CANDI MUARAJAMBI, ITN- GUBERNUR Jambi Zumi Zola Zulkifli menyatakan kesiapan Provinsi Jambi untuk menjadikan Candi Muarajambi sebagai warisan dunia. Pernyataan tersebut disampaikan gubernur pada acara pembukaan Festival Candi Muarajambi 2017 yang dirangkaikan dengan Perayaan Hari Waisak di Muara Jambi, Kamis (11/5/17).
Tahun ini Kementerian Pariwisata memberikan bantuan sebesar Rp1,5 miliar yang rencananya akan dipergunakan Kabupaten Muarajambi untuk pembangunan sarana dan prasarana di komplek percandian Muarajambi. Pembangunan ini dilakukan guna meningkatkan kualitas pariwisata di percandian Muarajambi.
Kawasan Cagar Budaya Muarajambi merupakan peninggalan kerajaan Melayu Kuno yang terletak di sepanjang aliran sungat Batanghari, tepatnya di desa Muarajambi. Keberadaan situs ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke 7-14 Masehi, dan merupakan pusat bagi pembelajaran Budha pada masa itu.
Dengan jarak tempuh 35 KM atau sekitar 40 menit jalan darat dari Kota Jambi/Bandara Sultan Thaha Jambi, Indonesiatripnews.com yang datang bersama rombongan Kementerian Pariwisata pada acara pembukaan Festival Candi Muarajambi ke-14 ini mencoba menelusuri perjalanan ke beberapa rerentuhan candi yang berada di kawasan Cagar Budaya Muarajambi.
Di kawasan komplek percandian ini ditemukan 84 reruntuhan candi (menapo) bangunan kuno dan kanal-kanal buatan pada masa itu yang saling berintegrasi, serta peninggalan berupa keramik, tembikar, koin, dan perhiasan.
Menurut Ketua Lembaga Pengelola Desa Wisata Muarajambi, M Kurniawan ada delapan candi yang telah selesai di ekskapasi atau pemugaran dan pelestarian secara intensif oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Jambi, diantaranya Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Gumpung, Candi Gedong 1 dan Candi Gedong 2, Candi Kedaton, dan Candi Koto Mahligai.
Saat kaki ingin melangkah ke Candi Tinggi, sebuah bentor (becak motor) yang dikhususkan hanya beroperasi di kawasan candi mendekati dan menawarkan jasanya untuk mengantar ke Candi Tinggi. “Ayo mbak..naik becak, saya antar ke Candi Tinggi, dan candi-candi lainnya,” ujar sopir bentor bernama Arman.
Mengingat jalanan di kawasan area Candi Muarajambi ‘becek’ karena diguyur hujan, akhirnya bentor Arman menjadi pilihan tepat untuk mengelilingi candi.
Menurut Arman yang baru dua tahun menawarkan jasanya tersebut tidak memasang harga untuk mengantar wisatawan. “Kalau wisatawan asing yang pernah saya antar keliling candi banyaknya dari Tiongkok atau ada juga dari Thailand dan Burma, rata-rata mereka belajar, candi ini tempat pembelajaran bagi umat Budha,” ungkapnya.
Lainnya menurut Arman, selain dari Tiongkok wisatawan mancanegara yang pernah diantarnya berasal dari Inggri, Belanda, dan Italia.
Candi Tinggi terletak di sisi timur laut Kompleks Candi Gumpung. Candi ini berdiri di atas lahan seluas 2,9 Ha. Melihat bangunannya yang rapih, bangunan candi ini rupanya telah dipugar pada 1980 hingga 1982. Terdiri dari satu bangunan induk bujur sangkar dengan ukuran 16 x16 m dan tinggi 7,6 m.
Selesai Candi Tinggi, perjalanan dilanjutkan dengan melihat Candi Kedaton yang luasnya 5,850 m2. “Candi ini memiliki bangunan yang paling besar dan luas diantara percandian di Muarajambi,” ujar Hamdan yang telah bekerja selama 25 tahun menjaga kawasan Candi Kedaton ini.
Bangunan induk candi memiliki ukuran 28,13 m x 25,5 m dengan bata isian berupa batu kerakal berwarna putih yang diperkirakan berasal dari daerah hulu sungai Batanghari.
Di Candi Kedaton selain terdapat bangunan juga ditemukan benda purbakala, antara lain padmasana (dudukan arca), arca gajah, belanga perunggu, dan beberapa temuan lainnya yang disimpan di dalam Gedung Koleksi Kawasan Cagar Budaya Muarajambi.
Dua candi itulah yang sempat Indonesiatripnews.com kunjungi, berikut tips buat wisatawan yang ingin menjelajahi kawasan Candi Muarajambi yang telah menjadi Desa Wisata :
- Siapkan kamera
- Bawa botol air
- Topi
- payung/baju hujan
- Sun glasses
- Pakai sepatu yang nyaman
- Bawa krim penolak nyamuk dan sun block