- iklan -

ENDE, ITN- LIMA lagu yang dinyanyikan siswa-siswi SMA Khatolik Frateran Ndao, NTT mengawali Pesta Kesenian NTT (Jambore Pariwisata Tingkat Provinsi NTT) yang diikuti 21 Kabupaten dan satu Kota se-provinsi NTT yang berlangsung di Lapangan Brimob Ende, Jalan Gatot Subroto, NTT, Senin malam (30/5/16).

Kegiatan yang berlangsung pada 29-31 Mei ini dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila ke-71, yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

“Pelaksanaan kegiatan yang bertema Pesona Keanekaragaman budaya NTT bersama masyarakat NTT  ini diselenggarakan menjelang hari lahir Pancasila, dimana Kota Ende menjadi kota lahirnya Pancasila,”  ujar Bupati Ende, Ir Marselinus YW Petu dalam sambutannya.

Kabupaten Kupang menampilkan tari Aropari. Foto evi
Kabupaten Kupang menampilkan tari Aropari. Foto evi

Dari tanah ini Bung Karno menurutnya mendapatkan ilham tentang butir-butir Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia. Tanpa Ende Indonesia tidak memiliki bapak bangsa. Empat tahun Bung Karno diasingkan di Ende sejak tahun 1934 – 1938.

“Tanpa Ende Indonesia tidak memiliki Idiologi bangsa, karena di bumi ini seorang anak manusia yang bernama Soekarno duduk dibawah pohon sukun mendapatkan ilham tentang Pancasila,” ungkapnya.

Para penari yang tampil pada malam itu menurutnya akan dipilih lima penampilan terbaik. Selain mendapat biaya pembinaan dari Provinsi NTT juga akan mewakili event nasional dibawah tanggungjawab Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT.

Kabupaten Kupang menjadi peserta pertama yang tampil dengan tarian Amahoko, yakni tarian ekspresi yang disampaikan muda-mudi atas berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tarian yang telah dikolaborasi ini menceritakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta menggambarkan kebersamaan yang indah, serta rukun wakaupun berbeda agama dan budaya.

Walaupun malam telah larut baik peserta tari maupun penonton tetap tak beranjak untuk menyaksikan pertunjukan Pesta Kesenian NTT. Foto. evi
Walaupun malam telah larut baik peserta tari maupun penonton tetap tak beranjak untuk menyaksikan pertunjukan Pesta Kesenian NTT. Foto. evi

Dilanjutkan dengan tarian dari Kabupaten Flores Timur, lalu tari Aropari dari Sumba Barat Daya, dan seterusnya.

Tari Aropari menggambarkan tentang padi, dimana padi merupakan jelmaan dari seorang ibu yang mengorbankan dan mempertaruhkan hidup untuk keluarganya. Kelaparan yang melanda wilayahnya memaksa ibu yang bernama Koni mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk anak-anaknya dengan menjelma menjadi tanaman dan selanjutnya orang Sumba memberikan nama Baraikonia atau Mama Koni.

Saat menghembuskan nafas hari akhirnya Mama Koni berpesan pada anak-anaknya untuk mengembangbiakan tanaman padi tersebut menjadi makanan pokok bagi mereka dan generasi berikutnya.

Berdasarkan keyakinan tersebut masyarakat Sumba memberikan penghargaan yang tinggi pada padi, beranggapan bahwa padi memiliki roh dengan melaksanakan ritual sebagai wujud penghormatan tersebut. Ritual dimulai dari tahapan menanam sampai pada saat menuai.(evi)

- iklan -