JAKARTA, ITN- DEMI mendongkrak kunjungan wisatwan mancanegara (wisman) serta wisatawan nusantara (wisnus), Kabupaten Kulon Progo akan menggelar festival yang memadukan kualiatas kebudayaan otentik dengan interpretasi moderen, yakni Kulon Progo Festival (Kulfest).
Festival yang mengangkat tema Kampoeng Nusantara ini akan diselenggarakan di Bendung Khayangan, Desa Pendoworejo, Girilmulyo, Kulon Progo DI Yogyakarta pada 24-26 November 2017.
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kulfest ini sebagai sarana mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan di Kulon Progo dan sarana efektif dalam mempromosikan dan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo sekaligus memperkenalkan branding daerah ‘The Jewel of Java’.
Dijelaskan Arief Yahya, even Kulfest Kampoeng Nusantara, sebagai sarana promosi pariwisata serta menjadi bagian memperkuat unsur 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) di antaranya percepatan pembangunan bandara internasional baru Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo.
“Penyelenggaraan event Kulfest Kampoeng Nusantara sebagai upaya memperkuat unsur atraksi, sedangkan hadirnya bandara baru Yogya akan memperkuat aksesibilitas, dan diikuti dengan penguatan amenitas yang semuanya ini akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta khususnya di Kabupaten Kulon Progo,” ujar Arief Yahya saat meluncurkan Kulon Progo Festival (Kulfest) di gedung Sapta Pesona, Balairung Soesiolo Soedarman, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Jumat (25/8).
Kegiatan pariwisata antara lain event festival seni budaya ini harus memberikan dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat setempat. “Event festival seni budaya sebagai upaya melestarikan dan mengembangan seni budaya masyarakat. Hal ini sejalan dengan prinsip pariwisata ‘semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” ungkap Menpar lebih lanjut.
Pada 2019 mendatang menurut Menpar Arief Yahya, wisatawan ke DI Yogyakarta terutama Kulon Progo akan meningkat setelah selesai pembangunan bandara Yogyakarta di Kulon Progo. Diperkirakan jumlah wisatawan ke Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2019 mencapai 2 juta orang. Sedangkan tahun lalu hanya 650 ribu orang.
“Bila bandara yang baru telah selesai maka wisman ke Kulon Progo mencapai 1 juta orang, bila setiap wisman melakukan pengeluaran sekitar 1.000 dolar AS per orang, maka uang yang beredar di Kulon Progo mencapai 1 miliar dolar AS sekitar Rp1,3 triliun,” ungkapnya.
Sementara itu Bupati Kabupaten Kulon Progo, Hasto Wardoyo berharap selain mengembangkan daerahnya dan manusianya juga mampu menjadi etalase dalam menampilkan ragam seni budaya dari daerah lain di Tanah Air melalui kegiatan perayaan seni budaya Indonesia yang berkesinambungan.
Menurut Hasto penyelenggaraan Kulfest Kampoeng Nusantara ini merupakan hasil kerjasama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo dengan pihak penyelenggara Damar Nusantara Tama (DNT) serta didukung oleh Kemenpar dan para seniman dari berbagai negara.
“Acara ini dikelola oleh orang–orang professional dan berpengalaman. Kami bekerja keras untuk dapat menyuguhkan nuansa yang berbeda, baik dari kemasan acaranya, para pengisi acara dari dalam dan luar negeri, maupun isi acara yang variatif ke dalam program untuk mempertahankan festival ini sebagai salah satu acara yang utama di kalender event Kulon Progo,” kata Hasto Wardoyo.
Menurutnya tahun ini berjalan proses pelebaran akses-akses dari bandara, terutama jalur Bedah Menoreh. Sementara untuk kendaraan umum, belum ada. Hanya kendaraan sewa untuk wisata yang selama ini sudah beroperasi, sejenis jeep.
Di jalur Bedah Menoreh tersebut akan menyentuh desa-desa yang terdapat obyek wisata, seperti Waduk Sermo, Kali Biru, Kedung Pedut, Goa Kiskendo, Sendratari Sugirwo Subali, Kebun Teh Tritis, Suroloyo, hingga Sendang Sono.
Ke depannya ia akan membangun destinasi-destnasi yang berbasis kebudayaan, termasuk prasasti. Selain karena kekuatan Kulon Progo, menurutnya juga karena merupakan hal yang dicari turis asing ketika berkunjung ke Indonesia.
“Dan kita juga akan membangun taman mininya kerajaan-kerajaan Indonesia. Namanya Taman Kerajaan Nusantara seluas 50 hektar, terinspirasi dari Kerajaan Gadjah Mada yang ingin mempersatukan Nusantara,” ungkap Hasto.
Hasto mengatakan, “Gadjah Mada saja bisa menyatukan semua kerajaan di Indonesia, makanya kami akan menyatukan kerajaan kerajaan lewat museum Taman Raja Nusantara”.
Dikatakan, tujuan dibangunnya Taman Raja Nusantara ini untuk meningkatkan wisatawan ke daerah Yogyakarta dan Kulo Progo khususnya. Saat ini wisatawan domestik ke Kulon Progo masih kecil yakni sekitar 4.000 per bulan sedangkan wisman mencapai 5.000 per tahun.
Namun diharapkan dengan adanya taman ini akan meningkatkan wisman dan menambah devisa bagi Kulon Progo. Pasalnya berdasarkan survei yang dilakukan ke wisatawan tujuan mereka ke Kulon Progo atau ke Yogyakarta bukan melihat pantai, tetapi mereka datang melihat, Borobudur, Prambanan, dan Malioboro. Itu tandanya mereka datang melihat budaya yang ada di Yogyakarta.
“Dengan adanya Taman Raja Nusantara ini akan membuat wisman datang ke Kulon Progo dan akan mendatangkan devisa buat kami,” tegasnya.
Sementara penginapan bagi wisatawan, menurutnya akan tercukupkan seiring pembangunan bandara yang terus diikuti para investor yang membangun hotel di sekitarnya
Dalam hal festival, menurut Hasto Kulon Progo juga kian berbenah dengan semakin mengakomodir potensi-potensi festival yang memang telah ada. “Lebih dari 50 festival skala lokal akan dikembangkan untuk mengundang wisatawan lebih besar,” ungkapnya.
“Sementara ini yang besar dan rutin ada di Goa Kiskendo, Sendratari Sugirwo Subali, Sendang Sono itu juga ada festival periodik, Wates juga ada, di Sentra Batiknya Sugirwo Subali. Akan kita kembangkan sesuai instruksi Menpar, 52 festival skala nasional,” jelas Hasto.
Sedangkan untuk kulinernya, Kulon Progo telah memiliki potensi di kuliner laut dan kuliner klasik, seperti aneka gudeg yang terkenal unik, ada gudeg manggar yang dari bunga kelapa, gudeg tempe bacem, gebleg, dan gula aren khas dari Kulon Progo. (sasha)