- iklan -

BENGKULU, ITN- ADA apa di Bengkulu? Jalan-jalan ke Bengkulu merupakan hal yang pertama bagi Indonesiatripnews.com menginjakkan kaki di kota yang sering disebut Bumi Rafflesia ini.

Disela mengikuti Festival Pesisir Pantai Panjang 2018 yang didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Sabtu pagi (17/11/18) sebelum melakukan perjalanan ke destinasi wisata yang kami tuju, membeli oleh-oleh menjadi yang pertama disinggahi, mengingat posisi pusat oleh-oleh Bengkulu tersebut tidak jauh dari Hotel tempat menginap, yakni OR 44 Hotel.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Pusat oleh-oleh Bengkulu yang menawarkan batik, souvenir, kopi, dll.

Beragam oleh-oleh ditawarkan  Toko Sari Rasa dan Cita Rasa yang terletak di Jalan Soekarno Hatta, Anggut Atas, Bengkulu. Mulai dari kain batik khas Bengkulu (Batik Besurek) dengan motif yang di dominan bunga Rafflesia, Lempuk Durian, Kripik Ikan Beledang, Sambal Teri, Manisan Terong, Perut Punai, Kue Bangkit, Emping Tipis, Ikan Bleberan Belado, Kue Bawang, souvenir bentuk bunga Rafflesia Bengkulu, sirup dan minuman jeruk Kalamansi, serta beragam kopi khas Bengkulu.

Tak heran kalau bunga Rafflesia menjadi motif dari berbagai souvenir di Bengkulu, mengingat Bengkulu banyak ditumbuhi tanaman bunga Rafflesia.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Souvenir bunga Rafflesia Bengkulu.

Tak hanya kopi merek 1001 yang terkenal di Bengkulu, Bengkulu memiliki banyak ragam kopi ada jenis robusta dan arabica. Rafflesia Coffee (Bengkulu), Lebuak Coffee (Seluma Desa Sukamaju), Kopi Bubuk Hainam (Curup), Kopi Bubuk Buyung Upik (Pasar Minggu-Bengkulu), Kopi Bubuk Surya (Bengkulu), dan Kopi Arabica Kito (Bengkulu) menjadi kopi pilihan untuk dibeli.

Selesai membeli oleh-oleh perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Agrowisata Perkebunan Teh Kabawetan yang terletak sekitar 83 Km dari Kota Bengkulu dengan melewati Bengkulu Tengah.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Beragam jenis kopi yang dibeli Indonesiatripnews.com di pusat oleh-oleh Cita Rasa.

Ada beberapa hal yang menarik terlihat sepanjang perjalanan menuju perkebunan teh tersebut, seperti antrian yang panjang saat mengisi BBM, bunga-bunga yang tampak tumbuh dengan segar, rumah-rumah panggung khas Bengkulu yang usianya telah puluhan tahun tapi tampak terlihat cantik, dan jejeran cobek (batu giling) yang terbuat dari batu asli yang ditawarkan di sepanjang jalan.

Tepat pukul 12.00 WIB dengan diguyur hujan, Masjid Baiturrahim menjadi tempat kami untuk menunaikan solat Djuhur dan melanjutkan perjalanan dengan melewati kawasan Bukit Barisan Selatan.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Perkebunan Teh Kabawetan.

Suasana pemandangan hijau pun terlihat menyejukkan mata meski harus merasakan jalan yang berliku layaknya jalan menuju Puncak Bogor sebelum memasuki kawasan Perkebunan Teh Kabawetan. Dan, hal itu pun terbukti dengan terlihat gerbang masuk kawasan yang bertuliskan “Wilujeung Sumping” di Desa Kampung Bogor Kecamatan Kepahiang.

Mendengar cerita dari Dicky, sopir yang mengantar Indonesiatripnews.com, kampung ini dihuni orang Sunda dari Ciomas, Ciapus, dan Dermaga (sekarang masuk wilayah Bogor-Jawa Barat) yang bermigrasi pertama kali ke daerah Kepahiang saat pemerintah kolonial Belanda, yakni sekitar 1909.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Kuala Tripa Resto selain nyaman untuk bersantap siang, menu yang ditawarkan pun rekomended.

