BANDUNG, ITN- NOMADIC Tourism atau Pariwisata Nomadik berupa glamcam (glamping), home pod, dan caravan menjadi terobosan terbaru Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai jawaban atas keterbatasan tersedianya amenitas sebagai unsur penting 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di daerah tujuan wisata yang mengandalkan unsur budaya, alam, dan buatan manusia.
Nomadic Tourism dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi, dan perawatannya juga relatif mudah, sehingga menarik para pelaku industri pariwista untuk mengembangkan bisnis. Terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya, karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial.
Bagi masyarakat perkotaan yang biasa melihat kemacetan dan polusi, glamping bisa menjadi pilihan yang pas. Mungkin belum banyak yang belum tahu apa itu glamping. Glamping merupakan singkatan dari glamorous camping. Glamping sebuah cara untuk menikmati suasana alam seutuhnya tanpa mengorbankan kenyamanan dan kemewahan dalam hal akomodasi. Glamping bisa berupa menginap di tenda besar, rumah pohon, pondokan ramah lingkungan, kubah atau tipe akomodasi unik lainnya.

Tidak seperti berkemah biasanya yang membawa tenda dari rumah lalu membangun tendanya dan menyalakan api untuk memasak sendiri. Di Glamping ini semua sudah tersedia, bahkan seperti kamar hotel setara bintang tiga atau bintang lima yang lengkap dengan kasur, kamar mandi, dan perlengkapan lainnya yang memastikan tamunya dapat bermalam dengan nyaman.
Indonesiatripnews.com berkesempatan mengikuti kegiatan Orientasi dan Outbound Biro Kumunikasi Publik dengan merasakan suasana Glamping di Lakeside Rancabali, Ciwidey, Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat pada 1-3 Agustus 2018.
Bandung dipilih sebagai tempat kegiatan tersebut, karena Kemenpar melihat Kabupaten Bandung memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi nomadic destination, bahkan memiliki banyak digital destination tourism.
Glamping Lakeside Rancabali yang baru dibuka awal Juli 2016, langsung menjadi magnet baru kawasan Bandung Selatan. Udara segar dan dingin di tengah perkebunan teh yang bersebelahan dengan Danau Situ Patenggang membuat istimewa tenda Glamping yang berkonsep menyatu dengan alam. Glamping Lakeside Rancabali ini memiliki tiga jenis tenda, yakni Lakeside Tent Resort, Family Tent Resort, dan Family Adventure Camp.
Lakeside Tent Resort merupakan jenis tenda yang tepat berada di pinggir danau dengan masing-masing mempunyai halaman untuk acara api unggun dan barbeque. Tenda dengan kapasitas empat orang ini memiliki fasilitas hot water, car port, shower, smart tv, sitting toilet, breakfast, dan balcony. Cek in pukul 14.00 WIB dan chek out pukul 12.00 WIB.

Tarif Lakeside Tent Resort Rp2.007.000 (week day) dan Rp2.308.500 (week end), serta high season Rp2.40.400 per malam.
Jenis tenda Family Tent Resort merupakan jenis tenda dengan posisi di antara bukit kebun teh dengan pemandangan menghadap ke danau. Tenda berkapasitas delapan orang ini menjadi tenda Indonesiatripnews.com untuk bermalam. Tarif per malam Rp2.760.000 (week day), Rp3.174.000 (week end), dan Rp3.312.000 (high season).
Sedangkan Family Adventure Camp adalah jenis Dome Glam Camp di antara kebun teh dengan view menghadap danau. Tarifnya tenda per malam Rp1.200.000 (weekday), Rp1.380.000 (weekend), dan Rp1.440.000 (high season).
Setiap tenda tersedia kamar mandi dengan water heater, dan memiliki balkon yang menjorok ke Situ Patenggang. Glamping ini juga memiliki Phinisi Resto yakni restoran berbentuk kapal Phinisi di bibir Situ Patenggang. Letaknya tepat di atas kawasan “Batu Cinta” dan menghadap ke arah Pulau Cinta.
Di kapal Phinisi yang dijadikan sebuah restoran ini juga menjadi tempat untuk melihat pemandangan disekitar pegunungan dan Danau Situ Patenggang. Untuk mencapai restosan ini, sebuah jembatan gantung sejauh 100 meter merupakan jalan satu-satunya untuk bisa ke kapal Phinisi tersebut.
Walaupun harus melalui jembatan gantung yang tidak boleh lebih dari kapasitas 10 orang itu, banyak wisatawan yang memanfaatkannya untuk swafoto dengan latar belakang kapal Phinisi besar dengan dikelilingi perkebunan teh dan Danau Situ Patenggang yang mengelilingi daerah tersebut.

Kapal Phinisi besar yang seakan terdampar di tengah pegunungan ini memiliki pemandangan yang memukau, tak heran kalau setiap minggunya, pengunjung yang datang bisa mencapai 1.000 hingga 2.000 wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Suasana sekitar Glamping masih sangat alami. Udara pegunungannya pun amat segar dan hembusan angin serta terpaan kabutnya lumayan dingin bisa mencapai 10-14 derajat celcius, terlebih pada malam dan pagi hari. Semua itu tentunya membuahkan sensasi tersendiri.
Fasilitas lainnya, yakni Teras Bintang dengan tiket Rp25.000 per orang, Jembatan Pinisi, Taman Angsa, dan Taman Pakis masing-masing tiket masuk Rp15.000 per orang, perahu keliling danau Rp35.000 per orang, perahu kayak Rp100 ribu per jam, dan rental sepeda Rp20 ribu per jam. Sementara tiket masuk ke Glamping Lakeside Rancabali Rp20.000 per orang.
Mengingat udara yang sangat dingin di sekitar Glamping Lakeside Rancabali, Indonesiatripnews.com menyarankan sebaiknya mempersiapkan :
- Perlengkapan baju dingin long jones dan jaket tahan dingin
- Tutup kepala, kaos kaki, dan sarung tangan
- Minta tambahan selimut jika merasa masih dingin
- Bawa persiapan obat-obatan
- Makanan atau minuman instan yang menghangatkan. (evi)