- iklan -

JAKARTA, ITN- PERJALANAN kuliner Indonesiatripnews.com pada Sabtu (30/3/19) kemarin merupakan perjalanan yang tak hanya sekedar merasakan kuliner, tetapi sekaligus mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari dua acara sekaligus yang digelar Forum Wartapena, yakni “Talkshow Interaktif dan Cooking Challenge”.

Bertempat di restoran Jepang Momiji, Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta, Talkshow dan Cooking Challenge yang mengangkat tema “Peluang Emas Bisnis Kuliner Street Food Nusantara” ini diikuti puluhan peserta kaum ibu yang tergabung  dalam komunitas masak ternama di Indonesia, diantaranya NCC, (Natural Cooking Club), RCFC, ( Rudy Choiruddin Fans Club), Bakuliner, dan Kookpader. Sebagian, merupakan pebisnis kuliner berbasis online yang sedang berusaha agar bisnisnya  “naik kelas”.

“Isu ini menjadi salah satu topik bahasan menarik karena sektor kuliner paling banyak dilirik oleh mereka yang belum berkesempatan bekerja,  dan  ingin mendapatkan penghasilan secara mudah,  dengan modal terbatas. Tahan krisis,  karena orang  membutuhkan makan, dinamis dengan banyaknya varian dan inovasi, serta tidak membutuhkan perijinan yang rumit,” ujar Ketua Pelaksana Event Forum Wartapena, Budi Hartono membuka acara.

Menurut Budi, Salah satu lini kuliner yang senantiasa dicari orang adalah street food atau dikenal pula dengan nama hawker food, alias makanan kakilima. Street food juga  diistilahkan sebagai makanan comfort food, makanan yang membuat perasaan senang,  dan senantiasa di rindukan.

Bisnis Kuliner Bisa Dimulai dari Menu Rumahan yang Otentik
Kiri ke kanan, Chef Abi, Ena, dan Budi Hartono pada acara talkshow di Jakarta. Foto. evi

Di Indonesia, menunya mengacu kepada menu Nusantara yang diolah secara rumahan.  Tradisi street food merata di berbagai belahan dunia dan menjadi ikon wisata kuliner yang menarik.  Selain mudah diakses, menu khas bercitarasa rumahan nan otentik, harga murah dengan pelayanan ramah. Street food dijadikan referensi untuk mempelajari budaya kuliner suatu bangsa.

Street Food Indonesia diklaim menjadi produk unggulan yang kaya ragam, dan varian penyajian. Bisa dibayangkan, jika dari satu menu nasi goreng akan muncul ratusan varian nasi goreng otentik dan yang sudah dimodifikasi, lantas berapa banyak lagi menu street dari varian lainnya?.

Singapura menjadi salah satu negara pelopor bisnis kuliner street food ternama. Menikmati kuliner di negeri ini senantiasa menghadirkan kenyamanan dalam bersantap yang dikemas dalam pengalaman yang tidak terlupakan.  Mereka membesut usaha street food menjadi atraksi wisata mendunia dalam perhelatan akbar “Singapore  Street Food Festival”.

Awalnya, pemerintah Singapura sempat kewalahan dengan banyaknya pelaku usaha street food yang menjamur, menempati sarana publik seperti jalan dan trotoar serta merusak tata kota karena menghadirkan pemandangan yang kurang nyaman dilihat. Standarisasi rasa dan harga makanan pun menjadi  sulit dikontrol. Akhirnya dibuat regulasi usaha street food yang bertujuan untuk menyelamatkan pedagang dan juga pembeli, serta upaya-upaya lain dengan menjadikan street food sebagai salah satu pendapatan negara terbesar di sektor pariwisata.

Mereka memiliki konsep street food moderen, pedagang berseragam, kebersihan mutlak, diantaranya transaksi menggunakan kartu,  bukan uang tunai,  keamanan pangan yang tinggi, harga terjangkau dan tempat berjualan yang nyaman dengan pilihan  konsep klasik dan moderen. Konsep Singapura dalam mengelola street food kemudian dijadikan role model oleh negara lain dan terbukti sukses.

