- iklan -

JAKARTA, ITN-  Jalan Jenderal Sudirman, Toboali Bangka Selatan pukul 06.00 WIB telah ramai dengan masyarakat yang ingin bersiap-siap menyaksikan parade “Ngarak Telok Serujo”.

Ngarak Telok Serujo merupakan bagian dari kegiatan Toboali City on Fire (TCOF) season 3 yang digelar pada  27-30 Juli 2018.

Telok Heroja (Telok Seruja) merupakan warisan budaya Bangka Selatan maupun Bangka Belitung pada umumnya yang dapat dimaknai kemegahan secara alami, ramah lingkungan, dan dapat menghubungkan pengantin pada pemahaman pembentukan keluarga yang baik dan menelurkan generasi penerus terbaik dalam naungan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tidak hanya menghiasi acara pernikahan, Telok Serujo yang biasa dibuat dengan detail tertentu ini juga biasa dihadirkan pada acara khitanan atau syukuran.

"Ngarak Telok Serujo" Ramaikan Toboali CIty on Fire 2018 di Bangka Selatan
Salah satu telor yang telah diwarnai pada acara Telok Serujo. (foto. evi)

Telok Seruja memiliki arti, telok adalah telor ayam dan serujo berarti kembang atau bunga. Telor yang menggambarkan harapan keluarga dan pengantin untuk memeroleh keturunan yang baik ini dimasukkan dalam wadah  yang disebut dengan “sumpit berduri”.

Sumpit berduri bermakna tempat yang aman dan terhindar dari gangguan, sehingga diharapkan keturunan dari pengantin menjadi anak yang baik, terhindar dari segala marabahaya dan mempunyai keimanan dan ketaqwaan yang berlandaskan Al qur’an.

Sumpit berduri pada zaman dahulu terbuat dari bahan alami yang dapat dianyam, seperti daun kelapa, daun pandan, dan daun pisang.

"Ngarak Telok Serujo" Ramaikan Toboali CIty on Fire 2018 di Bangka Selatan
Pengantin dan tandu yang membawa telor pada acara Ngarak Telok Serujo.

Ngarak Telok Hijau yang diikuti oleh 60 peserta ini dihadiri Gubernur Bangka Belitung (Babel) yang diwakili Kepala Dinas Kominfo Babel Dr Drs Sudarman, Bupati Bangka Selatan H Justiar Noer, Wakil Bupati Riza Herdavid, Kementerian Pariwisata H Eksan, Kajari Safrianto Zuriat Putra, Kapolres AKBP Aris Sulistyo, Wakil Ketua DPRD Babel Toni Purnama, Ketua Penggerak PKK Bangka Selatan Ekawati Justiar, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan Kepala OPD setempat.

Acara juga dihadiri Duta Besar China untuk Indonesia, Mr Xiau Qian yang diwakili Mr Li Hanging. Ketua Dewan Promosi Perdagangan Internasional China untuk Indonesia, Mr Chen Min, para Kepala BUMN China dan beberapa pengusaha Don Hasman, Risman Marah, Teguh Santosa, dan tujuh Ketua ASITA Indonesia dari berbagai provinsi.

“Telok Serujo ini merupakan kebudayaan lama yang diangkat kembali, dalam TCOF sesion 3 yang mengusung tema ‘Back to Nature”. Kembali ke alam, kita mengajak masyarakat untuk kembali kepada alam, melestarikan dan memelihara alam, budaya dan lingkungan sebagai satu kesatuan,” ujar H Justiar Noer, dalam sambutannya saat membuka acara Ngarak Telok Serujo, di  Jalan Sudirman, Bangka Selatan, Minggu pagi (29/7/18).

"Ngarak Telok Serujo" Ramaikan Toboali CIty on Fire 2018 di Bangka Selatan
Iring-iringan Telok Serujo, pemain rebana dan pembawa seserahan.

Justiar mengatakan, “Selamat menikmati dan mengexplore destinasi wisata kami, mengenal seni dan budaya Junjung Besaoh Bangka Selatan”.

