- iklan -

CIANJUR, ITN- SEBAGAI bangsa dengan sejarah yang panjang, Indonesia juga memiliki banyak situs peninggalan sejarah yang telah dilindungi pemerintah salah satunya, yakni Situs Gunung Padang.

Pada Sabtu (2/9/17) lalu IndonesiaTripNews.com melangkahkan kaki mengunjungi situs purbakala Gunung Padang untuk menghilangkan rasa keingin tahuan sebuah penemuan yang konon katanya merupakan salah satu situs sejarah yang spektakuler.

Situs Gunung Padang ini merupakan situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.

Menelusuri Situs Peninggalan Sejarah Gunung Padang
IndonesiaTripNews.com bersama Abah Zaenal (kiri) di area situs Gunung Padang.

Lokasi situs ini dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota Kecamatan Warungkondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat “terlupakan”, pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, pemilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini.

Menelusuri Situs Peninggalan Sejarah Gunung PadangLokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam.

Dengan jarak tempuh 130 Km, berangkat pukul 08.00 WIB dari Cilandak Town Square, Jakarta Selatan IndonesiaTripNews.com tiba di Situs Megalitikum Gunung Padang pukul 13.30 WIB.

Sampai di area situs, yakni di pintu terminal perjalanan masih harus dilanjutkan untuk sampai di lokasi situs. Ada dua jalur untuk tiba di lokasi situs yaitu dengan mengikuti jalan melalui pintu masuk utama dengan menaiki sekitar 136 anak tangga atau dengan menaiki ojeg sewa seharga Rp50.000 untuk tarif pulang pergi.

Menelusuri Situs Peninggalan Sejarah Gunung PadangDengan harga tiket Rp5.000 per orang wisatawan sudah dapat masuk ke area situs itu. Beberapa pemandu wisata pun tampak terlihat siap memberikan penjelasan mengenai keberadaan situs purbakala ini.

Dengan ditemani pemandu wisata Abah Zaenal, perjalanan IndonesiaTripNews.com pun dimulai. “Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat, penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, Raja Sunda, yang berusaha membangun istana dalam semalam. Fungsi situs Gunung Padang ini diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun SM,” ujarnya.

Menurutnya, struktur bangunan situs itu sendiri terdiri dari lima teras berundak dimana pada tiap teras wisatawan dapat menemukan sebagian tanda-tanda fungsi dan makna dari tiap teras tersebut.

Menelusuri Situs Peninggalan Sejarah Gunung PadangPada teras pertama ditemukan batu gamelan, yaitu beberapa batu panjang yang dapat menghasilkan suara dan akan mengeluarkan bunyi yang berbeda antar gelombang satu dengan yang lain dan alat musik dari batu itu dapat dimainkan dengan benar dimana di sampingnya terdapat sebuah lokasi yang dinamakan Gunung Masigit, yang artinya tempat bersuci.

“Batu Gamelan dan Gunung Masigit di teras pertama ini di ilustrasikan sebagai awal panggilan masyarakat untuk memulai sebuah ritual dengan memainkan sebuah musik khusus dari batu yang bisa mengeluarkan suara tersebut sebagaimana mungkin lonceng atau bedug untuk memanggil umat beribadah,” ungkapnya Abah Zaenal.

Lanjut pada teras kedua, IndonesiaTripNews.Com melihat batu kursi dan batu yang menyerupai telapak kaki manusia. Sementara pada teras ketiga ditemukan batu tapak maung.

Lalu pada teras keempat ditemukan batu pengujian atau batu kanuragan. Sedangkan pada teras kelima atau tertinggi ditemukan batu singgasana dan batu pendaringan.

Usia “piramida” Gunung Padang diperkirakan 4.700-10.900 tahun sebelum Masehi, bandingkan dengan piramida Giza di Mesir, yang hanya 2.500 SM. Ada beberapa orang yang percaya kalau situs Gunung Padang memiliki keterkaitan dengan situs piramida yang ada di mesir, dikarenakan bentuknya yang mirip dengan ruang didalamnya dan karena umurnya yang jauh lebih tua dibandingkan piramida yang ada di mesir.

“Namun pembuktian belum maksimal, dan ini menyebabkan pakar geologi masih ragu terhadap “piramida” itu. Terlalu dini untuk diumumkan dan hingga saat ini situs Gunung Padang masih berada dalam masa pengkajian lebih lanjut yang memang membutuhkan dana atau biaya yang tidak sedikit,” ungkapnya.

Dari perjalanan ini ke situs Gunung Padang ini, IndonesiaTripNews.Com berharap semoga tim ahli yang tergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri dapat melanjutkan hasil temuan-temuannya di kemudian hari dan menjadikan situs Gunung Padang ini menjadi tambahan keajaiban dunia dan masyarakat, khususnya bangsa Indonesia untuk mengetahui asal-usul sejarah nenek moyangnya dengan lebih baik lagi. (Aldi)

 

- iklan -