- iklan -

JAKARTA, ITN- INDONESIA memiliki bunga Rafflesia Arnoldii yang tumbuh hanya setahun sekali, juga ada bunga Bangkai setinggi 4 meter, namun tahukah kalau kedua bunga tersebut berasal dari Bengkulu?.

Maya Miranda Ambarsari saat memberikan penjelasan mengenai bunga Rafflesia.
Maya Miranda Ambarsari saat memberikan penjelasan mengenai bunga Rafflesia.

Provinsi Bengkulu terletak di bagian barat daya Pulau Sumatera dengan panjang pantai sekitar 525 Km. Kawasan kota ini membujur sejajar dengan pegunungan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Bengkulu diapit oleh Provinsi Lampung, Palembang, dan Sumatera Barat.

“Tidak hanya bunga, provinsi yang baru berusia 51 tahun ini juga memiliki sejuta pesona wisata dan budaya yang selama ini belum banyak diketahui masyarakat,” ujar sociopreneur, Maya Miranda Ambarsari, SH, MIB saat ditemui Indonesiatripnews.com pada acara pers conference mengenai Bengkulu di Elliottii Residance, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Senin (24/10/16).

Maya Miranda Ambarsari didampingi suami dan anak di atas kapal Ferry, perjalanan dari Merak ke Bakahuni. Foto. dok. fb miranda
Maya Miranda Ambarsari didampingi suami dan anak di atas kapal Ferry, perjalanan dari Merak ke Bakahuni. Foto. dok. fb miranda

Melihat kondisi tersebut pengusaha pertambangan dan properti yang lebih senang dipanggil Mba Maya ini tergerak dan berencana memperkenalkan potensi wisata serta budaya di Bengkulu lewat bukunya yang berjudul “Bengkulu, I Adore!”.

“Saya sangat bangga menjadi putri daerah Bengkulu, masih sedikit buku yang bercerita mengenai Bengkulu. Bengkulu itu sangat indah, karena itu saya ingin mempromosikan Bengkulu, salah satunya melalui buku sehingga masyarakat bisa semakin kenal dengan Bengkulu dan menjadikan Bengkulu sebagai salah satu destinasi wisata,” ungkap Maya yang mengambil sekolah bisnisnya di Swinburne University of Technology, Melbourne.

Untuk mempersiapkan penulisan bukunya tersebut Maya yang juga pemilik dari tujuh Exclusive Guest House ini melakukan perjalanan ke Bengkulu dengan ditemani suami Ir Andreas Reza, MH dan anak lelakinya, yakni Muhammad Khalifah Nasif.

Dengan semangat menuju perjalanan melihat bunga Rafflesia. Foto. dok. fb
Dengan semangat menuju perjalanan melihat bunga Rafflesia. Foto. dok. fb

Menurut perempuan cantik yang memiliki sejumlah pengalaman dan award ini hampir 30 tahun lamanya ia merantau ke Jakarta dan tidak pulang ke Bengkulu. Perjalanan darat dengan waktu 26 jam dari Pelabuhan Bakauheni menjadi pilihan untuk sampai di Bengkulu.

“Kami melewati jalur darat dan menyeberangi Selat Sunda menggunakan Kapal Ferry dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni, kemudian melanjutkan perjalanan darat. Sementara jika menggunakan pesawat udara, waktu tempuhnya hanya sekitar satu jam,” ungkap perempuan yang sangat ramah dan memiliki hobi memasak, membaca, olahraga, bertaman, dan mendesain ruangan ini.

Setelah sampai di Bengkulu, ia pun tak melihat begitu banyak perubahan. “Saat perjalanan di Kota Lampung jalanan masih bagus, tetapi setelah memasuki perbatasan Bengkulu jalanannya seperti kita sedang off road. Masih butuh waktu untuk menjadi lebih baik,” cerita Maya.

Masyarakat Bengkulu menurutnya begitu polos, tidak terpengaruh moderninasi dan westernisasi. “Mereka memiliki karakter tipikal Sumatera yang religius, menghargai budaya, saling bersilaturahmi, dan memiliki rasa persaudaraan yang tinggi,” jelas pemilik Gorjes Salon di Jalan Wolter Mongonsidi, Jakarta Selatan ini.

Foto bersama sebelum pers conference tentang Bengkulu di Elliotii Residence, Jakarta.
Foto bersama sebelum pers conference tentang Bengkulu di Ellioti Residence, Jakarta.

Maya mengatakan, “What a beautifu life indeed. I do miss this typical life. Penduduk Bengkulu persis bunga Rafflesia yang menarik hati, kokoh, dengan kecantikan asli yang menggoda dan tidak mudah layu”.

“Pantainya masih perawan tidak tersentuh Jetski atau boad, tidak ada daya beli karena pengemasan paket wisatanya juga belum bagus, seperti Pantai Panjang, Pantai Tapak Paderi, Pantai Jakat serta perairan Pulau Tikus yang berjarak  10 mil dari Kota Bengkulu” ungkapnya.

Sedangkan untuk wisata budaya, menurutnya Bengkulu memiliki budaya 1 hingga 10 Muharram sekaligus memperingati wafatnya Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad SAW yang meninggal di Karlaba, Irak. Peringatan ini dikemas dalam gelaran Festival Tabot.

Maya yang saat itu mengenakan kebaya biru dengan kain Batik Besurek (kain tradisional khas Bengkulu bermotif kaligrafi Arab), mengatakan, “Bengkulu juga memiliki wisata sejarah, seperti  Benteng peninggalan  Inggris, Fort Marlborough. Benteng ini dibuat tahun 1714 hingga 1719 oleh Kerajaan Inggris Raya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal yang dijabat Joseph Collet. Ada juga rumah kediaman Presiden Soekarno bersama ibu Fatmawati”.

“Selain Batik Besurek yang dapat dijadikan cenderamata, Bengkulu menyimpan batu perhiasan terbaik di Indonesia, yakni Red Rafflesia yang pernah menjuari Kejurnas Indonesia Gamstoner 2015 dan ranking  pertama Nasional bidang Chalcedony serta menjadi primadona,” ujar Maya yang akan meluncurkan bukunya sebelum hari ulang tahunnya di bulan Juli nanti.

Tak hanya itu Maya pun bercerita mengenai perjalanan kuliner yang ditemuinya saat berada di Bengkulu, seperti kopi, tempoyak, pendap, asam pedas bagar hiu, dan baythat (kue nastar besar).

“Untuk yang  bagar hiu, saya tidak berani makan, tetapi Kopi Robusta Bengkulu dari Curup dengan harga Rp60.000 per kilo yang digiling masih kasar dan kental serta aromanya yang harum sangat nikmat, harus dicoba,” tutup Maya mengakhiri pembicaraan. (Yeffi Rahmawati)

- iklan -