JAKARTA, ITN- Setelah sebelumnya berbagi cerita perjalanan menikmati “Nepal van Java” di Dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang. Perjalanan saya tak hanya sampai di desa tersebut, tetapi lanjut melakukan pendakian ke Gunung Sumbing.
Baca cerita sebelumnya https://indonesiatripnews.com/perjalanan-wisata/indahnya-nepal-van-java-di-dusun-butuh/
Kali ini saya mencoba mendaki lewat jalur yang lagi trend saat ini, yaitu jalur pendakian via dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang. Sebenarnya banyak sekali jalur pendakian ke Gunung Sumbing ini, selain lewat Dusun Butuh juga bisa lewat jalur Garung, Bowongso, Capit Parakan, Sipetung, dll.
Gunung Sumbing yang mempunyai ketinggian 3371 MDPL, merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet dan tertinggi ketiga di Pulau Jawa, setelah Gunung Semeru dan Slamet.
Perjalanan saya di mulai dari Kota Solo dengan menggunakan sepeda motor pukul 06.00 WIB menuju Kota Magelang melalui kota Boyolali melewati kecamatan Selo, membelah diantara Gunung Merbabu dan Merapi terus melewati gardu pandang Ketep Pass hingga akhirnya sampai di Pasar Kaliangkrik Magelang pukul 08.00 WIB.
Di Pasar Kaliangkrik sudah menunggu beberapa teman dari Kendal dan Purbalingga. Kami
mengecek dan membeli keperluan logistik yang kira-kira masih dibutuhkan. Setelah semua logistik lengkap, perjalanan dilanjutkan menuju basecamp Dusun Butuh Kaliangkrik.
Tepat pukul 09.00 WIB kami sudah sampai di basecamp Butuh Kaliangkrik, basecamp di perkampungan yang unik, tidak heran memang kalau di juluki Nepal Van Java. Kami segera melakukan registrasi ulang setelah satu minggu sebelumnya sudah boking online. Dengan tiket Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservai) Rp10.000 per orang dan biaya parkir Rp5.000 sudah bisa mendaki Gunung Sumbing. Tiket pendakian ke gunung ini terkenal tiket masuknya yang paling murah untuk gunung di Jawa Tengah dibanding tempat lain seperti Jawa Barat dan Jawa Timur. Dan tak perlu khawatir dengan kendaraan yang di parkir karena di jaga penuh selama 24 jam nonstop jadi di jamin aman.
Pukul 10.00 WIB kami melakukan treking menuju Pos 1. Untuk mempersingkat waktu dan tidak menguras tenaga saat menuju pos 1 kami menyewa jasa ojek yang bisa menyingkat waktu hingga satu jam lebih. Jika treking jalan kaki dari basecamp menuju Pos 1 itu bisa memakan waktu hingga dua jam. Perlu diketahui juga untuk membayar jasa ojek diharuskan membeli voucher senilai Rp20.000 yang dapat di beli di basecamp. Jalan menuju Pos 1 sempat memacu andrenalin saat menyewa ojek motor, mengingat harus melewai jalur yang menanjak dengan jalan yang bebatuan.
Pos 1 dengan ketinggian 2.127 mdpl terdapat warung yang menyediakan makanan dan buah-buahan dengan harga yang masih wajar, ada semangka, gorengan,Air mineral, teh hangat dll.
Perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 memakan waktu kurang le 1 hingga 1,5 jam. Dengan jalur yang sangat menguras tenaga karena begitu terjal tanpa bonus sedikit pun sampai di Pos 2. Belum lagi kondisi kabut tebal yang selalu mengiringi perjalanan kami membuat perjalanan ini terasa sangat syahdu. Pendakian ke Gunung Sumbing via Dusun butuh Kaliangkrik tidak disarankan untuk pendaki pemula, mengingat Medannya yg lumayan berat.
Setelah melakukan perjalanan sekitar 1,5 jam kami sudah sampai di Pos 2 yang mempunyai ketinggian sekitar 2.248 mdpl. Di Pos 2 ini sudah tidak ada lagi warung, yang ada hanya papan plang nama sama bangunan bambu beratap seng sebagai tempat beristirahat para pendaki. Kami istirahat agak lama di sini untuk melakukan sholat dhuhur dengan beralaskan matras. Disini kami berkumpul bersama pendaki lain yang ternyata berasal dari berbagai kota di Indonesia, seperti Amir dan rombongannya yang datang dari Bukittinggi.
Hampir satu jam istirahat di Pos 2, untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke Pos 3 yang sangat memanjakan dengkul dan kaki karena jalur nya yang lumayan landai. Masih ada mata air dari bekas aliran air hujan yang berasal dari puncak, bisa juga untuk cuci muka dan menyegarkan muka.
Setelah menempuh sekitar satu jam perjalanan dari Pos 2 yang jalurnya sudah lumayan terbuka para pendaki bisa melihat keindahan alam yang berada dibawah. sampailah kami di Pos 3, pos pertemuan antara jalur Dusun Butuh dan Adiputro. dengan ketinggian sekitar 2.638 mdpl. Dari sini sudah terlihat pemandangan yang indah dengan terlihatnya Gunung Merbabu dan Merapi dari kejauhan. Banyak juga para pendaki lain yang sudah mendirikan tenda di Pos 3 ini.
