- iklan -

JAKARTA, ITN- Fenomena standar cantik bagi perempuan adalah yang sempurna secara fisik, baik dari bentuk badan yang tinggi, langsing, berambut panjang dan wajah nan elok dipandang. Namun kalau kita melihat kecantikan dengan spektrum yang luas, maka kecantikan diartikan sesuatu yang kita sukai, sesuatu yang menarik, memesona atau menginspirasi yang mampu membuat kita senang.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kecantikan merupakan perasaan senang yang muncul dalam persepsi individu. Persepsi tersebut muncul karena adanya emosi, motivasi, kognisi, pemikiran dan pembelajaran secara bersamaan.

Cantik dari berbagai kajian masa kini sudah berubah, yaitu How to accept your self, namun mengemas diri dengan tiga aspek penting yaitu kepribadian, fashion, dan make up.

Dari aspek pertama, yakni kepribadian, meliputi kecerdasan, pandai mengelola emosi, dan penerimaan akan diri kita sendiri. “Menjadi diri sendiri bukan dalam pengertian egois tidak menerima masukan dari orang lain, melainkan sebuah ekspresi rasa percaya diri yang tinggi,” ujar motivator dan penulis buku “Hati yang Purnama”, Mohamad Risat dalam sesi talk show bertajuk “Be Your Self” yang diselenggarakan Woman Indonesia di Hotel Aston Priority Simatupang, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.

“Tidak semua orang terlahir memiliki rasa percaya diri, banyak juga yang karena disebabkan oleh faktor lingkungan menjadikannya pribadi yang rendah diri,” ungkapnya.

Lalu, apa pengaruhnya rendah diri dengan kecantikan? Bagaimana caranya mengubah rasa rendah diri menjadi percaya diri? Risat mencoba mengurai berbagai persoalan yang menjadi tembok penghalang bagi perempuan dalam mengembangkan dirinya.

Risat menjelaskan bahwa kecantikan itu bersifat relatif. “Menurut saya cantik, belum tentu menurut Anda cantik. Bagi kebanyakan masyarakat di benua Asia cantik itu bertubuh langsing, kulit putih, dan hidungnya mancung. Tetapi apakah sama standarnya dengan masyarakat di benua Afrika? Cantik itu realtif!,” ujar Risat.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa banyak perempuan yang menilai dirinya tidak cantik padahal menurut penglihatan orang lain, cantik. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan bukan?. “Nah, bagi orang yang rendah diri ia selalu melihat kekurangan dirinya, tetapi bagi mereka yang percaya diri yang dilihatnya adalah kelebihan-kelebihannya. Soo… You Are More Beautiful Than You Think!,” kata Risat.

Lebih lanjut Risat menyebutkan, apa yang kita yakini tentang diri kita itulah yang akan terasa dan bahkan terlihat oleh orang lain. Jika kita meyakini bahwa diri kita adalah seorang perempuan yang tidak menarik, maka perasaan kita akan tidak menarik (negatif), lalu ekspresi wajah kita menjadi tidak menarik, dan sikap kita pun juga menjadi tidak menarik.

“Ini yang orang-orang menyebutnya, ‘Eh, tu orang auranya ngga enak banget yaa’. Dengan begitu, betapa pentingnya kita membangun keyakinan positif pada diri sendiri,” imbuh Risat.

Sederhananya, lanjut Risat pikiran bawah sadar itu adalah sebuah proses berpikir yang tanpa disadari. Dalam konteks kecantikan yang ada kaitannya dengan citra diri yang sedang kita bahas ini, seseorang akan dengan sendirinya (tanpa disadari) tersinggung karena dipuji cantik oleh seseorang.

“Kok bisa? Ya bisa, Karena dia merasa sedang diolok-olok karena menurut pandangannya dia tidak cantik (jelek). Nah, reaksi spontan menjadi tersinggung adalah reaksi pikiran bawah sadar,” ujar pria lulusan Neuro Associative Conditioning (NAC) ini.

Nah, berdasarkan hukum bawah sadar yang sepintas sudah kita bahas, maka jika kita memiliki cara pandang yang salah terhadap diri sendiri, atau memiliki citra diri yang negatif, harus segera diprogram menjadi citra diri yang positif.

Menurut Risat caranya sederhana, tulislah tiga hal yang kita ingin menjadi seperti itu. Contoh: “Aku adalah wanita yang cantik, cerdas, dan percaya diri.” Bacalah setiap hari sesering mungkin selama 40 hari.

“Ini adalah proses afirmasi untuk mengubah keyakinan negatif terhadap diri sendiri yang mungkin saja sebelumnya tanpa disadari mengatakan seperti ini, ‘Aku adalah wanita yang jelek, bodoh, dan pemalu’. Bahaya kan kalau keyakinan seperti itu yang dipelihara?,” ungkapnya.

Yang kedua, aspek fashion. “Pemilihan pakaian sangat menunjang akan penampilan seseorang, bukan berarti harus harga yang mahal, hanya mengetahui kekurangan bentuk badan, dan memanfaatkan kelebihan yang lain,” ujar Disigner, Rina Rien.

perempuan secara naluri ingin cantik sempurna yakni fashionable. Padahal cantik tidak harus mahal memakai pakaian mahal, tas dan sepatu branded dll. Menurut Rina, cantik itu adalah penerimaan diri sendiri.

“Wanita sudah kodratnya pasti ingin tampil cantik dan tidak lepas dari fashion style yang selalu ingin terilihat eksklusif, elegan, dan mengikuti trend mode. Padahal sebenarnya cantik itu tidak harus mahal asal kita tahu bagaimana cara membuat diri sendiri  menjadi cantik secara tepat dengan menjadi dirimu sendiri,” jelas Rina.

Hal senada juga diungkapkan Ridho Nugroho, Head Fashion Beauty KG Media dalam materi bertajuk ‘Modis Tanpa Ribet ala Kamu Sendiri’. Ridho menyampaikan bagaimana tampil percaya diri untuk berbusana yang elegan dan chic serta tetap mengikuti tren mode dengan cara mengenali kelebihan dan kekurangan tubuh.

Aspek ketiga, yakni make up. Meski make up bukan kunci pertama untuk persepsi cantik, namun sentuhan make up yang menjadikan perempuan percaya diri menjadi hal yang penting. (evi)

- iklan -