- iklan -

JAKARTA, ITN- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memberi dukungan kepada tim misi budaya Sekolah Al-Izhar Pondok Labu Jakarta yang mewakili Indonesia di ajang festival budaya antarbangsa Llangollen International Musical Eisteddfod di Wales, Inggris pada 3 – 8 Juli 2018 mendatang.

Ajang festival budaya antarbangsa Llangollen International Musical Eisteddfod merupakan event tahunan berupa festival musik dan tari yang berlangsung setiap bulan Juli di Llangollen, North Wales. Panitia festival mengundang penyanyi dan penari dari seluruh dunia untuk ikut mengambil bagian dari 20 lebih jenis yang kompetisikan.

Kemenpar Dukung Sekolah Al-Izhar pada Ajang Festival Budaya Antarbangsa di Inggris
Bersama para peserta tari yang akan berangkat ke ajang Festival Budaya Antarbangsa Llgollen Internasional Musical Eisteddfod di Wales, Inggris. (foto. Aldi)

Pada tahun ini festival tersebut diikuti 5.000 lebih  penyanyi, penari, dan pemusik dari sekitar 50 negara untuk melakukan pertunjukan di depan lebih dari 50.000 orang penonton berlangsung selama enam hari.  Visi dan misi  Llangollen International Musical Eisteddfod adalah mempertemukan seluruh negara demi untuk kedamaian.

Kepala Biro Komunikasi Publik, Guntur Sakti memberikan apresiasi kepada tim misi budaya SMA Al-Izhar yang mewakili Indonesia untuk menampilkan tarian daerah di festival bertaraf internasional ini.

“Keikutsertaan SMA Al-Izhar dalam ajang ini merupakan tahun kedua. Bila di tahun pertama, tahun lalu mendapat juara 2 dalam kategori dancing in the street, semoga tahun kedua ini menjadi juara pertama pada beberapa kategori yang diikuti,” ujar Guntur Sakti saat memberikan sambutan dalam acara ‘Gelar Pamit’ misi budaya Sekolah Al-Izhar di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kemenpar, Sabtu (23/6/18).

Menurut Guntur, kegiatan kepariwisataan mempunyai misi antara lain meningkatkan persabahatan antar bangsa serta sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya (culture)  sebagai aset dan daya tarik wisatawan untuk datang ke Indonesia.

Kemenpar Dukung Sekolah Al-Izhar pada Ajang Festival Budaya Antarbangsa di Inggris
Arniyani Arifin

“Dalam portofilio pariwisata kita, unsur budaya  (culture) menempati porsi terbesar 60%, dan alam (nature) 35%, dan buatan  (manmade) 5%. Keunggulan daya tarik budaya mendorong wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Indonesia yang tahun ini menargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019,” jelas Guntur Sakti lebih lanjut.

Tim misi budaya SMA Al-Izhar di ajang Llangollen International Musical Eisteddfod  terdiri 31 orang yakni; 24 murid, 4 pelatih, 1 art director, 1 guru, dan 1 officer mereka akan tampil dalam 3 kategori kompetisi yang diikuti yaitu; traditional dance, choreographed folk dance, dan cultural  showcase dengan membawakan empat tarian daerah; Tari Kipah dari Aceh, Tari Nagekeo Bangkit dari FloreS-NTT, Tari Muda Mudi Papua, dan Tari Belibis dari Bali.

Dalam persiapan akhir,  lima tari daerah yang dibawakan murid SMA Al-Izhar di bawah bimbingan sanggar tari Gema Citra Nusantara (GCN) ini ditampilkan di hadapan para penonton acara “Gelar Pamit” yang dihadiri para orang tua siswa serta Direktur Utama Al-Izhar Pondok Labu, Arniyani Arifin. Sekolah Al Izhar Pondok Labu  didirikan oleh H Bustanil Arifin, SH  pada 11 Maret 1987 yang lalu.

Pemilihan empat tari ini menurut penata tari dari Sanggar Gema Citra Nusantara, Mira Arismunandar berdasarkan riset dan konsultasi sebelumnya dengan para pakar. “Tarian ini dibuat tidak dikarang atau dibuat asal-asalan,” ungkapnya.

Tari Kipah dari Aceh, menggambarkan kerjasama dalam masyarakat, memiliki gerakan dinamis serta menggunakan kipas sebagai properti untuk menghasilkan suara-suara unik dalam penampilannya. Tari Belibis dari Bali mengisahkan Prabu Angling Drama yang dikutuk menjadi burung Belibis. Tarian Belibis menampilkan gerakan yang dinamis dan harmonis dengan gamelan sebagai pengiring.

Sedangkan Tarian Muda-Mudi Papua yang menjadi salah satu unggulan dalam festival nanti merupakan tarian kelompok yang menggambarkan persahabatan, khususnya di kalangan remaja laki-laki dan perempuan. Tarian Nagekeo Bangkit dari Flores, NTT menampilkan gerakan feminin dan dinamis, serta menceritakan tentang solidaritas dan persatuan.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Perguruan Al-Izhar Pondok Labu, Arniyani Arifin mengatakan, “Tim Misi Budaya merupakan cerminan visi Al-Izhar.  Pemimpin Muslim yang berwawasan luas, dalam pemahaman kami, akan sangat membutuhkan akar kuat”.

Misi Budaya menurut Arniyani Arifin  merupakan bagian penguatan akar yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan utuh. Pemahaman visi sangat penting untuk setiap seluruh pemangku kepentingan pendidikan di lingkungan Al Izhar.

“Keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler tari dan penguasaan alat  musik daerah merupakan  kesempatan penghayatan budaya. Upaya kami akan lebih efektif saat orangtua dan guru tari memahami kaitan antara misi budaya, penguatan akar dan visi Al Izhar. Kami merasa terhormat, karena dua tahun ini Misi Budaya Al-Izhar didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata,” ungkapnya.

(aldi)

 

- iklan -