- iklan -

JAKARTA, ITN –  BANYAKNYA keluhan wisatawan mancanegera (wisman) Tiongkok yang disampaikan Dubes Tiongkok untuk Indonesia  Xie Feng kepada Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, membuat keputusan penting.

“Pertama, untuk safety and security, Bali sebagai pilot project, berkoordinasi dengan Kadispar Bali, untuk menaikkan standart safety and security, terutama wisman dengan originasi Tiongkok,” ujar Menpar Arief Yahya di Kemenpar, Jakarta, Rabu (29/3/17).

Ia mengatakan, “Kami buat tim yang anggotanya Kemenpar, Dispar Bali, Kedubes China Jakarta dan Konjen China di Bali, ditambah Badan SAR Nasional, untuk menjaga pantai-pantai yang menjadi destinasi favorit wisman asal China. Ini untuk menghindari bahaya karena di pantai berombak”.

Kedua, khusus security, Menpar juga akan mengaktifkan Polisi Pariwisata di Bali, yang standby di Tourism Board, yang berkantor di Kuta. Polisi pariwisata ini nanti bisa berkoordinasi cepat jika ada kejadian terkait wisman negeri Tirai Bambu itu.

Ketiga, Bali Tourism Board itu nanti juga akan ada Tourism Information, yang bisa berbahasa Mandarin, dan punya hotline. Semua fasilitas publik dari Bandara sampai hotel dan destinasi harus sudah ada petunjuk berbahasa internasional. Diantaranya Mandarin, Inggris, Jepang, Arab, dan Prancis. “Ini  bisa cepat dieksekusi, agar memudahkan mereka dalam bergerak. Soal bahasa itu, Dubes Tiongkok siap membantu,” ungkapnya.

Setiap wisman Tiongkok yang meng-on-kan HP nya, mereka langsung dapat greating, Selamat Datang ke Bali, Wonderful Indonesia, dan informasi nomor telepon yang setiap saat bisa dihubungi jika menghadapi masalah. Call centernya akan dibuat segera di Bali. “Saya sudah minta, minggu ini juga sudah running,” ujarnya lebih lanjut.

Mengenai keluhan pungutan yang disampaikan Dubes Tiongkok, dalam hal ini Menpar Arief akan sangat hati-hati, karena memasuki zone yang bisa menimbulkan persepsi yang salah. Menpar akan berkoordinasi secara internal dulu, di mana letak “penyakit”-nya, agar bisa diobati secara tepat.

Dubes Xie Feng menyatakan potensi kedua negara sangat besar. Outbound China tahun 2017 ini bisa mencapai 140 juta orang. Indonesia memiliki potensi lebih besar daripada negara tetangga, namun wisman China ke Indonesia masih terbilang kecil. “Karena itu usul saya, perlu kerjasama yang dipererat,” ujar  Xie Feng.

“Ada tiga saran dari kami, yakni mengintensifkan promosi pariwisata Indonesia di China. Kedua, mengundang Menpar Arief dan Presiden Joko Widodo untuk datang di acara KTT One Belt One Road tanggal 15-16 Mei 2017 di Beijing, dan ketiga, pembuatan MoU antara Kemenpar dan CNTA,” kata  Xie Feng.

Menpar Arief menyambut baik usulan tersebut, serta mendorong kerjasama lebih lanjut pada, Pelatihan Guide berbahasa Mandarin. Di Bali sudah dibantu Konjen China. Langkah pertama ini bisa juga dilakukan oleh Kedubes Tiongkok di Jakarta.

Usulan kedua, peningkatan konektivitas penerbangan langsung ke Manado dan Tanjung Pinang. Ketiga, percepatan Investasi Perusahaan Besar China di Destinasi Pariwisata Indonesia, seperti Wanda Dalian.

Pengawasan terhadap pelaku pariwisata seperti penyedia transportasi, hotel, restaurant, diharapkan memberikan pelayanan maksimal sesuai standar keamanan dan kenyamanan wisman Tiongkok. “China itu outbound terbesar di dunia. China juga customer terbesar 2016. Jadi memang harus diperhatikan complain mereka, demi memperoleh wisman yang berkelanjutan,” tambah Arief Yahya. (*/evi)

- iklan -