“Imigran yang berasal dari Bogor ini awalnya untuk sementara waktu direlokasikan ke daerah Kaban Agung, baru kemudian dipecah kedua wilayah. Sebagian menetap di daerah imigrasi Air Sempiang, dan sebagian lagi menetap di daerah imigrasi Permu. Selanjutnya wilayah imigrasi Air Sempiang ini kemudian dikenal sebagai Desa Kampung Bogor, karena mayoritas penduduknya merupakan imigran yang berasal dari Bogor, Jawa Barat,” ungkapnya

Jalan pun kian menurun untuk selanjutnya berhenti di Perkebunan Teh Kabawetan yang berjarak sekitar 10 Km atau 15 menit dari pusat Kota Kepahiang yang terkenal dengan penghasil kopi dan teh ini.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Menu Ikan Kakap Kuah Rujak di Kuala Tripa Resto yang menggugah selera.

Perkebunan Teh seluas 650 Hektar yang tak kalah indahnya dengan perkebunan teh yang berada di Puncak Bogor, Jawa Barat ini menjadi spot foto  bagi wisatawan untuk ber-swafoto mengingat tempatnya yang tenang dan sejuk.

Pemandangannya pun indah, nyaman untuk refreshing, dan jauh dari keramaian kota. Nuansa ala perkampungannya pun masih begitu melekat dengan latar bukit Kaba yang memukau.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Sangkar burung yang menjadi salah satu spot foto di Taman Bunga Jang Smulen.

Setelah ber-swafoto, udara dingin pun membuat perut lapar ditambah waktunya untuk makan siang. Kuala Tripa Resto yang terletak di Jalan H Agus Salim, Rimbo Recap, Curup Selatan menjadi persinggahan sebelum melanjutkan tujuan wisata berikutnya.

Selain tempatnya yang luas, resto yang mulai buka pukul 10.00 WIB ini menawarkan suasana alam pedesaan dengan udaranya yang sejuk. Duduk lesehan di gazebo berkolam ikan mas menjadi pilihan untuk bersantap siang dengan menu pilihan mulai dari Kakap Kuah Rujak, Ikan Gurame Bakar, Cah Kangkung, Sapo Tahu, Cumi Goreng Tepung, dll.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Salah satu spot foto di Taman Jang Smulen yang berada di area Danau Mas Harun.

Selesai santap siang, Obyek Danau Mas Harun Bestari menjadi tujuan berikutnya. Danau yang dikelilingi perbukitan yang sebagian besar sudah berubah fungsi ini menjadi bukit bermacam sayuran dan di tengah danaunya terdapat pulau kecil. Tak jauh dari danau tersebut terdapat beberapa taman, antara lain Taman Bunga Jang Smulen (Bujang Smulen).

Wisata Taman Bunga Jang Smulen yang tepatnya terletak di Jalan Curup, Lubuk Linggau, Karang Jawa ini dibuka pada akhir 2017. Dengan biaya tiket masuk Rp10.000 per orang (dewasa) dan Rp5.000 per orang (anak-anak) pengunjung dapat ber-swafoto pada tempat-tempat yang instagramable, seperti spot sarang burung, kapal, balon udara, love, dan lain sebagainya.

Sayangnya swafoto tak dapat dilakukan mengingat hujan di area taman tersebut. Danau pun tak terlihat cantik karena pada danau tampak banyak ditumbuhi gulma sehingga air dari danau tersebut terlihat surut.

Tak jauh dari pintu masuk lokasi taman, terlihat kios penjual jeruk dan pisang yang tampak menggoda untuk dibeli. “Nama jeruknya Gerga Lebong, sekilo Rp25.000. Pas lagi musim ini mbak,” ujar penjual buah tersebut.

Menyusuri Kebun Teh dan Danau di Kapahiang
Jeruk Gerga dengan rasa segar, asam dan manis  ini ditawarkan dengan harga Rp25.000 per kilo.

Rasa jeruk Gerga ini segar, ada rasa asam dan manis. Buahnya sekilas seperti jeruk Medan, tapi bedanya jeruk ini lebih besar dan kulitnya keras, ketika dibuka aroma wangi jeruknya tercium menyegarkan dan bulirnya agak besar seperti Jeruk Bali.

Tak hanya itu Jeruk ini tersohor namanya setelah memenangkan kontes buah jeruk pada Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) tahun 2015 lalu dan pernah menjadi buah pilihan oleh Istana Negara.

Waktupun telah sore dan perjalanan berwisata untuk ke beberapa obyek wisata di Rejang Lebong pun tak dapat ditelusuri semuanya, seperti Air Terjun Kepala, Kebun Binatang Diobagitte, Bukit Kaba dan Bunga Rafflesia Arnoldi, dsb. Perlu tambahan hari untuk dapat melakukan perjalanan berikutnya. (evi)

- iklan -