Bagaimana dengan perkembangan street food di Indonesia, walau hadir konsep street food moderen, hal ini masih bisa dihitung dengan jari dan hanya dilakukan oleh pelaku bisnis bermodal besar. Pelaku bisnis yang berkantong tipis melipir dan menjalankan usahanya di atas trotoar, pinggir jalan, halte bus,  taman umum yang tidak terkena biaya sewa lahan. Sebagian lagi  menggunakan gerobak dorong dan door to door memasarkan makanannya. Cenderung seadanya dan mengabaikan aspek keamanan pangan dari asal usul bahan, cara pengolahan, tempat berjualan,  serta kenyamanan bersantap. Konsep ala kadarnya ini, kemudian menimbulkan permasalahan serius terhadap kesehatan, pencemaran lingkungan serta gangguan bagi pengguna jalan.

Founder SaNiNa Art & Culinary Center, Ena mengatakan, “Untuk memulai bisnis kuliner ada tiga yang harus diperhatikan, yakni yang pertama target market, perencanaan bisnis, dan permodalan”.

Sementara pada kesempatan tersebut Sous Chef Hotel Aston Priority Simatupang Jakarta, Chef Abi, menambahkan, “Bisnis kuliner yang penting dan utama adalah masalah kebersihan. Kalau makanan bersih insya Allah pembeli akan tertarik. Kebersihan terutama pada tangan penjual, penjual menggunakan sarung tangan atau alat untuk mengambil makanan”.

Cooking Callange

Selesai talkshow, Ena mendemokan dua inspirasi menu street food yang diprediksi populer sepanjang tahun 2019 buat milenial, yakni Jamu Milenial dan Cassava Stick with Bolognaise Sauce.

Bisnis Kuliner Bisa Dimulai dari Menu Rumahan yang Otentik
Menu Cassava Stick with Bolognaise Sauce.

Jamu menurutnya mengakomodir gaya milenial untuk hidup sehat tetapi tetap nikmat ketika tengah menikmati jamu. Jamu kunyit asam memiliki beragam khasiat diantaranya anti peradangan dan mengurangi produksi gas pada pencernaan.

Pada kesempatn tersebut Ena mempraktikkan minuman herbal yang diolah dengan menggunakan produk  pemurni air merek Cuckoo (khu-khu). Hasilnya Jamu Milenial tersaji lebih nikmat dan lezat dengan tambahan es krim vanila dan sari kelapa.

Dianjutkan dengan menu kedua, yakni Cassava Stick with Bolognaise Sauce, menu ini sekaligus menjadi menu yang dilombakan bagi peserta talkshow.

Terinspirasi dari menu street food populer  Amerika, Ena mengganti kentang dengan singkong yang dipotong tipis memanjang, digoreng dan disiram dengan saus daging istimewa. Menurutnya singkong menjadi naik gengsi, bisa dijual dengan harga yang lebih baik, serta digemari kaum milenial.

Pada kesempatan Cooking  Challenge tiga orang juri, yakni Ketua Forum Wartapena, Solihin, Ena, dan Chef Abi memutuskan kelompok ibu  dari Komunitas RCFC  (dari kategori komunitas) serta Indonesiatripnews.com dan Kartini online (dari kategori media).

“Penilaian utama dari lomba ini ada pada kekompakan saat memasak, kemudian citarasa,  kebersihan, serta penyajian. Esensi dari kekompakkan ini mengandung pembelajaran, bisnis kuliner itu berat, banyak hal yang harus dikerjakan bersama tim oleh tim yang handal,” ujar Solihin.

Selain itu menata makanan di atas peranti saji dengan unsur estetika juga menjadi penilaian yang kuat. Pada kesempatan tersebut peserta lomba menggunakan wadah piring berdisain cantik Vicenza, penampilan singkong jadi terkesan sebagai sajian mewah. (evi)

- iklan -