DEPOK, ITN – SUDAH cukup lama keberadaan deretan rumah makan, restoran, dan kafe memanjang di sisi Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Masyarakat yang ingin berkuliner ria, tinggal memilih tempat makan yang sesuai selera dan harga. Salah satu pendatang baru di sektor kuliner yang turut memeriahkan kawasan itu adalah Resto & Catering Loligo milik Indri Hapsari.
Waktu makan siang dan malam hari, masyarakat banyak yang mendatangi tempat-tempat makan tersebut. Mereka tinggal memilih rumah makan, restoran, dan kafe yang ada di kawasan jalan yang tidak pernah ada sepinya itu. Tidak hanya karyawan kantoran yang mencari makan, tapi juga kalangan mahasiswa yang kampusnya bertebaran di Kota Depok.
“Memang kami baru buka sekitar dua bulan yang lalu. Tapi syukur alhamdulillah sudah banyak masyarakat dan pencinta kuliner yang datang dan menikmati olahan masakan di resto kami. Kami juga melayani katering, ” kata Indri Hapsari, pemilik Resto & Catering Loligo, Senin (4/12/17) sore ketika diwawancara IndonesiaTripNews.Com.
Selain untuk kegiatan usaha, Indri dan suaminya Nanang Soengkono ingin membantu program pemerintah untuk memasyarakatkan gemar makan ikan. Program pemerintah itu harus memeroleh dukungan anak bangsa, karena konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih sedikit dibandingkan dengan konsumsi ikan masyarakat di negara-negara tetangga. Padahal lautan di Indonesia terkenal sebagai “gudang”-nya ikan.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), konsumsi ikan nasional di Indonesia perkapita pertahun saat ini mencapai 43, 88 Kg dari sebelumnya 36 Kg/kapita/tahun. Target yang ditetapkan KKP adalah 46 Kg/kapita/tahun. Bahkan Menteri KP Susi Pudjiastuti optimis konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada tahun 2019 mencapai 50 Kg/kapita/tahun. Menurut penelurusan IndonesiaTripNews.Com, konsumsi ikan masyarakat Malaysia sekitar 70 Kg/kapita/tahun, Singapura 80 Kg, dan Jepang sekitar 100 Kg.
“Untuk itulah kami membuka resto ini dengan harapan agar masyarakat mudah memeroleh olahan ikan dengan harga terjangkau. Apalagi di kawasan ini banyak mahasiswa, sehingga mahasiswa pun bisa makan ikan dengan harga terjangkau,” kata wanita yang mengkhususkan diri membuka tempat kuliner sea food ini. Kalau pun ada olahan makanan dari daging ayam, itu adalah pelengkap.
Dengan mengusung bendera Loligo, Indri Hapsari merasa optimis mampu dan berperan serta mendukung program nasional pemerintah untuk memasyarakatkan gemar makan ikan. Karena itu, resto yang buka pada pukul 10.00 hingga 22.00 WIB itu menyajikan beragam olahan ikan, baik ikan laut maupun ikan air tawar. Seperti kita ketahui masyarakat yang mengonsumsi ikan, maka kecerdasan otaknya meningkat.
Baik ikan, kepiting, dan kerang dipilih yang semuanya berkualitas dan fresh, karena Nanang Soengkono merupakan pengusaha Indonesia yang sangat berpengalaman bidang perikanan, terutama perikanan laut.
Dengan chef yang andal, bahan makanan yang berasal dari lautan itu diolah sehingga benar-benar memiliki citarasa lezat. Salah satu yang banyak diminati masyarakat adalah masakan gurame kecombrang. Dengan harga Rp56.000/porsi, ikan gurame itu diolah dengan kecombrang yang rasanya tiada tara. “Satu porsi ikan gurame kecombrang bisa dinikmati oleh dua hingga tiga orang,” kata ibu tiga putri yang cantik-cantik itu.
Olahan ikan gurame itu lebih “seru” lagi dipadukan dengan sambel ceurik yang membuat penikmat makanan bisa “menangis” kepedasan. Tapi bagi masyarakat yang gemar masakan pedas, justru di situlah nikmatnya. Jika makanan tidak ada rasa pedas yang “menggigit”, mereka menilai belum makan.
Tidak hanya gurame kecombrang dan sambel ceurik yang mulai dinikmati oleh pecinta kuliner di Loligo, tapi juga ada masakan lain yang dipastikan mampu menggoyang lidah pelanggan yaitu ayam bambu, nasi goreng sea food, tahu granat, nasi timbel komplet, olahan kepiting, kerang, sup kepala kakap, dan beraneka jus. Di resto itu menyediakan jus Loligo yang terbuat dari campuran caisim, nanas, dan orange. Dengan harga Rp11.000/gelas, jus itu terbukti bisa menurunkan hipertensi.
Untuk memberikan pelayanan bagi pelanggan, pemilik Loligo menyulap bangunan tiga lantai yang dilengkapi wifi itu menjadi tempat nyaman untuk bersantap, baik siang maupun malam. Setiap lantai mampu menampung antara 20 hingga 25 orang, pada lantai tiga dipasang sofa-sofa sehingga bisa digunakan untuk ruang meeting atau latihan paduan suara. Beberapa waktu yang lalu, kata Indri ada konsumen yang memesan lantai tiga untuk kegiatan pertemuan sekaligus latihan paduan suara. “Pengunjung di lantai satu dan dua tidak terganggu dengan adanya latihan paduan suara,” jelasnya.
Pemilik resto yang saat ini mempekerjakan delapan karyawan dan karyawati itu juga menaruh kepedulian terhadap anak-anak di panti asuhan. Setiap hari Jumat, Indri menyiapkan 30 hingga 50 boks makanan gratis untuk dikirim ke panti asuhan.
Untuk membuktikan bahwa Indri dan suaminya mendukung program nasional pemerintah untuk gemar makan ikan, pada dinding lantai satu dan dua terlukis mural Menteri Susi Pudjiastuti “Yang tidak Makan Ikan, Tenggelamkan!!” dan “Jangan Lupa Makan Ikan Setiap Hari!!”
Menjawab pertanyaan IndonesiaTripNews.Com mengenai banyaknya tempat makan di kawasan itu yang sekaligus kompetitor bagi Loligo, tanpa ingin menyombongkan diri Indri Hapsari berucap “silakan adu rasa dan harganya,” katanya sembari tersenyum. Karena memang citarasa masakannya lezat dan harganya memikat, dalam arti harganya mampu dijangkau berbagai kalangan masyarakat. (ori)