JAKARTA, Indonesiatripnews.com: Tak Hanya sekedar kulineran dan wisata belanja, Cirebon juga memiliki banyak wisata sejarah, diantaranya wisata keraton, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.
Masing-masing keraton memiliki Kereta Kencana, di Keraton Kasepuhan tepatnya di Museum Benda Kuno terdapat kereta tertua tercanggih pertama buatan Indonesia, yakni Kereta Singo Barong.
“Kereta Singo Barong dibuat pada 1549 melalui tangan arsitek kereta Panembahan Losari dan dipahat Ki Notoguna dari Kaliwulu atas prakarsa Raja Cirebon Panembahan Ratu Pakungwati I yang berkuasa pada era 1526-1649,” ujar keluarga Kesultanan Cirebon, Prabu Diaz kepada Indonesiatripnews.com saat berkunjung ke Keraton Kasepuhan.
Bentuk kereta ini berupa perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, yakni gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga, dan bertubuh hewan burak.
Belalai gajah bermakna persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Budha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Bentuk kereta itu menjadi bukti bahwa Keraton Kasepuhan yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan kerajaan Islam sudah terbuka, dan telah menjalin hubungan baik dengan bangsa-bangsa lain tanpa membedakan perbedaan baik suku, ras, atau agama.
Pahatan ukiran di kereta ini juga mencirikan budaya khas tiga negara sahabat tersebut. Pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina.
Tiga budaya yakni Buddha, Hindu, dan Islam itu menjadi satu digambarkan sebagai prinsip trisula dalam belalai gajah. Tri berarti tiga, dan sula berarti tajam. Artinya, tiga kekuatan alam pikiran manusia yang tajam yaitu cipta, rasa, dan karsa.
Sedangkan teknologi canggih sesungguhnya terlihat ketita kereta ini berjalan akan tampak seperti terbang. Teknologi suspensi yang dapat menggoyang-goyangkan badan kereta ke depan dan ke belakang yang membuat sayap kereta bergerak-gerak seolah tampak terbang saat melaju.
Teknik suspensi ini tidak menggunakan sistem pegas, tetapi kulit. Ada empat sabuk kulit yang membuat kereta ini lebih nyaman dipakai.
Rodanya punya as sendiri-sendiri yang biasanya dipakai pada mobil Eropa, untuk menjaga stabilitas suspensinya. Roda kereta dibuat menonjol keluar dari jari-jari roda yang cekung ke dalam agar menghindari cpratan aor saat kereta melaju di jalan yang basah. Bahan dan rangka casis nya dibuat dari kayu jati.
Kereta ini merupakan kereta terfavorit yang pernah ditulis dalam salah satu buku koleksi kereta kencana tertua di dunia oleh museum Leiden Belanda. Foto Kereta ini ada di bagian cover buku tersebut karena termasuk kereta antik dan canggih, dengan ukiran berkarakter seolah ada jiwa disitu.
Kereta ini dulu digunakan oleh raja mulai dari Panembahan Ratu Pakungwati I untuk kirab keliling Kota Cirebon tiap tanggal 1 Syura atau 1 Muharram dengan ditarik empat ekor kerbau putih, yang konon memliki tenaga lebih besar untuk mendorong kereta kencana daripada kerbau biasa.
Namun mulai tahun 1942, tak digunakan lagi untuk kirab mengingat kondisinya sudah terlalu tua. Sejak itu kereta ini benar-benar tidak diperbolehkan lagi keluar untuk acara apa pun. Tapi tetap dibersihkan setiap bulan Syura atau Muharam. Membersihkannya dengan air dan sabun lalu ada ukup dan kemenyan untuk menghilangkan jamur.
Kini untuk keperluan kirap merayakan hari lahir Sunan Gunung Jati atau 1 Muharram, digunakan replikanya.
“Selain Kereta Singo Barong di Keraton Kasepuhan, masih ada kereta lainnya, yakni di Keraton Kanoman ada Kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini dibuat oleh Panembahan Pangeran Losari, cucu Sunan Gunung,” ungkapnya.
Kereta ini diperkirakan dibuat tahun 1608 berdasarkan angka Jawa 1530 pada leher badan kereta yang merupakan angka tahun Saka.
Dulu, kereta ini digunakan raja Keraton Kanoman untuk menghadiri upacara kebesaran dan juga untuk kirab pengantin keluarga Sultan Kanoman. Namun sejak tahun 1930, kereta ini tidak digunakan lagi lalu disimpan di Museum Keraton Kanoman.
Kereta yang berukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 2,6 meter ini memiliki badan kereta yang terbagi dua bagian, yakni bagian atas dari kayu sebagai tempat duduk penumpang dan bagian bawah dari besi berupa rangkaian empat roda kereta.
Bagian atas kereta merupakan perpaduan tiga hewan sesuai namanya, yakni burung garuda (paksi), ular naga (naga), dan gajah (liman), yang bermakna kekuatan udara, laut, dan darat. Tempat duduk penumpang berwujud badan gajah yang kakinya dilipat, berekor naga, bersayap garuda, dan berkepala perpaduan antara naga dan gajah. Di bagian kepala, wajah gajah berbelalai mencuat ke atas memegang trisula dan tombak.
Prabu Diaz menambahkan, “Sedangkan di Keraton Kacirebonan namanya Kereta Kencana dibuat pada tahun 1800 oleh salah satu kerabat kesultanan”.