- iklan -

JAKARTA, ITN Dalam menyambut bulan Ramadhan, Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Pusat menyelenggarakan kegiatan wisata religi bertema “Pengenalan Destinasi Jakarta Pusat (Familiarization Trip Wisata Religi Jakarta Pusat Tahun 2023)”.

Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (4/3/2023) ini bertujuan untuk mempromosikan destinasi wisata di Jakarta Pusat ini diikuti 60 orang peserta yang teridiri dari unsur Abang None Jakarta Pusat, Komunitas, Content Creator, Media, dan Panti Sosial Remaja.

Pada kegiatan kali ini Sudin Parekraf Jakarta Pusat mengajak para peserta untuk langsung tur ke lima lokasi destinasi wisata religi di Jakarta Pusat, diantaranya Museum Taman Prasasti, Museum Nasional, Masjid Sunda Kelapa, Masjid Cut Meutia, dan Masjid Istiqlal.

Mengikuti Famtrip Wisata Religi 2023 Sudin Parekraf Jakarta Pusat
Nisan Dokter HF Roll, pendiri sekolah Dokter Stovia (School of Opleiding van Indische Artsen). (Foto. evi)

Pukul 09.00 WIB, Indonesiatripnews.com bersama peserta famtrip lainnya tiba di titik kumpul di Museum Taman Prasasti sekaligus memulai perjalanan untuk mengenal lebih jauh Museum Taman Prasasti. Peserta famtrip dibagi dua, Indonesiatripnews.com dipandu pemandu wisata, Ira Latif.

“Sudah ada yang pernah wisata kuburan dan ke Museum Taman Prasasti sebelumnya?” ujar Ira Latif. Dan ternyata walaupun banyak dari peserta yang mengikuti kegiatan ini dan tinggal di Jakarta banyak juga yang belum pernah ke museum ini bahkan mengetahui taman bersejarah zaman kolonial Belanda.

Awal perjalanan keliling Museum Taman Prasasti Ira menjelaskan, Museum Taman Prasasti ini awalnya merupakan kuburan warga Belanda yang tinggal di Batavia (Kota) dan pada saat itu terkena wabah penyakit dan diputuskan untuk membuat sebuah kompleks pemakaman.

Mengikuti Famtrip Wisata Religi 2023 Sudin Parekraf Jakarta Pusat
Nisan marmer berbentuk perempuan yang sedang menangis. (foto. evi)

“Namun dulu sekitar tahun 1700-an hanya orang-orang kaya dan para petinggi saja yang bisa dimakamkan di tempat ini,” ujarnya.

Tahun 1795 diberi nama Taman Makam Kober atau dalam istilah Belanda, Kerkhof Laan. Pada tahun 1808, pemakaman ini kedatangan banyak sekali nisan pindahan dari Gereja Baru Belanda (Nieuw Hollandsche Kerk) dan Gereja Sion. Pemindahan itu dilakukan atas perintah Gubernur Daendels yang melarang penguburan jenazah di gereja di atas tanah pribadi.

Tanggal 9 Juli 1977, pemakaman ini kemudian diubah fungsi sebagai museum prasasti. Koleksi yang terdapat di dalamnya berupa batu nisan, peti jenazah, kereta jenazah, mausoleum (makam besar), dan beragam patung.

Setiap koleksi di Museum Taman Prasasti memiliki kisah masing-masing.  Di museum ini, pengunjung bisa melihat nisan Dokter HF Roll, pendiri sekolah Dokter Stovia (School of Opleiding van Indische Artsen). Ia adalah penggagas, pendiri, dan pemimpin pertama dari sekolah yang merupakan Sekolah Tinggi Dokter Indonesia. Sekolah Tinggi ini merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia.

Pada nisannya tampak terlihat simbol buku yang menandakan semasa hidupnya ia suka membaca buku.

Mengikuti Famtrip Wisata Religi 2023 Sudin Parekraf Jakarta Pusat
Soe Hok Gie. Soe Hok Gie adalah aktivis pergerakan mahasiswa tahun 1960-an yang dikenal karena ia sangat idealis.

Salah satu koleksi yang menjadi sorotan dari museum ini adalah sebuah nisan marmer berbentuk perempuan yang sedang menangis. Patung perempuan ini tak memiliki nama. Konon, patung ini adalah nisan seorang perempuan Belanda yang bunuh diri setelah suaminya terkena malaria. Padahal, mereka baru saja menikah. Dulu, jenazah perempuan itu dibawa ke pemakaman lewat Kali Krukut dengan arak-arakan mencapai 500 meter.

Ada juga batu nisan Olivia Marianne Raffles, istri dari Thomas Stamford Raffles yang menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda periode 1811-1816. Olivia berusia 10 tahun diatas Raffles, ia meninggal di usia 43 tahun tepatnya tanggal 23 November 1841. Sebelum meninggal, Olivia berpesan ingin dikubur di sebelah makam sahabatnya Layden di Taman Prasasti.

Mengikuti Famtrip Wisata Religi 2023 Sudin Parekraf Jakarta Pusat
Di Museum Nasional, pengunjung bisa melihat daftar nama suku bangsa di Indonesia berdasarkan provinsi. (foto evi)

Berjalan lebih jauh, pengunjung akan melihat batu nisan Miss Riboet, aktris Indonesia tahun 1930 an yang dikenal juga dengan nama Miss Tjitjih. Lalu ada Soe Hok Gie. Soe Hok Gie adalah aktivis pergerakan mahasiswa tahun 1960-an yang dikenal karena ia sangat idealis.

Tampak juga terlihat peti jenazah presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Moh. Hatta, dan masih banyak lainnya.

Museum Taman Prasasti Museum yang terletak di Jalan Tanah Abang I Nomor 1, Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat ini buka pukul 09.00-15.00 WIB setiap hari, kecuali hari Senin. Umumnya wisatawan memerlukan waktu lebih dari satu jam jika ingin menjelajahi seluruh area museum, serta mengamati koleksi batu nisan yang ada. Harga tiket masuk ke Museum Taman Prasasti mulai dari Rp5.000.

Mengikuti Famtrip Wisata Religi 2023 Sudin Parekraf Jakarta Pusat
Peserta famtrip mendengarkan penjelasan dari staf sekretariat Masjid Sunda Kelapa, Reno mengenai sejarah dan aktivitas Masjid Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. (foto. evi)

Museum ini dibuka mulai hari Selasa sampai Minggu pukul 09.00 – 15.00 WIB. Adapaun untuk hari Senin dan hari libur nasional, museum ditutup. Dengan harga Rp5.000 untuk dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa, dan Rp2.000 bagi pelajar sudah bisa mendapatkan tiket masuk Museum Taman Prasasti.

Setelah Museum Taman Prasasti perjalanan peserta famtrip dilanjutkan ke Museum Nasional, Masjid Sunda Kelapa, Masjid Cut Meutia, dan Masjid Istiqlal. (evi)

- iklan -