TARUTUNG, ITN- KABUPATEN Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara memiliki potensi alam, budaya, dan sejarah yang dapat digali dan dilestarikan sebagai pengembangan pariwisata.
Belum lama ini ITN.Com berkesempatan melakukan perjalanan ke beberapa tempat wisata di Kabupaten Taput yang memiliki luas wilayah 3.800,31 Km2 atau 380.031 Ha sudah termasuk di dalamnya luas perairan Danau Toba yang berada di Kecamatan Muara.
Bersama rombongan pers tour Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenpar, beberapa tempat wisata di Tapanuli Utara yang sempat dikunjungi, yakni wisata rohani Salib Kasih.
Memasuki kawasan wisata rohani ini tentu saja menjadi tantangan buat pengunjung untuk mencapai Salib Kasih yang terletak di puncak Gunung Siatas Barita di Desa Simorangkir, Tarutung.
Dengan tiket masuk Rp2.000 (untuk anak-anak) dan Rp4.000 (dewasa) pengunjung akan meyusuri hutan pinus dengan berjalan kaki kurang lebih 800 meter untuk mencapai puncak Salib Kasih.
Tak perlu khawatir bagi wisatawan atau pengunjung yang lelah berjalan bila belum sampai ke puncak, karena pengunjung bisa beristirahat sejenak di tempat-tempat istirahat sambil menyaksikan ayat-ayat Alkitab, kata-kata penghiburan yang akan menambah suasana damai, dengan pemandangan yang sangat asri dan panorama Kota Tarutung dengan hamparan pohon pinusnya yang indah.
Saat menaiki tangga, di sisi kiri tampak terlihat ratusan nisan, kayu ukiran, atau batu yang terlihat unik sebagai bentuk kenang-kenangan dari para pengunjung yang sudah pernah mendatangi tempat ini. Mereka yang meninggalkan kenang-kenangan tersebut banyak yang datang dari luar Sumut, seperti dari Bandung, Papua Barat, bahkan turis mancanegara.
Salib Kasih merupakan monumen untuk mengenang jasa Missionaris Nommensen dalam mengajarkan kehidupan Kristen.
Saat menuju bukit Salib Kasih, tampak wisatawan yang baru memasuki area tersebut tak ingin kehilangan momen untuk mengambil gambar bersama patung missionaris tersebut dengan sebuah kalimat yang bertuliskan “Hidup atau mati, biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini, untuk memberitakan firman-Mu dan Kerajaan-Mu”.
Joshua P Sihombing dari Pemkab Tapanuli Utara yang menjadi tour guide mengatakan, “Doa itulah yang diucapkan Dr Ingwer Ludwig Nommensen ketika berada di puncak Gunung Siatas Barita di Desa Simorangkir, Tarutung. Saat itu Nommensen mangulon (beristirahat) pertama kali pada 11 November 1863 seusai melakukan perjalanan seharian melalui Sigotom menuju Bukit Sitarindak (Bukit berbentuk taring)”.
Dari sana, Nommensen memandang Rura Salindung yang indah, luas, dan datar. Tempat yang akhirnya terkenal dan menjadi cikal bakal dibangunnya salib berukuran besar dan perjalanannya dalam menyebarkan agama Kristen Protestan di Tanah Batak.
“Bila belum singgah ke Bukit Salib Kasih, itu berarti Anda belum sepenuhnya berada di Kota Tarutung,” ungkapnya.
Salib Kasih berdiri tegak setinggi 31 meter dan menjadi landmark dari Tapanuli Utara ini disangga oleh tiga tiang raksasa sebagai lambang Trinitatis, di bawah Salib terdapat ruangan kecil tempat berdoa serta di depannya terhampar tempat duduk dengan kapasitas 600 orang yang dilengkapi dengan sebuah mimbar.
Persis di belakang mimbar terdapat sebuah batu besar, batu inilah tempat Dr ngwer Ludwig Nommensen berdoa pertama kali ketika tiba di Rura Silindung untuk memulai misinya.
Tempat ini menjadi obyek wisata yang diminati dan ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisata lokal terutama pada hari Raya Paskah/Minggu Paskah (Maret) dan Christmas Season di akhir bulan Desember dengan kunjungan ribuan wisatawan yang datang.
Selesai berkunjung ke bukit Salib Kasih wisatawan juga dapat membeli souvenir khas Salib Kasih, dan juga beberapa cendera mata khas Batak.
“Perjalanan Nommensen untuk menyebarkan agama nasrani tak hanya sampai di bukit Salib Kasih, ia kemudian membangun sebuah perkampungan yang diberi nama Huta Dame (Kampung Damai) dan membangun sebuah gereja yang dikenal dengan nama Gereja Dame pada tahun 1864. Gereja ini menjadi gereja pertama di Tanah Batak,” tutup Joshua. (evi)