Kami berempat istirahat sejenak di Pos 3, sekedar meluruskan kaki yang mulai agak pegal setelah menempuh beberapa jam perjalanan dengan medan yang bervariasi. Selanjutnya kami menuju Pos 4 dengan jalur yang lumayan extreme dengan jarak tempuh sekitar dua jam perjalanan. Dan disinilah pemandangan terindah yang bisa dilihat di sepanjang perjalanan dari Pos 3 menuju Pos 4, walau kondisi medan yang lumayan berat tapi terobati dengan indahnya pemandangan alam sekitar, Padang Sabana yang terhampar luas dan keindahan Gunung Merbabu, Merapi, Telomoyo, Andong, dan Ungaran terlihat jelas seakan melambai kepada kami.
Namun tak berapa lama, tiba tiba kabut tebal datang menghampiri kami. Pemandangan yang tadinya cerah seakan berubah menjadi putih semuanya, jarak pandang kedepan hanya sekitar 5 meter saja. Apa yang kami takutkan akhirnya terjadi, yakni hujan lebat melanda perjalanan kami di tambah dengan badai yang lumayan kencang. Akhirnya kami berhenti dulu untuk memakai mantel hujan dan menunggu badai segera berlalu.
Setelah badai mulai mereda kami segera melanjutkan perjalanan ke Pos 4 dengan ketinggian 2.983 mdpl, meski hujan deras masih melanda. Kami ingin segera sampai di Pos 4 dalam keadaan sebelum gelap.
Alhamdulillah akhirnya kami berempat sampai di pos 4 sebelum keadaan gelap, walaupun dengan kondisi hujan, kami harus segera mendirikan tenda secepatnya mengingat badan mulai menggigil kedinginan.
Di pos 4 ini adalah camp area terakhir menuju Puncak Sejati Sumbing yang hanya berjarak 1 jam perjalanan dari pos 4. Kami segera mengganti baju yang sudah basah kuyup meski sudah memakai mantel hujan, karena derasnya air hujan dan kencangnya badai membuat air hujan tembus ke badan.
Keadaan belum juga membaik sepanjang malam masih diguyur hujan deras, untungnya tenda yang kami pakai dobel layer ditambah plastik di atasnya jadi air tidak bisa tembus ke dalam. Sepanjang malam kami hanya bisa berdoa semoga hujan segera reda dan esok nya bisa cerah kembali, mungkin karena terlalu lelah saya lihat sahabatku bertiga sudah lelap dalam tidurnya, tapi saya sama sekali tidak bisa memejamkan mata meski lantunan doa dan wirid sudah saya lakukan.
Baru sekitar pukul 02.00 WIB dini hari hujan mulai reda, saya mencoba keluar dari tenda sendirian, Subhanallah kabut begitu tebal hingga tenda sebelah yang jaraknya hanya sekitar 5 meter tidak terlihat. Segera saya masuk kembali ke dalam tenda dengan harap bisa memejamkan mata.
“Mas bangun subuhan dulu, sudah jam 5!”. Telinga ini seperti mendengar suara membangunkan saya dari tidur. Masha Allah rupanya sahabat ku Luluk dari kendal begitu perhatian akan kewajiban sholat. Saya buka tenda untuk melihat kondisi di luar, dan masih terlihat seperti sebelumnya, berkabut tebal. Sehingga membuat ekspedisi kali ini gagal untuk mendapatkan sunrise, meski masih berharap mendapatkan Puncak Sejati Sumbing.
Selesai Sarapan kami menunggu sebentar dengan harapan kabut segera hilang dari pandangan, tapi setelah menunggu sampai pukul 08.00 WIB rupanya kabut tak kunjung menghilang dari pos 4 ini. Akhirnya kami sepakat tetap melanjutkan perjalanan ke puncak karena perjalanan tinggal sedikit lagi, sekitar 1 jam perjalanan. Namun baru sekitar 20 menit melakukan perjalanan yang berselimut kabut pekat, saya mendengar suara angin yang menderu, dan kamipun segera mempercepat langkah kaki menuju puncak. Akan tetapi tiba-tiba badai datang begitu kencangnya hingga kami semua harus tiarap, karena takut terbawa badai yang begitu dahsyat.
Setelah menunggu sekian lama dalam keadaan tiarap akhirnya kami memutuskan untuk turun kembali ke Pos 4, dengan langkah terhuyung-huyung menuju ke pos 4 saya mendengar suara orang berteriak “Tenda diPpos 4 pada ambruk semua!”, segera kami percepat langkah turun menuju Pos 4. Dan benar kata orang tersebut, banyak sekali tenda di Pos 4 yang ambruk dan terbawa angin, termasuk tenda kami yang untungnya cuma ambruk tapi tidak ikut terbawa angin karena beban tas carier yang lumayan berat, hanya lapisan atasnya yang kabur tapi masih ke ikat dengan talinya.
Dengan berat hati karena kondisi yang tidak memungkinkan, kami akhirnya sepakat turun dan tidak melanjutkan ke Puncak Sejati Sumbing. Untungnya sahabat-sahabt saya tidak ada yang egois memaksakan diri untuk minta ke puncak meski tinggal beberapa langkah lagi sampai di puncak tersebut, tapi rencana Allah lebih pasti dari kita. “Nggak apa-apa mas, nyawa lebih penting dari pada harus memaksakan diri, puncak bisa di raih kapan-kapan, tapi nyawa tidak bisa kita minta kalau sudah diambil sama yang punya,” ujar Lukuk, sahabat saya dari Kendal.
Walau dengan berat hati akhirnya kami turun, Alhamdulillah perjalanan turun Lancar selamat sampai di basecamp tanpa halangan apapun. (Imam Mushanif Hidayat- KIT Solo)