JAKARTA, ITN- UNTUK ketiga kalinya Perkumpulan Pecinta Pelestaran Musang Indonesia (P3MI) menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas).
Setelah sebelumnya Munas pertama diselenggarakan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat dan yang kedua di Season City, Jakarta, kali ini Munas ketiga akan berlangsung di Islamic Center Bekasi pada tanggal 8 Oktober 2016.
Kegiatan Munas ketiga yang menjadi satu rangkaian yang tidak terpisahkan dari acara gathering nasional (Ganas) 5 P3MI ini akan dihadiri sekitar 115 regional P3MI yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kegiatan Munas ketiga P3MI antara lain untuk menyempurnakan organisasi dan kegiatan komunitas ke arah yang lebih baik serta diharapkan akan menjadi awal dari kerjasama P3MI dengan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam penjagaan keragaman hayati Indonesia.
“Kami (P3MI dan Kementerian Pariwisata) sepakat untuk menjaga dan memperkenalkan musang Indonesia ke dalam maupun luar negeri,” ujar Ketua Umum P3MI, Ray Haerudin saat jumpa pers di Kemenpar, Jakarta Pusat, Rabu (5/10/16).
Menurutnya sebagai organisasi yang relatif baru, P3MI akan gencar menyosialisasikan visi- misi organisasi yaitu bagaimana menyelamatkan hewan eksotik ini dari perburuan, sebab binatang musang masih dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai hama.
“Dengan lahirnya komunitas pecinta musang diharapkan bisa menyosialisasikan bahwa musang ternyata bisa menjadi hewan peliharaan seperti kucing, anjing, dan hewan lainnya yang sering banyak ditemui. Banyak manfaat dari hewan musang yang secara ekonomis nilai jualnya tinggi atau harganya hampir sama dengan kucing Anggora maupun Persia. Padahal kopi luwak adalah hasil dari hewan ini. Dengan kampanye pelestarian yang dilakukan P3MI, stigma bahwa hewan ini tak lebih dari hama, sedikit-sedikit kini mulai berubah dan masyarakat mulai menyayangi binatang ini,” katanya.
Sementara Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik, M Iqbal Alamsjah dalam sambutannya saat menerima kedatangan Komunitas Musang (P3MI), mengatakan, “Kami dalam hal ini Kemenpar selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat dengan kepariwisataan, seperti yang sering disampaikan Menpar Arief Yahya, semakin dilestarikan maka semakin menyejahterakan. Begitu juga dengan keberadaan Komunitas Musang ini”.
Dengan akan diselenggarakannya Munas ketiga (P3MI) dan juga dilanjutkan dengan rencana pendirian Museum Musang Luwak Indonesia Harum (Museum Mulih) dan Rumah Musang Indonesia (RMI) menurutnya akan menjadi daya tarik wisata dan memperluas jaringan komunitas musang serta semakin menyejahterakan.
Sementara Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah Pariwisata Nusantara Tazbir dalam sambutannya yang diwakilkan M Iqbal Alamsjah mengatakan, “Diharapkan kegiatan ini akan menghasilkan sejumlah program kerja yang dapat membantu kepariwisaatan nasional, khususnya dalam mendukung peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) maupun pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) yang tahun ini mentargetkan 12 juta wisman dan 260 pergerakan wisnus di Tanah Air.
“Sebagaimana amanat Menteri Pariwisata Arief Yahya, kekuatan pariwisata kita terletak pada seluruh unsur yang terhimpun dalam Pentahelix yakni; akademi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media. P3MI menjadi bagian dari Pentahelix pariwisata,” ungkapnya.
Dikatakannya binatang musang atau luwak tentunya tidak lepas dari branding Kopi Luwak khas Indonesia yang gencar dipromosikan dalam berbagai kegiatan pariwisata di luar dan dalam negeri. Kopi Luwak bagian dari kuliner Indonesia yang menjadi salah satu ikon minuman khas kita.
Museum Musang
Musang, binatang yang satu ini seakan dilupakan oleh Indonesia, apalagi keberadaannya sudah mulai langka. Hal inilah membuat Indonesia akan membuat museum musang.
Melalui Munas ke-3 P3MI inilah diharapkan akan menghasilkan sejumlah program kerja riil di antaranya mewujudkan rencana pendirian Museum Musang Luwak Indonesia Harum (Museum MULIH) dan Rumah Musang Indonesia (RMI) yang nantinya menjadi bagian dari daya tarik wisata.
Organisasi P3MI lahir pada Februari 2016 yang dimotori oleh kelompok pencita hewan eksotik endemik Indonesia. Komunitas ini telah menyebar di keluruh nusantara dan kini miliki 115 regional P3MI tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Rae Haerudin Ketua mengatakan, “Jumlah musang di Indonesia sudah memasuki tahap mencemaskan. Di Indonesia itu ada 10 jenis musang, bahkan jenis terbanyak di dunia. Sayangnya jumlahnya sudah memasuki batas yang mengkhawatirkan. Hal inilah kami sebagai pecinta musang akan membuat museum musang”.
“Saat ini Museum Musang sedang dalam tahap pembangunan, lokasinya di Bekasi. Rencananya di 2017 akan resmi dibuka,” ungkap Rae yang didampingi Jesa, Raga, dan Keken dari Komunitas Musang.
Menurutnya Museum Musang nanti akan berbentuk rumah Jawa di jaman terdahulunya yakni rumah Joglo dan di dalamnya akan diperkaya dengan edukasi soal munculnya musang pertama kali di Indonesia.
Ia mengatakan, “Untuk konsepnya akan banyak edukasi musang di Indonesia, bahkan sampai kegiatan, tingkah laku musang sampai industri musang yang digunakan untuk membuat kopi luwak. Seluruh rumah musang di seluruh Indonesia akan diperkuat. Tak itu saja, di museum ini juga akan ada mini zoo yang diperuntukkan untuk musang”.
“MULIH itu artinyanya pulang. Yuk pulang dan banggakan negeri kita, luwak asli indonesia,” tutupnya. (evi)