- iklan -

JAKARTA, ITN– Pada 8 Agustus 2022, Mendikbud Nadiem Makarim menyebutkan tiga dosa besar pendidikan, yakni kekerasan seksual, perundungan/kekerasan, dan intoleransi. Nadiem Anwar Makarim secara resmi meluncurkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (Permendikbud Ristek PPKSP).

“Sejalan dengan isu tersebut sebagai bentuk dari kegelisahan kami, pada 22 Juli 2023 kami dari Creativite Ruang Artspace (alternatif space) dan Edukasi telah melaksanakan program berupa pameran dengan tema ‘Speak Up’ isu kekerasan seksual terhadap anak dan remaja,” ujar Gie Sanjaya Ketua Yayasan Kids Biennale dan Kurator saat Konferensi Pers di Creative Indonesia, Cilandak Tengah, Jakarta Selatan, Sabtu (20/7/2024).

Lebih lanjut ia mengatakan, “Terkait dengan masalah yang sedang terjadi di dunia pendidikan perundungan dan Intoleransi menjadi isu yang penting di Indonesia. Hal ini telah menjadi masalah sosial yang meresahkan, terutama dikalangan anak dan remaja”.

“Sehingga pada 2024 kami membentuk khusus Yayasan Kids Biennale Indonesia yang berfokus pada kegiatan pameran seni dan budaya khusus anak-anak dan remaja. Yayasan ini bergerak melalui seni kontemporer berskala besar, nirlaba, berorientasi publik di Indonesia yang dapat berkolaborasi di kancah Nasional dan Internasional di masa depan,” ungkapnya.

Yayasan Kids Biennale Indonesia Gelar Pameran Bertema “Speak Up 2: On bullying and Intolerance”Biennale Kids merupakan pameran yang diselenggarakan dua tahun sekali dengan partisipasi praktik seni modern serta aktivitas publik intelektual dan budaya dalam menanggapi isu-isu relevan dan menjadi platform anak-anak dan remaja untuk meningkatkan apresiasi seni dan budaya, partisipasi dan inklusi, merangsang kreatifitas, pengembangan emosional dan sosial serta memberikan pengalaman seni yang beragam.

“Merujuk pada Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif. Kami berharap anak-anak dan remaja dapat diberikan kesempatan untuk dapat mempresentasikan karya berupa medium lukisan, kolase, video, patung melalui tema “Speak Up 2: On bullying and Intolerance” dikhususkan untuk anak dan remaja berkebutuhan khusus, difabel, neurodiversity yang berusia 6-17 tahun,” ujar Gie Sanjaya.

Menurutnya tahun ini merupakan bagian dari Road To Kids Biennale Indonesia dimana dua isu tersebut merupakan bagian dari tiga dosa besar dunia Pendidika.

Pameran berlangsung pada tanggal 20 Juli-10 Agustus 2024 berlokasi di Creativite Indonesia, Jl, Cilandak Tengah No. 11A Jakarta Selatan.

Berdasarkan data Kemendibudristek 24,4 persen siswa atau peserta didik yang berpotensi mengalami insiden perundungan di satuan pendidikan atau sekolah. “Tahun ini kami mengajak anak dan remaja berkebutuhan khusus, neurodivergent dan difabel untuk berpartisipasi dalam advokasi, mengkritisi, dan menjadi agen perubahan melalui karya lukis, video, dan game. Sebagian dari peserta (pameris) merupakan penyintas perundungan (bullying) dan intolerance,” ungkapnya.

Gie Sanjaya menyatakan, “Seni adalah jendela bagi anak-anak untuk melihat dunia dengan cara yang baru dan berbeda. Melalui seni, mereka belajar menghargai keindahan, memahami emosi,mengembangkan empati, dan menjadi agen perubahan. Seni adalah investasi untuk masa depan Indonesia yang lebih kreatif, inklusif, dan berbudaya”.

Cornelia Agatha, S.H., M.H., Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta menyatakan “Saya percaya bahwa seni dan kasih sayang mempunyai kekuatan yang besar untuk perubahan. Oleh karena itu saya berharap Kids Biennale Indonesia dapat menjadi platform untuk perubahan bersama”.

“Menjadi wadah bagi anak-anak dan remaja untuk menemukan suara mereka, mengekspresikan diri dengan bebas, dan tumbuh menjadi individu yang kreatif, percaya diri, dan berempati penuh cinta kasih,” ujar Cornelia.

Yayasan Kids Biennale Indonesia Gelar Pameran Bertema “Speak Up 2: On bullying and Intolerance”Pada kesempatan yang sama Ir. FB. Didiek Santosa, Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan “Seni dan budaya adalah alat ampuh untuk perlindungan anak di Indonesia. Melalui ekspresi kreatif, mereka dapat menemukan suara mereka, mengatasi trauma, dan membangun masa depan yang lebih cerah. Kids Biennale Indonesia adalah langkah penting dalam menciptakan ruang aman bagi anak-anak Indonesia untuk berkembang dan menjadi agen perubahan”.

Kids Biennale Indonesia mengajak semua pihak, termasuk orang tua, guru, seniman, dan masyarakat umum, untuk mendukung dan berpartisipasi dalam biennale ini. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas, ekspresi, dan pertumbuhan generasi muda Indonesia.

Beberapa komitmen Kids Biennale Indonesia antara lain:

  • Meningkatkan apresiasi seni dan budaya di kalangan anak-anak dan remaja.
  • Mendorong partisipasi dan inklusi dari berbagai latar belakang.
  • Merayakan dan memperingati Hari Anak melalui kegiatan seni yang menyenangkan dan

mendidik.

  • Merangsang kreativitas dan inovasi melalui eksplorasi berbagai medium seni.
  • Memberikan kesempatan belajar yang berharga tentang seni, budaya, dan isu-isu sosial.
  • Mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan seni dan budaya.
  • Menghubungkan generasi muda dengan seniman profesional untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
  • Mengembangkan keterampilan emosional dan sosial melalui ekspresi kreatif.
  • Mendorong kolaborasi dan koneksi antara anak-anak, remaja, seniman, dan komunitas.
  • Menginspirasi minat seni dan mendorong generasi muda untuk mengejar karir di bidang kreatif.
  • Memberikan pengalaman seni yang beragam dan memperkenalkan anak-anak pada berbagai bentuk seni.
  • Meningkatkan aksesibilitas seni bagi anak-anak dan remaja dari berbagai kalangan.
  • Memberikan dampak positif pada perkembangan anak secara holistik.
- iklan -