- iklan -

JAKARTA, ITN- KAIN-kain nusantara adalah sebuah maestro termegah yang dimiliki dunia. Nilai budaya dan kearifan lokal mewujud indah pada corak warna dan beragam motif. Representasi dari semesta. Memberikan karakter dan identitas bagi pemakainya.

Sejarah merekam panjangnya cerita perjalanan setiap kain khas daerah cerminan bangsa. Setiap etnis yang mendiami nusa dari barat ke timur menciptanya dengan nurani. Archipelago X by KOPPIKON hadir mempersembahkan balutan busana sarat makna hasil kolaborasi dengan para perajin di 10 daerah nusantara.

Urban Live in ManuManu di panggung Archipelago X by KOPPIKON pada ajang Indonesia Fashion Week  (IFW) 2018 memanjakan pecinta tenun ikat dengan pewarna alami dalam kemasan kekinian.

Sofia Sari Dewi Persembahkan Urban TransforMANU di IFW 2018
Athene set transforMANU dengan material atasan tenun ikat dan tenun celup indigo. Bawahan Athene Cullote Skirt material thick cotton dan indigo ikat, dan outer Athene Kimono Basic material tenun celup indigo. Foto. evi

Sofia Sari Dewi seorang desainer muda berbakat, mendapat kehormatan terpilih mewakili IKKON dan KOPIKKON BEKRAF untuk memamerkan karyanya yang bertajuk ‘Urban TransforMANU by Live in ManuManu’ di panggung tersebut.

IKKON (Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara) merupakan sebuah kegiatan yang berkesinambungan, ditindaklanjuti dengan terbentuknya KOPIKKON, sebuah koperasi untuk memonetisasi hasil karya dari IKKON.

Di ajang ini, Sofia hadir dengan brand barunya dan berkolaborasi dengan komunitas Indigo Ikat Lango, Ngada, menghadirkan tenun dengan warna baru yang eksotik yaitu ‘Indigo Deep Blue Sea’ yang semakin  memperkaya warna warni tenun nusantara sekaligus mengangkat derajat tenun sebagai material yang fashionable.

Karya yang terinspirasi dari kecintaannya terhadap kebudayaan di daerah Ngada, sebuah daerah di propinsi Nusa Tenggara Timur dimana ia mendedikasikan waktu dan ide-idenya sebagai peserta IKKON 2016.

Sofia yang lahir di kota Yogyakarta pada tanggal 2 November 1983 ini merupakan salah satu desainer muda yang terpilih untuk mengikuti program unggulan pemerintah Indonesia melalui Badan Ekonomi Kreatif Indonesia yaitu IKKON 2016.

Pilot project yang bisa dibilang sukses ini, menghantarkan Sofia mengenal Ngada, Flores lebih dekat lagi. Bagi Sofia, penduduk Ngada sangatlah ramah sudah seperti keluarga, khususnya Langa, Bena, Bela, dan Tololela.

Sofia Sari Dewi Persembahkan Urban TransforMANU di IFW 2018
Hebe set for transforMANU by Sofia Sari Dewi. Material tenun indigo ikat denga crepe 2 tone dan kain manu; tenun katun celup indigo.

Di Ngada, Sofia melihat bahwa daerah ini  masih memiliki kebudayaan sendiri-sendiri yang tetap dipertahankan hingga saat ini seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian, pakaian adat, dan lainnya.

Berbekal keanekaragaman kultur yang ada di daerah Ngada inilah yang kemudian mendorong Sofia untuk berkreasi dengan berkolaborasi  bersama komunitas ikat tenun Ngada dalam menghadirkan karya fashionUrban TransforMANU by Live in ManuManu’ dengan menggunakan material dasar tenun ikat Ngada dengan warna yang baru yang lebih pekat ‘Indigo Deep Blue Sea’ yang telah dimulai sejak awal tahun 2017 lalu.

Dalam show kali ini, Sofia juga menggandeng pentolan komunitas Indigo Ikat Langa – Ngada  yaitu Mama Monika Ngada di atas catwalk sebagai simbol kolaborasi antara keduanya.

