Aston Gorontalo tempat Indonesiatripnews.com bersama peserta rombongan Press Tour Golontaro yang digelar Biro Komunikasi Kemenparekraf pada akhir Agustus lalu, tampak terlihat patung baju pajangan (manekin) dengan pakaian Karawo khas Gorontalo yang dibanderol dengan harga Rp500 ribu-an. Disampingnya terpasang penjelasan Karawo “The Authentic of Karawo”.

Sejak tahun 1600-an, Karawo telah dikenal sebagai sulaman asli buatan tangan wanita Gorontalo. Proses pengerjaannya disebut Mokarawo. Mokarawo identik dengan wanita Gorontalo.
Karawo mulai muncul kembali sekitar akhir tahun 1960-an. Saat itu Karawo belum diperjualbelikan secara bebas. Tetapi, pembeli datang langsung memesan ke penyulam atau datang langsung ke perajin Karawo. Dapat disimpulkan bahwa Karawo merupakan pesanan ekslusif.

Tahapan pembuatan sulam Karawo terdiri atas tiga tahap, yakni mengiris dan menarik benang, menyulam, dan proses akhir. Pada proses pengirisan dan penarikan benang, batas ketepatan dan ketelitian saat menghitung benang yang akan diiris menentukan kelancaran pembordiran. Tahap penyulaman dilakukan dengan merajut benang mengikuti jalur sulaman.
Untuk mengenal lebih dekat dan membeli kain Karawo, Sumber Usaha Karawo milik Karsum Dunda yang terletak di Jalan Lasim Panigoro, Desa Mongolato Dusun 4, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo menjadi tujuan.
“Karawo itu sulamannya, untuk proses pengerjaannya disebut Mokarawo. Tahapan awal pengerjaan Karawo mengiris kain sesuai pola dan hitungan yang ada di kain. Tidak bisa kurang dan tidak bisa lebih, karena kalau lebih atau kurang menjadi sulit,” ujar pemilik Sumber Usaha Karawo, Karsum Dunda yang telah memulai usahanya sejak tahun 2004.
Istimewanya pembuatan kain ini dilakukan secara manual, dengan menggunakan tangan. Tak heran jika dalam pembuatannya memakan waktu yang lama. Menurutnya untuk menjadi sebuah kain kecil bisa memakan waktu hingga dua atau tiga hari namun itu tergantung dari motifnya.

“Motif Karawo yang besar dan rumit bisa memakan waktu sebulan lebih, dengan proses dimulai dari pengrusakan kain (mengiris dan mencabut benang dari serat kain yang sudah jadi), lalu disulam dengan jarum dan aneka ragam benang sesuai motif yang diinginkan, bisa juga dengan benang emas. Lanjut mengerawang, dan terakhir finishing,” jelasnya.
Selain waktu, pengerjaan kain Karawo juga membutuhkan banyak tenaga. Paling tidak diperlukan tiga orang dengan tugas yang berbeda, yakni ada yang membuat pola, pengiris atau pengurai benang pada kain yang akan dibuat sulaman Karawo yang dilakukan sesuai pola yang diinginkan. Ketiga sebagai penyulam kain yang sudah diurai benangnya.
“Saya memperdayakan 50 perajin Karawo tetap yang sebagian besar ibu Rumah Tangga, dan saya menerima pelajar untuk magang sebagai perajin Karawo. Bagi ibu Rumah Tangga ini bisa menjadi pekerjaan sampingan yang dimulai pukul 11.00-16.00 WITA, ” ujarnya.
Karsum mengatakan, “Tak hanya kain, kerajinan Karawo juga bisa menjadi tas, jaket, dan dompet. Untuk sebuah tas harganya bisa mencapai Rp6 juta hingga Rp9 juta. Untuk bahan mentah (kain Karawo) dengan lebar kain 1,5 – 2,5 meter dibanderol Rp2,5 juta”.

“Untuk kain Karawo dengan lebar 5 meter harga Rp2,5 juta sesudah jadi pakaian bisa harga bisa mencapai Rp3,5 juta, tetapi kami juga menawarkan kain Karawo yang kelas menengah, biasanya ini digunakan untuk seragam. Ada yang Rp400 ribu, Rp 920 ribu dengan lebar 3 meter,” ungkap Karsum yang telah mendapatkan banyak dukungan dari Pemerintah Pariwisata Provinsi Gorontalo, Dekranasda, dan Bank Indonesia.
Menurut Karsum, jika banyak permintaan misalnya butuh 100 kain Karawo untuk event pameran biasanya ia akan mengerahkan para perajin dari pelosok desa. “Kalau wisatawan mancanegara ada yang pesan lewat Bank Indonesia, karena kami binaan Bank Indonesia sejak tahun 2010. Kain Karawo kami sudah ke luar daerah Jakarta dan Jawa Barat,” ujarnya.
Dikesempatan tersebut Indonesiatripnews.com membeli tiga kerudung dengan sulaman benang emas, perak, dan benang warna-warni dengan motif kupu-kupu menjadi pilihan untuk dijadikan oleh-oleh. (evi)