JAKARTA, ITN- MEMULAI bisnis baru bukanlah pekerjaan mudah bagi banyak orang, termasuk ibu muda ini. Mimi Wibisono, mantan pramugari yang kini banting stir menjadi pengusaha makanan ringan cookies Mich Kue Almond, menghadapi tantangan luar biasa.
Dana yang terbatas, sulitnya perizinan hingga berbagai penolakan dari berbagai ritel moderen atau hypermarket di Indonesia membuatnya sempat kesal. Belum lagi tantangan menjalankan usaha sekaligus harus menjalankan kodratnya sebagai ibu,dari dua orang anak yang masih kecil.
“Setelah papa meninggal dunia, saya jadi harus kuat karena saya anak tertua. Adik saya masih SMA dan SD saat itu. Saya ujian mulai pukul 08.00-16.00 WIB, lalu pukul 18.00 WIB saya dijemput untuk terbang (sebagai pramugari) ke Amsterdam,” ungkap Mimi Wibisono kepada IndonesiaTripNews.com di Jakarta, Selasa (11/4/17).
Lahir 10 November 1988, pada Hari Pahlawan, memang membawa darah petarung di dalam dirinya. Sepeninggal ayahnya, Mimi terpaksa menjalani kuliah sambil bekerja sebagai pramugari maskapai penerbangan pelat merah di Indonesia. Dan tidak menyerah karena keadaan.
Awalnya Mimi bercita-cita jadi dokter, tapi ayahnya saat itu memiliki pandangan lain. Mimi pun kemudian mengambil kuliah Sastra Inggris di Universitas Terbuka dan Manajemen Entrepreneurship di Binus. Di pertengahan semester ia pun melamar bekerja menjadi pramugari. “Saya ini tidak bisa diam orangnya, mungkin karena keadaan juga yang memaksa,” ujarnya.
Menurutnya saat merintis bisnis ini, ia seringkali tidak tidur karena di satu sisi harus memikirkan anak-anak, dan di sisi lain harus memastikan semua pesanan cookies terpenuhi dan siap dikirim kepada pelanggan.
“Tidak kebayang kesulitan saya, apalagi saya mengurus anak tanpa suster saat menekuni usaha ini,” tutur perempuan kelahiran Solo ini.
Belum lagi soal izin dan upaya menembus toko retail yang bukan main sulitnya bagi pebisnis Usaha Kecil Menengah (UKM). Tapi, Mimi Wibisono sangat menyadari memiliki bisnis sendiri memang memiliki banyak risiko, dan keberhasilan hanya bisa diraih jika mampu menghadapi berbagai tantangan dan bukan menyerah di tengah jalan.
Bermodalkan uang Rp50 juta, ia membangun Mich, dimulai dari kemasan toples hingga kemasan moderen seperti saat ini. Uang itu sendiri diperolehnya dari bantuan modal usaha dari Kementerian Koperasi dan UKM sebesar Rp20 juta dan dari tabungan sendiri sebesar Rp30 juta.
“Sebuah bisnis dimulai dengan trial and error, dan kadang jatuh bangun yang membuat lelah, kadang juga kita menangis. Tapi saya dilatih untuk kuat oleh keadaan, dan bangkit lagi,” cerita Mimi.
Untungnya, bisnis Mimi ini ini didukung kuat oleh suaminya yang bekerja sebagai pilot di maskapai penerbangan yang sama, tempat Mimi dulu menjadi pramugari. Bahkan sang suami rela mengeluarkan sebagian gajinya untuk menutupi cash flow usaha.
“Suami saya sangat mendukung apa yang saya kerjakan sehingga setuju untuk memposkan sebagian gaji untuk cash flow, dan sering ikut memberikan ide-ide serta mau bergantian mengurus anak-anak kalau saya sedang banyak pesanan,” ungkapnya.
Memulai dari Online
Menekuni bisnis cookies, menurut Mimi, bermula ketika dia keluar dari pekerjaan sebagai pramugari tahun 2011, dan menikah dengan seorang pilot yang juga dari maskapai penerbangan pembawa bendera nasional itu.