“Saya jatuh cinta dengan kemewahan langka yang ditawarkan Ngada sejak pertama kali menginjakkan kaki di bumi Flores ini. Hamparan hijau, masyarakat yang murni  menjunjung tinggi budaya, melestarikan adat istiadat dan sangat terbuka pada orang asing seperti saya. Hingga akhirnya saya menemukan cinta saya yang lain saat sedang eksplorasi Rumah Budaya ManuManu, yaitu kain tenun ikat Ngada dengan pewarna alam,” ungkap Sofia disela acara fashion show Urban Live in ManuManu di panggung Archipelago X by KOPPIKON, IFW 2018, Jakarta, Sabtu (31/3/18).

Sofia Sari Dewi Persembahkan Urban TransforMANU di IFW 2018
GAIA set jumpsuit look dengan materian atasan satin dan tenun ikat, serta kain Manu, tenun ikat celup indigo. Foto. evi

Ia mengatakan, “Ada banyak pewarna alam yang ada, namun hati saya tertarik pada warna nila. Dan dalam beberapa kali capacity building, akhirnya bisa menciptakan pengolahan warna yang lebih cantik lagi, yang saya namakan ‘Indigo Deep Blue Sea’ yang berarti sebiru air laut dalam”.

Live in  ManuManu  menurutnya tidak akan terbatas pada kain tenun ikat Ngada Indigo Deep Blue Sea saja, melainkan dapat melebarkan sayap ke daerah lain yang memiliki komitmen menggunakan kain pewarna alam.

Begitu pula untuk Rumah Budaya ManuManu, bisa juga berkembang ke daerah lain yang memiliki potensi yang sama, bahkan ke seluruh daerah di Indonesia. Bahkan lini fashion ManuManu sudah melahirkan 2nd line bernama Bluebelly yang berisi koleksi busana couple sejak kwartal pertama tahun 2017, baik itu dari tenun maupun batik.

Lebih lanjut Sofia mengatakan, “Saya yakin Tuhan mengirim saya ke Ngada melalui IKKON 2016 dan BEKRAF bukan tanpa alasan. Hingga saat ini saya memiliki keluarga baru, semangat baru dan ‘tempat pulang’ yang selalu hangat dalam merealisasikan impian saya untuk bergelut dengan kain tradisional Indonesia”.

“Karenanya saya tetap setia menganut moderen Indonesia sebagai jalan saya dalam berkarya. Baik itu dalam bidang fashion maupun pariwisata dan hospitality,” tambahnya.

Sudah menjadi signature Sofia memiliki sebuah karya yang bisa lebih banyak styling dan mix and match. Tentunya dalam show kali ini pun Sofia menampilkan koleksi yang dapat dipakai dalam beberapa situasi.

Sofia Sari Dewi Persembahkan Urban TransforMANU di IFW 2018
Sofia Sari Dewi (kanan depan) bersama perajin dan model.

Koleksinya  menyiratkan profesi Sofia sebagai pelaku kreatif yang sibuk dari pagi hingga malam hari. Profesi Sofia sebagai lifestyle blogger juga mengharuskan untuk selalu aktif dan up to date dalam setiap event, karenanya, Sofia membuat outfit yang sesuai kebutuhannya sendiri. Dan teruntuk kaum urban ibukota dengan karyanya Urban TransforMANU.

Kehadiran Sofia yang mengangkat tenun ikat Ngada dalam karya fashion terbarunya, sudah tentu mendapat sambutan positif dari pemerintah setempat. Pemerintah Daerah Ngada khususnya Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ngada, sangat antusias dengan kolaborasi ini.

Bahkan menurutnya sudah terbentuk ekosistem yang bagus antara ManuManu dengan Komunitas Indigo Ikat Ngada. Kerjasama ini berlangsung mulai dari pembibitan, penanaman kebun Indigo (Nila), pemanenan dan pengolahan tanaman Indigo (Nila), pengikatan kain untuk pembuatan motif, pencelupan warna hingga pengeringan dan mencapai warna yang diinginkan, dan akhirnya menenun benang hingga menjadi kain tenun yang cantik.

Desain, siluet,  dan kombinasi material yang kekinian ini diharapkan mampu menjawab kerinduan masyarakat terhadap busana moderen Indonesia yang ringan, stylish, dan nyaman untuk tampilan sehari-hari.

“Ajang IFW 2018 ini tentunya menjadi media promosi untuk lebih dikenal sekaligus peluncuran KOPIKKON. Berharap yang lain makin tergerak melakukan yang sama dan melestarikan kain lokal,” tutup Sofia kepada IndonesiaTripNews.Com. (evi)

- iklan -