- iklan -

KULON PROGO, ITN- DESA wisata Nglinggo yang berada di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Desa wisata ini menjadi pilihan agenda Press Tour Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) ke “Borobudur Jalur Bedah Menoreh (Kulon Progo)” yang berlangsung selama tiga hari, Kamis-Sabtu (2-4/11/17).

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Homestay Rimbono

Desa Wisata Nglinggo ini mempunyai daya tarik alam pegunungan, trekking, air terjun Watu Jonggol, nuansa pedesaan, perkebunan teh dan kopi. Masyarakatnya masih menjaga tradisi kehidupan Jawa dan kesenian tradisional dalam aktivitas pedesaan termasuk terlibat dalam aktivitas penderesan gula aren, membuat gula aren, memetik teh atau kopi, proses pembuatan teh atau kopi, belajar berternak dan memerah susu kambing etawa.

Dengan keindahan alam yang dimiliki tersebut, tak heran banyak wisatawan yang menjadikan dusun Nglinggo yang berada di area perbukitan Menoreh ini sebagai salah satu tujuan wisata di daerah Kulon Progo.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Wakil Bupati Kulon Progo H Sutejo memberikan cinderamata kepada Khadijah dari Kemenpar berupa plakat dan kain batik khas Kulon Progo bermotif geblek (makanan khas Kulon Progo yang berbentuk angka 8).

Dengan pesawat Batik Air melalui Bandar Halim Perdana Kusuma Jakarta, IndonesiaTripNews.Com bersama 56 peserta lainnya tiba di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Homestay Rimbono.

Rumah Makan Ayam Panggang Mbah Dinem yang terletak di Jalan Yogya-Solo Km-7 Timur Mirota Babarsari menjadi pilihan untuk istirahat, solat, dan makan malam sebelum akhirnya sampai ke Homestay Rimbono yang terletak di Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Peserta Press Tour foto bersama Wakil Bupati Kulon Progo, H Sutejo. Foto humas Kemenpar.

Rimbono Homestay dengan bangunan rumah panggung berbahan kayu dan beratap ijuk milik Melky  ini terlihat unik dan tampak menyatu dengan alam pedesaan yang asri. Hal itu bisa dirasakan ketika malam hari terdengar suara binatang, seperti jangkrik, toke, burung, bahkan kodok (katak).

“Awal mula memutuskan untuk menyediakan homestay karena banyak para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam sunrise dan sunset yang bisa dinikmati dari beberapa spot yang ada di desa ini,” ujar Melkey Binaro pemilik Rimbono Homestay.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Tari Lengger Tepeng

Tidak hanya menawarkan homestay, Melkey yang juga berperan selaku Koordinator Pemasaran Desa Wisata Nglinggo ini menawarkan paket menarik untuk menikmati alam Nglinggo dengan menggunakan mobil Jeep-nya.

Esok harinya, Jumat (3/11/17), peserta press tour mengunjungi Kantor Bupati Kulon Progo yang kemudian mendapatkan penjelasan mengenai pengembangan wisata di Kulon Progo dari Wakil Bupati Kulon Progo, H Suteja.

“Bedah Menoreh merupakan program pemda untuk membangun jembatan transportasi berupa pembangunan jalan sepanjang 60 Km,” ujarnya.

Menurut Bupati, akses tersebut nantinya akan memudahkan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara (wisman) menuju Candi Borobudur.

“Kunjungan ini memang sudah diadkan rutin, kami juga akan mengunjungi beberapa destinasi wisata alam agar menjadi sesuatu hal yang baru dan menarik untuk dipublikasikan,” ujar Khadijah selaku Kepala Bagian Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kemenpar pada kesempatan yang sama.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
IndonesiaTripNews.Com foto di salah satu spot menara pandang Kalibiru.

Lebih lanjut Khadijah menambahkan, “Kunjungan ini juga untuk menjalin silaturahmi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo dengan seluruh wartawan pariwisata nasional, dan diharapkan dapat menggali potensi-potensi yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya wilayah Kabupaten Kulon Progo”.

Dilanjutkan dari tempat tersebut menuju obyek Wisata Alam Kalibiru yang terletak di perbukitan Menoreh, Hkm petak 29/30 Kabupeten Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasi Kalibiru yang indah ini berada di ketinggian 450 m di atas permukaan laut.  Letak Kalibiru di sebelah barat Kota Yogyakarta, berjarak sekitar 33 Km, atau kira-kira 10 Km dari Wates ibu kota Kabupaten Kulon Progo.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Menyusuri Trek Nglinggo dengan mobil Jeep.