Saat itu, anak pertamanya lahir, dan Mimi mencari-cari cemilan sehat untuk anaknya. “Di pasaran saya menemukan cemilan tapi ada bahan pengawetnya. Kebetulan saat itu sebagai ibu yang tidak lagi bekerja juga mulai berpikir untuk punya bisnis sendiri. Nah ketemu, saya tertarik untuk membuat cemilan sendiri, dan ternyata banyak teman saya juga suka,” kata Mimi.
Cookies “Mich” diambil dari kependekan nama anaknya Mikaela Christine. Cookies sehat, yang diolah tanpa bahan-bahan berbahaya, atau bahan pengawet dan kimia tambahan. Gulanya pun menggunakan gula asli bukan pemanis.
“Saya memulainya dengan membuat cookies sendiri, dan mulai dengan pekerja dua orang. Sejak dulu saya memang ingin punya bisnis yang nanti bisa menjadi tempat bekerja bagi banyak orang,” sambung Mimi.
Awalnya, Mimi membuat cookies dalam kemasan toples yang mulai dicoba untuk dipasarkan melalui online. Tak disangka, reaksi pasar ternyata bagus, terutama ibu-ibu muda banyak memesan untuk sang ibu maupun anaknya.
“Kebanyakan ibu-ibu muda memesan via online. Saya yakin mereka juga seperti saya dulu yang ingin memberikan anak mereka asupan makanan yang sehat,” ucapnya seraya menyebut akun instagram miliknya, yakni Mich @michtreat.
Melihat banyaknya permintaan itu, Mimi mulai langkah baru dengan mengubah kemasan menjadi lebih moderen, dan melakukan transformasi dalam mendekati pasar yang lebih luas. Izin dari Dinas Kesehatan Tangerang sudah lama dikantongi, termasuk label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Sejak Desember 2016 Mich mulai aktif dengan kemasan baru yang fresh, dan moderen. Diawali dengan cookies Mich kue almon dengan berat 70 gram. Kebetulan kami juga menjadi UKM binaan Dinas Perdagangan Tangerang,” sambung Mimi.
Mich memang cookies yang enak, sehat dan cocok untuk ibu-ibu maupun anak, termasuk mereka yang sedang diet. Cookies ini juga digemari oleh semua kelompok untuk menemani minum teh atau kopi. “Ke depannya kami akan mengeluarkan cookies lain dengan berbeda rasa,” ungkapnya.
“Dari sinilah kendala-kendala baru muncul seiring dengan makin luasnya pasar. Untuk menembus pasar ritel moderen di Indonesia ternyata tidak mudah. Toko ritel meminta Rp60 juta hingga Rp200 juta untuk listing fee, dan jika dalam tiga bulan tidak capai target penjualan maka produk akan ditarik. Ini sangat memberatkan bagi UKM seperti kami,” keluh Mimi.
Mimi mengaku tidak putus asa. Ia percaya selalu ada jalan bagi yang berusaha, dan masih banyak orang-orang baik yang mau membantu perkembangan UKM di Indonesia.
Ia mengatakan, “Setelah mencoba kesana kesini, akhirnya produk kami diterima oleh Carrefour. Saya sangat berterima kasih kepada Carrefour atas komitmennya mendukung perkembangan UKM di Indonesia, tanpa ada uang investasi awal, dan semua sangat transparan lihat saja selalu diawasi dengan CCTV.”
Saat ini, Mich (Kue Almond) menjadi produk kebanggaan dan tetap dipertahankan homemade. Mimi kini mempekerjakan empat orang untuk produksinya, belum termasuk untuk delivery.
Dukungan pun datang dari berbagai pihak, seperti Dinas Kesehatan Tangerang, Dinas Perdagangan Tangerang hingga Kementerian Koperasi dan UKM, dan hingga kini Perusahaan Dagang (PD) Mich menjadi binaan dari Dinas Perdagangan Tangerang dan Kementerian Koperasi dan UKM.