JAKARTA, ITN– Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Didiek Hartantyo mengatakan Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek sudah menerapkan prinsip physical distancing selama pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan dengan memangkas kapasitas penumpang menjadi 60-70 orang per gerbong.
“Dalam situasi PSBB ini kami terapkan protokol di mana satu kereta hanya berisi 60-70 orang. Kita atur physical distancing, kemudian berdiri dan duduk kita sudah gambarkan di kotak-kotak. Apabila lebih petugas siap mengatur ke kereta lainnya,” ujar Didiek dalam konferensi pers yang diselenggarakan di akun YouTube BNBP Indonesia, Kamis (21/5/2020).
Menurut Didiek, dalam kondisi normal kapasitas KRL bisa menampung 209 penumpang. Mereka bisa menaiki KRL dalam kondisi duduk maupun berdiri.
“Kereta komuter umumnya dalam kondisi biasa bisa menampung 209 penumpang, ada yang duduk dan ada yang berdiri,” ungkapnya.
Selain itu, Didiek mengungkapkan terjadi penurunan jumlah penumpang pasca pandemi Covid-19. Kini, penumpang KRL hanya berkisar 180.000 – 200.000/hari.
“Bepergian berkurang, kondisi normal komuter itu mengangkut sekitar 1 juta sampai 1,1 juta. Dalam kondisi sekarang penumpang kami hanya sekitar 180.000-200.000,” jelasnya
Didiek pun mengakui ada perbedaan treatment antara penumpang KRL dan penumpang kereta luar biasa, yaitu penumpang KRL tidak diwajibkan membawa surat keterangan sehat dari fasilitas kesehatan. Namun ia pastikan protokol kesehatan tetap dijalankan di kedua jenis kereta.
“Jadi untuk komuter (KRL) memang treatment-nya beda ya, kita tidak bisa mensyaratkan surat kesehatan, namun protokol kita lakukan sesuai satgas. Artinya, yang bersangkutan masuk stasiun harus pakai masker dan cek temperatur pakai alat sehingga yang bersangkutan suhu di atas 38 ada penanganan,” tutup Didiek.