Sebanyak 60 peserta Ngarak Telok Serujo satu persatu menampilkan Telok Serujo dengan berbagai kreativitasnya untuk dinilai dan dipilih yang terbaik yang kemudian pemenangnya akan ditampilkan untuk event nasional di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Para peserta Ngarak Telok Serujo, yang dimulai pukul 08.30 WIB ini dibuka dengan penampilan marching band Gita Selatan, yang kemudian diikuti dengan peserta Ngarak Telok Serujo, diantaranya peserta dari Dinas Pertanian Pangan Perikanan Bangka Selatan.

Dalam parade ngarak tersebut pasangan pengantin memberikan seserahan telok serujo kepada Bupati Bangka Selatan.

"Ngarak Telok Serujo" Ramaikan Toboali CIty on Fire 2018 di Bangka Selatan
Suasana 1.000 Dulang.

Peserta Ngarak Telok Serujo terdiri dari barisan pemusik, barisan pesilat, barisan ketua adat, telok serujo, pengantin, orangtua pengantin, pendamping pengantin, pemuda-pemudi (bujang dayang), dan pembawa seserahan.

Arakan pengantin dan telok serujo diiringi dengan bunyi –bunyian musik khas Bangka Belitung, seperti rebana, rudat, dambus, dan musik blass (sejenis tanjidor).

Pengantin menggunakan pakaian yang secara umum disebut baju “Paksian” yang merupakan baju khas pengantin Bangk Belitung dimana budaya melayu Bangka Belitung memang dipengaruhi oleh budaya Arab dan Tionghoa. Hal tersebut menandakan masyarakat Bangka Belitung telah mengalami akulturasi budaya karena sifat keterbukaan dan toleransi, namun tetap memegang teguh prinsip-prinsip melayu yang identik dengan islam.

Dalam arak-arakan tersebut, sesekali ada juga peserta yang menebarkan “beras kunyit”, permen, koin, dan irisan pandan wangi (bunga-bunga) yang diletakkan dalam wadah bernama bokor. Beras tersebut menggambarkan doa bagi pengantin agar  kehidupan rumah tangganya selalu dalam kemakmuran, koin bermakna agar dilimpahkan rezeki, dan irisan daun pandan bermakna agar kehidupan rumah tangga selalu langgeng dan manis.

Pada acara tersebut MC membacakan narasi masing-masing peserta dengan menggunakan tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, Inggris, dan lokal. Bahasa lokal digunakan karena agar bahasa lokal tetap terjaga, anak cucu tidak kehilangan dengan bahasa lokalnya, sekaligus sesuai dengan tema acara TCOF 2018 sesion 3, Back to Nature.

Terlihat unik dan menarik, telor yang diberikan wadah dengan kreativitas masing-masing dari para perserta tersebut ada yang diberi warna merah, ada yang dikemas dalam wadah berbentuk ikan, dll.

"Ngarak Telok Serujo" Ramaikan Toboali CIty on Fire 2018 di Bangka Selatan
Indonesaitripnews.com berkesempatan merasakan 1.000 Dulang bersama Ibu Ekawati Justiar (tengah).

Peserta dari RSUD Bangka Selatan menjadi peserta Ngarak Telok Serujo terakhir, dengan ditutup barisan pembawa dulang untuk selanjutnya menuju rumah dinas Bupati Bangka Selatan melanjutkan acara 1.000 Dulang. “Dulang itu nampan yang terdiri dari lima masakan khas Bangka Selatan, satu piring tampak di atas karena dibawahnya terdapat air untuk cuci tangan,” ujar Ekawati Justiar kepada Indonesiatripnews.com yang mendapat kesempatan merasakan kegiatan 1.000 dulang.

Makanan yang disajikan dalam piring yang berada di dulang tersebut bervariasi, mulai dari sambal goreng nanas, tumis keladi, sambal khas Bangka, Lempa Kuning, tumis tempe buncis, telor dadar, buah, dsb. (evi)

- iklan -