LEBAK, ITN– RATUSAN masyarakat Kampung Cimerak, Desa Margamulya, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tumpah ruah di lokasi peresmian “Jembatan Hati”, Sabtu (7/10/17) siang. Terik panas matahari tidak menghalangi mereka untuk menghadiri hari bersejarah di kampung itu.
Tim qasidah ibu-ibu, irama tabuhan dari lesung yang dipukul dengan alu oleh ibu-ibu, tari-tarian, dan atraksi pencak silat siswa-siswi pelajar berderet memanjang di kampung itu. Bapak-bapak dan para pemuda desa juga memamerkan hasil kebun mereka.
Masyarakat patut bersuka-cita, sebab sudah puluhan tahun mereka yang tinggal di kampung terpencil harus was-was jika harus menuju kampung tetangganya. Hanya ada jembatan bambu yang menghubungkan dua desa melintang di atas sebuah sungai. Melalui jembatan bambu itulah masyarakat saling berinteraksi.
Kini jembatan bambu yang sering rusak dan hilang ketika banjir menerjang, sudah tidak ada lagi. Sebagai penggantinya di lokasi itu terbentang jembatan baja yang membuat masyarakat merasa aman dan nyaman untuk meniti. “Jembatan puluhan tahun terbuat dari bambu. Saya sudah mencari bantuan kemana-mana, termasuk ke luar negeri; tapi tidak ada yang bereaksi,” kata Kepala Desa Margamulya, Wawan Irawan ketika memberikan sambutan pada acara peresmian “Jembatan Hati” itu. Untuk itu, ia atas nama masyarakat Desa Margamulya menyatakan rasa syukur dan terima kasih.
Jembatan dengan konstruksi sangat kokoh itu dibangun sebagai wujud kolaborasi alumni STAN 82, tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). “Awalnya kami alumni STAN 82 saweran, tapi belum tahu apa yang harus dilakukan,” jelas perwakilan dari alumni STAN 82 Egi Sutjiati. Kemudian dirinya bertemu dengan seorang Guru Besar ITB dan menceritakan tentang dana hasil saweran itu dan akhirnya diperoleh ide cemerlang untuk membangun jembatan-jembatan di kampung atau desa terpencil yang masyarakatnya sangat membutuhkan jembatan.
Hingga kini sudah empat jembatan yang dibangun di Provinsi Banten. Jembatan-jembatan itu diberi nama “Jembatan Hati”, karena memang dibangun melalui hati oleh penggagas, penyandang dana, pelaksana, dan masyarakat setempat yang bergotong-royong. Dalam waktu dekat segera dibangun “Jembatan Hati” yang kelima juga di Kecamatan Cileles.
Selain jembatan, para alumni STAN 82 juga mendirikan “Rumah Baca” yang hingga kini sudah ada enam “Rumah Baca”, termasuk yang ada di Bekasi, Jawa Barat. “Rumah Baca ini bukan hanya indah ruangannya, cantik rak-rak bukunya, dan berbagai macam buku bacaannya; tapi yang sangat penting adalah buku-buku yang ada di dalamnya dibaca oleh para siswa, siswi, dan masyarakat di sini; agar mereka bertambah ilmu pengetahuannya,” ucap Egi Sutjiati.
Peresmian “Jembatan Hati” dan “Rumah Baca” yang berada di Madrasah Margamulya dilakukan oleh Ketua Institut Keamanan dan Keselamatan Maritim Indonesia (IK2MI) Laksamana Madya TNI (Purn) Y Didik Heru Purnomo didampingi Camat Cileles Dartim, SSos dan pejabat kecamatan setempat.
Dalam sambutannya Didik Heru Purnomo mengatakan jembatan dengan konstruksi baja itu akan meningkatkan kehidupan masyarakat di Kampung Cimerak, kian terjalinnya tali silaturahim, meningkatkan perekonomian, memudahkan masyarakat berkomunikasi, bersosialisasi, beriteraksi, dan mencerdaskan para generasi muda setempat. Dengan adanya jembatan permanen itu, masyarakat di kampung sebelah bisa dengan mudah mencapai Kampung Cimerak, termasuk mereka yang akan bersekolah.
“Dan jembatan itu dapat diwujudkan karena adanya bentuk kebersamaan dan gotong-royong masyarakat di sini. Untuk itu saya menyampaikan rasa bangga dan ucapan terima kepada Bapak Camat, Bapak Danramil, Bapak Kapolsek, Bapak Kepala Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan seluruh masyarakat di sini. Saya berpesan agar jembatan ini dirawat dengan baik, sehingga akan dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lama,” katanya.
Camat Cileles mengatakan bahwa di wilayahnya masih banyak jembatan gantung yang menghubungan kampung satu dengan kampung lainnya. Pemerintah belum mampu membangun jembatan-jembatan permanen yang sangat dibutuhkan masyarakat, karena anggaran yang terbatas dan luasnya wilayah. Untuk itu ia menyatakan terima kasih kepada Alumni STAN 82, Tim ITB, dan PT SMI yang telah membangun “Jembatan Hati” di wilayahnya.
Dartim menyatakan pembangunan “Jembatan Hati” merupakan wujud jatidiri dan itegritas Bangsa Indonesia yang peduli terhadap masyarakat. “Ini merupakan bentuk nasionalisme dan pengamalan sila-sila dari Pancasila,” ucapnya.
Tim ITB yang diwakili Ir Ramdana menjelaskan jembatan itu dibangun dengan konstruksi yang mudah dirawat dan dibersihkan. Dengan demikian masyarakat akan dengan mudah merawat jembatan yang bentangannya mencapai 12 meter lebih. Dengan adanya gotong-royong dari masyarakat, jembatan itu mampu dibangun dalam waktu satu bulan. Dukungan masyarakat dinilainya sangat luar biasa, sehingga pembangunan jembatan cepat selesai. Ia berpesan agar jembatan dirawat seperti masyarakat merawat diri mereka masing-masing.
Sementara Koordinator CSR PT SMI Hendriko Leonard Wiremmer mengemukakan dengan adanya jembatan itu, maka membuka konektivitas antar-wilayah. Jembatan itu dapat membantu kemandirian masyarakat dan simbol pemersatu warga desa atau kampung, sehingga kegiatan masyarakat lebih hidup.
Peresmian “Jembatan Hati” dan “Rumah Baca” yang merupakan program dari Alumni STAN 82 dengan “Desaku Keren” itu, ditandai dengan peninjauan ke jembatan dan rumah baca. Pada kesempatan itu, Didik Heru Purnomo juga menyerahkan buku bacaan siswa-siswi madrasah yang diterima kepala sekolah Otong Syafei. (ori)