- iklan -

BANYUWANGI, ITN- JIKA ke Gunung Ijen rasanya tak lengkap kalau belum ke Desa Banjar, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur. Pasalnya desa ini menawarkan kuliner Nasi Lemang, jajanan khas Banjar, dan Kopi Uthek yang tidak dimiliki desa lainnya.

Nasi Lemang dan Kopi Uthek merupakan warisan leluhur budaya suku Osing yang sudah masuk di dalam Calendar 77 Event Banyuwangi Festival.

Indonesiatripnews.com yang datang bersama rombongan pers tour Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata RI pada Sabtu malam (22/9/18) berkunjung ke Desa Banjar Kecamatan Licin sebelum melihat pertunjukan Jazz Gunung Ijen. Selain menyaksikan pertunjukan budaya, pengunjung disuguhi kopi Uthek, jajanan pasar, dan Nasi Lemang.

Menikmati Cara Minum Kopi Uthek dan Sego Lemang di Desa Banjar
Sajian Kopi Uthek dan kuliner jajanan pasar. (foto. evi)

Kopi Uthek disajikan tanpa gula, karena gula yang disajikan adalah bongkahan gula nira yang ditempatkan terpisah di dalam satu wadah.

Untuk menikmati Kopi Uthek, gula digigit baru kopi diseruput. Ketika gula digigit dan mengeluarkan suara, maka suara saat menggigit gula tersebut itulah asal nama Kopi Uthek khas Banjar. Menggunakan gula nira karena Desa Banjar penghasil gula nira.

Minum kopi di Desa Banjar setiap pagi hari sudah menjadi tradisi sejak lama dan masih berlangsung hingga sekarang di desa tersebut. “Ada tiga kekuatan yang membuat kopi Banyuwangi terasa enak buat diminum, pertama dari sisi utara terdapat uap garam yang berasal dari Selat Bali. Kedua berada di timur Gunung Ijen yang kerap terkena sinar matahari pagi, serta ketiga tanaman kopi selalu terkena taburan uap dan bau belerang dari kawah Ijen,” ujar pemilik Kopi El, Teguh.

Menurutnya tanaman kopi di Banyuwangi terletak di wilayah Rawung tepatnya di selatan Banyuwangi yang berada di Desa Sombon dan Desa Kalibaru. Lalu yang kedua, ada di Ijen, yakni di Desa Taman Sari, Kalibendo, Banjar, Sekobang, dan ke utara Ijen ada di Desa Pringgodani Kalipuro.

“Kebanyakan kopi Banyuwangi berjenis Robusta, bahkan prosentasenya mencapai 95 persen meskipun terdapat kopi Arabika dan Liberica,” ungkapnya.

Kopi Banyuwangi menurutnya lebih ke Robusta menginat karakteristik tanahnya mempunyai kekuaran rasa lebih ke kacang-kacangan dan cokelat. “Musim panen kopi di bulan Mei hingga Agustus dengan sekali panen rata-rata per satu pohon menghasilkan satu kilogram biji kopi, dengan luas 14 ribu hektar kebun kopi” ungkap Teguh yang telah menekuni kopi selama lebih dari 20 tahun.

Menikmati Cara Minum Kopi Uthek dan Sego Lemang di Desa Banjar
Masi Lemang. (foto.evi)

Sekali panen menurutnya ada tiga jenis kopi, yakni kopi rakyat Rp25.000 per kilo, premium Rp50.000, dan Arabika Rp80.000.

Nasi Lemang

Selesai menikmati Kopi Utherk, Nasi Lemang menjadi santapan utama. Nasi Lemang merupakan nasi yang digulung dengan daun pisang dan diisi dengan cacahan daging ayam dan ikan tuna atau ikan asin. Gulungan nasi tersebut dimasukkan ke dalam bilah bambu dan dibakar saat dimakan.

Konon, Nasi Lemang adalah makanan yang menjadi bekar para gerilyawan yang sedanga melakukan perlawanan terhadap penjajah Kolonial Belanda. Saat berjuang merebut kemerdekaan banyak warga yang berjuang dan bersembunyi di hutan. Di sanalah, mereka membuat Nasi Lemang untuk bertahan hidup. (evi0

- iklan -