- iklan -

JAKARTA, ITN- INDUSTRI kuliner saat ini sedang menjadi primadona. BEKRAF RI mendata bahwa subsektor kuliner terbukti berkontribusi sebesar 41,69% dari total kontribusi perekonomian kreatif – hal ini tidak terlepas dari peranan para wirausaha kuliner yang berdedikasi tinggi dalam memperkenalkan dan memomulerkan hidangan kebanggaan mereka, termasuk hidangan Nusantara. Kondisi yang kondusif ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memaksimalkan proses regenerasi warisan kuliner Nusantara.

Bango, brand kecap produksi PT Unilever Indonesia Tbk kembali membuktikan komitmen untuk mendukung regenerasi pelestarian warisan kuliner Nusantara melalui program “Bango Penerus Warisan Kuliner 2018”.

Menyusul kesuksesan program serupa tahun lalu, kali ini Bango di bawah supervisi Unilever Food Solutions bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif RI (BEKRAF RI) mengajak lebih banyak wirausaha kuliner Nusantara dari seluruh wilayah Indonesia untuk menunjukkan semangat mereka dalam melestarikan warisan kuliner Nusantara dengan bergabung di dalam program ini – yang tahun ini memberikan kesempatan yang lebih luas.

Bango Hadirkan Kompetisi Bagi Wirausaha Kuliner Nusantara
Prosesi peluncuran kompetisi Bango Penerus Warisan Kuliner 2018.

“Bango selalu konsisten mengedepankan misi sosial untuk melestarikan kekayaan warisan kuliner Nusantara. Bagi kami, salah satu poin terpenting dari terwujudnya misi ini adalah adanya upaya nyata untuk melanjutkan pewarisannya kepada generasi penerus bangsa,” ujar Managing Director Unilever Foods Solutions, Agus Pamudji saat jumpa pers peluncuran program Kompetisi “Bango Penerus Warisan Kuliner” di Jakarta, Selasa (6/2/18).

Tanpa regenerasi yang kuat, menurutnya kuliner Nusantara bisa hilang tergerus waktu dan era globalisasi. Hal ini menjadi sebuah tantangan namun juga peluang bagi generasi muda, khususnya mereka yang menekuni bidang wirausaha kuliner Nusantara.

Program “Bango Penerus Warisan Kuliner 2018”, merupakan kompetisi yang bertujuan membantu para wirausaha kuliner di Indonesia dalam mengembangkan dan mempopulerkan usaha mereka sekaligus melanjutkan tongkat estafet pelestarian warisan kuliner Nusantara.

Berbeda dengan tahun lalu, kompetisi tahun ini dibuat dengan mekanisme yang lebih mudah dan ramah digital.

Sepanjang bulan Februari hingga pertengahan Maret 2018, Bango membuka kesempatan kepada para pengusaha kuliner di seluruh wilayah Indonesia untuk mendaftarkan usaha dan hidangan terbaik mereka melalui website www.peneruskuliner.com. Setelah mendaftar, mereka dapat mempromosikan dan menggalang dukungan dari konsumen untuk memilih hidangan mereka melalui platform Instagram dan Facebook.

Di akhir Maret 2018 nanti, 20 finalis dengan jumlah vote terbanyak ditambah dua finalis pilihan dewan juri berhak untuk mengikuti penjurian dan workshop yang akan digelar di Jakarta. Di sesi penjurian, para finalis akan mempresentasikan hidangan mereka di depan dewan juri yang beranggotakan para legenda kuliner kenamaan, perwakilan dari BEKRAF RI serta tim ahli dari Unilever Food Solutions.

Dilanjutkan pada sesi workshop mereka akan mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang dapat sangat membantu mereka dalam mengembangkan usaha di kemudian hari, seperti pelatihan food safety dan food handling dari tim ahli UFS, serta wawasan mengenai strategi bisnis kuliner oleh tim BEKRAF RI.

Bango Hadirkan Kompetisi Bagi Wirausaha Kuliner Nusantara
Thomas Agus Pamudji

Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan BEKRAF, Abdur Rohim Boy Berawi pada kesempatan yang sama mengatakan, “Melalui berbagai program, saat ini BEKRAF RI memiliki misi yang kuat untuk menjaring wirausaha kuliner Nusantara di seluruh wilayah Indonesia agar produk, inovasi, model bisnis, dan kreativitas mereka dapat terus meningkat, sehingga memberikan kontribusi lebih maksimal terhadap perekonomian kreatif di Indonesia serta membuat kuliner tradisional Indonesia terus dicintai dan lestari dari generasi ke generasi”.

Salah seorang legenda kuliner yang menjadi anggota dewan juri, yakni  pakar kuliner Sisca Soewitomo. “Sejalan dengan perkembangan zaman, modifikasi kuliner Nusantara bisa saja terjadiagar dapat terus mengikuti dinamika yang terjadi di tengah para pecinta kuliner,” ungkapnya.

Namun satu hal yang harus dijaga dan dipertahankan menurutnya otentisitasnya. Artinya saat kita memodifikasi sebuah hidangan, kita tidak boleh

melupakan unsur-unsur utama yang wajib ada di hidangan tersebut, misalnya bumbu dasar, teknik pengolahan, atau yang lainnya.

“Di sesi penjurian nanti, saya akan menilai kualitas hidangan para finalis; baik itu dari segi otentisitas hidangan, rasa, teknik pengolahan, hingga cara penyajiannya,” jelas Sisca.

Sementara Senen Riyanto selaku pemilik restoran legendaris Warung Tongseng dan Sate Sederhana Pak Budi yang juga menjadi anggota dewan juri dalam kompetisi ini menambahkan, “Nanti saya akan dengan senang hati ikut menginspirasi para wirausaha kuliner muda untuk terus mengembangkan usaha dan pantang menyerah”.

“Saya mengajak sebanyak mungkin wirausaha kuliner dari generasi yang lebih muda untuk bergabung dalam kompetisi ini, supaya kita bisa bersama-sama memajukan kuliner kebanggaan kita,” ungkapnya.

Bango Hadirkan Kompetisi Bagi Wirausaha Kuliner Nusantara
Carissa Putri, selebriti dan wirausaha kuliner

Di akhir kompetisi, akan terpilih lima pemenang yang berhak mendapatkan total hadiah sebesar Rp500 juta untuk membantu mengembangkan usaha mereka sehingga dapat dinikmati oleh lebih banyak pecinta kuliner.

“Selain itu, tak kalah menariknya, kelima pemenang ini nantinya dapat berpartisipasi di kemeriahan perayaan ulang tahun Bango ke 90 yaitu Festival Jajanan Bango 2018, yang akan sangat membantu mereka untuk lebih dikenal oleh puluhan ribu pecinta kuliner yang selalu memadati perhelatan kuliner akbar ini,” jelas Thomas.

Pada kesempatan tersebut Bango menghadirkan salah seorang wirausaha kuliner yang telah sukses mengembangkan usahanya, yakni artis Carissa Puteri sebagai tokoh inspiratif.

Carissa mendirikan Restoran “Ajag-Ijig” yang menyajikan hidangan khas Betawi sejak tahun 2015 lalu. Restoran ini berawal dari keinginannya agar masyarakat Jakarta memiliki rasa ingin tahu dan sense of belonging yang tinggi terhadap kuliner kota mereka.

“Saya percaya dengan pepatah, ‘tak kenal maka tak sayang’, jadi saya bangga bisa ikut mengenalkan berbagai kuliner khas Betawi sehingga pengunjung restoran saya bisa ikut menikmati dan akhirnya melestarikan kelezatannya,” tutup Carissa. (evi)

- iklan -