JAKARTA, ITN- BATIK tak hanya dari Tanah Jawa, Indonesia memiliki begitu banyak warisan kebudayaan kain, salah satunya yakni Batik Minang.
Batik Minang merupakan salah satu produk kain Nusantara yang siap bersaing dengan menjaga kualitas dan melakukan pengembangan desain. Bertempat di Gedung Smesco, Jakarta pada Rabu (7/12/16) di luncurkan pengembangan desain tersebut untuk memperkenalkan batik Minang ke khalayak umum melalui trunk show yang menampilkan koleksi desain 12 desainer yang tergabung dalam Indonesia Modest Fashion Designer.
Nama-nama seperti Jeny Tjahyawati, Merry Pramono, Oki Setiana Dewi, Lia Afif, Tuty Adib, Lia Soraya, Erin Ugaru, Yus Oktavia, Ratu Sovia, Novi Padusi, Nina Nugroho, dan lain-lain mencoba untuk memperkenalkan batik Minang ke khalayak umum melalui trunk show yang menampilkan koleksi desain 12 desainer.
Founder Indonesia Modest Fashion, Jeny Tjahyawati mengatakan, “Tujuan acara ini untuk mengangkat popularitas Batik Minang. Kami para desainer yang tergabung dalam Indonesia Modest Fashion coba berkreasi mengembangkannya lewat desain-desain yang modern”.
“Program pengembangan Batik Minang ini diharapkan mampu mendorong produktivitas para pengrajin di Sumatra Barat, agar Batik Minang ini punya nilai jual yang mampu bersaing dengan kain Batik lainnya di Indonesia,” ungkap Jeny Tjahyawati.
Sementara dalam sambutannya istri Gubernur Sumatera Barat, Nevi Zuairina, mengatakan, “Kedepannya Batik Minang akan dijadikan sebagai baju dinas di lingkungan PNS Deperindag Padang dan juga buah tangan wisatawan lokal dan mancanegara yang datang ke Sumatera Barat”.
Sekretaris Dekrasnasda Provinsi Sumatera Barat, Ridonald, menjelaskan, “Sebanyak 15 perajin yang berasal dari tiga kabupaten, yakni Kabupaten Kota Padang, Dharmas Raya, dan Pesisir Selatan diberikan pelatihan baik dari segi pemilihan jenis bahan, pengaplikasian motif di atas busana, hingga pemilihan warna”.
“Kami mendatangkan perajin batik asal Yogyakarta untuk melatih ketrampilan membatik kepada seluruh perajin di Sumbar, dari total 200 motif batik minang yang dikembangkan, baru sekitar tujuh motif yang direalisasikan sebagai batik,” tambahnya.
Para desainer yang terlibat mencoba untuk mengaplikasikan motif-motif Batik Minang pada setiap rancangannya. Motif Batik Minang tersebut antara lain seperti Tantadu Manyasok Bungo Jo Buah Nibuang (ulat mengisap bungan dengan buah nibuang) di mana motif ini memiliki makna filosofi kemakmuran dan keindahan dalam kehidupan.
Lalu yang kedua ada Paruah Enggang (Paruh Enggang), motif ini terinspirasi dari seekor burung Enggang dan paruhnya yang indah dengan mahkota kokoh, indah, dan anggun.
Selanjutnya ada motif Sikambang Manih (Bunga yang Indah), corak ini dikiaskan pada anak perempuan yang berumur lima belas tahun ke atas yang belum berkeluarga seperti bunga yang sedang kembang.
Kemudian ada Kaluak Paku Kacang Balimbing yang mengandung makna filosofi tanggung jawab seorang laki-laki di Minangkabau. Ada juga motif Bungo Duo Tangkai Jo Buah Pinang-Pinang yang punya nilai filosofi meningkatkan kepada dua ciptaan Allah yang berpasangan, selalu seiring, dan sejalan.
Lalu yang keenam ada motif bernama Daun Bodi yang melambangkan akhlak dan budi pekerti mulia. Ketujuh motif Daun Puluik-Puluik dengan makna filosofi kesuburan, pendirian yang kuat, hidup subur, indah dan makmur sepanjang hayat. Selanjutnya ada Sirih Gadang atau Sirih Besar ) corak ini diilhami bentuk daun sirih, baik daun sirih yang ada di gagang maupun daun sirih yang bersusun di carano.
Ada juga corak Batik Bada Mudiak (Ikan Beriringan ke Hulu) yang terinspirasi pada ikan yang beriringan ke hulu, searah, dan setujuan, tiada yang mendahului. Kemudian ada motif Ukur Pucuak Rabuang, di mana motif ini biasa digunakan sebagai ukiran rumah gadang karena banyak mengandung nilai filosofi kehidupan. Terakhir ada corak yang dinamakan Buah Palo Bapatah, motif ini punya filosofi arti cita-cita yang luhur bagaikan ombak di pantai yang bergelombang.