Perjalanan ke Kalibiru memiliki sensasi sendiri mengingat kondisi jalannya yang berliku, menikung tajam, turunan, dan tanjakan. Saat sampai dilokasi dan turun dari mobil perjalanan belum selesai, peserta masih harus berjalan kaki sekitar 50 meter untuk dapat melihat pemandangan yang indah di Kalibiru.

Setelah sampai di atas semua itu akan terbayarkan dengan melihat keindahan pemandangan perbukitan Menoreh dan Waduk Sermo.

“Kawasan wisata alam ini dibangun atas inisiatif masyarakat sekitar hutan Negara yang berkeinginan hutan ini tetap tumbuh hijau dan lestari, ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan, seperti trekking wisata petualang atau wisata keluarga, outbound training, dan spot foto,” ujar pemandu wisata, Soedadi.

Di lokasi ini ada tujuh spot foto (menara pandang) yang dapat dilakukan pengunjung dengan harga yang berbeda diantaranya spot high rope (Rp35.000/orang), spot panggung, spot bundar, spot 1 (Rp15.000/orang), spot 2, spot 3, dan spot oval (Rp10.000), kesemuanya membutuhkan adrenalin.

Spot oval menjadi pilihan IndonesiaTripNews.Com untuk mengabadikan momen di atas. Tim pengelola Kalibiru menyediakan jasa foto dengan tarif Rp 20.000 dengan delapan pilihan foto yang bisa diambil

Ada baiknya jika ke Kalibiru datang saat pagi atau sore hari, karena waktu tersebut cuaca di kawasan ini lebih nyaman, cerah, dan pas untuk berfoto.

Tidak hanya berfoto bagi yang ingin menikmati sensasi “terbang” di atas lanskap indahnya Kalibiru bisa mencoba wahana flying fox, atau bagi yang ingin foto bersama burung kakak tua milik Hamid bisa mengambil foto dengan bayaran sukarela.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
salah satu spot foto di bukit Ng-ISIS

Kembali ke homestay Rimbono, tepat setelah makan malam dibawah sinar rembulan IndonesiaTripNews.Com menyempatkan untuk menyaksikan pertunjukan tari Lengger Tapeng khas Dusun Nglinggo. Tarian yang diperuntukan untuk menyambut para tamu ini sangat magis dan sarat spritual. Musik dan liriknya monoton bermuatan ajaran Islam, terutama ajakan memberi doa dan syafaat kepada Nabi Muhammad SAW dan pengakuan keesaan Tuhan (Dua kalimat syahadat).

Tari Lengger ini dilihat dari segi pakaian maupun konsep tarian dan musiknya, Tepeng Lengger berbeda dengan “musik Islami” lainnya seperti tari Rebana, Qasidah, bahkan musik irama Gambus, namun inilah salah satu warisan budaya Islam Indonesia.

Esok harinya Sabtu (4/11/17) sebelum kembali ke Jakarta (pukul 05.00 WIB) sebanyak 19 armada mobil Jeep 4×4 telah siap mengantar peserta press tour berpetualang ke Kebun Teh di bukit Ng-ISIS dan Hutan Pinus untuk melihat sunrise, sayangnya  matahari tak tampak dikarena cuaca yang mendung dan berkabut.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Bukit Ngisis

Walaupun tak dapat melihat sunrise, lokasi bukit Ng-ISIS menjadi obyek wisata yang menyenangkan. Banyak spot foto cantik yang dapat dilakukan di tempat ini. Nama unik “ISIS” selama ini diketahui merupakan singkatan dari salah satu kelompok radikal di Timur Tengah, Negara Islam Irak dan Suriah. Namun atas kreativitas warga kata tersebut digunakan untuk menyebut sebuah tempat wisata menarik di Kulon Progo.

Menyusuri Keindahan Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo
Menyusuri track offroad Nglinggo – Borobudur

Seiring waktu nama ISIS tersebut diberi tambahan (Ng)ISIS. Dalam bahasa Jawa Ngisis berarti tempat mencari semilir angin. Ide masyarakat menamakan bukit tersebut terlihat sangat kreatif. Bukit yang berada di Titik Nol Kebun Teh Nglinggo Kulon Progo 900 meter di atas permukaan laut ini menawarkan pemandangan yang indah disaat langit cerah. Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, dan Gunung Sindoro, serta gunung-gunung kecil di sekitarnya akan terlihat.

Perjalanan dilanjutkan menuju Rumah Makan khas “Kopi Borobudur” yang berlokasi di sekitaran Candi Borobudur. Di tempat ini juga terdapat homestay.

Pukul 10.00 WIB, peserta kembali ke homestay Rimbono untuk kemudian check out dan kembali ke Jakarta. (evi)

 

- iklan -