JAKARTA, ITN- Kebaya terus berevolusi seiring dengan berkembangnya zaman. Menurut sejarahnya, awal mula kebaya yakni pada abad ke-15 Masehi, yang mana pada saat itu kebaya merupakan busana perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa, yang berupa atasan yang dikenakan bersama dengan kain.
Bagi seorang wanita Jawa, kebaya bukan hanya sebagai sebatas pakaian. Lebih dari itu kebaya juga menyimpan sebuah filosofi tersendiri. Sebuah filosofi yang mengandung nilai-nilai kehidupan.
Keberadaan kebaya di Indonesia bukan hanya sebagai menjadi salah satu jenis pakaian. Kebaya memiliki makna dan fungsi lebih dari itu. Bentuknya yang sederhana bisa dikatakan sebagai wujud kesederhaan dari masyarakat Indonesia. Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut.
Kebaya selalu identik dipasangkan dengan jarik atau kain yang membebat tubuh. Kain yang membebat tubuh tersebut secara langsung akan membuat siapapun wanita yang mengenakannya kesulitan untuk bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa wanita Jawa selalu identik dengan pribadi yang lemah gemulai.
Pada 1990, perkembangan kebaya terjadi sangat luar biasa. Para perancang busana memberikan sentuhan-sentuhan “ajaib” pada kebaya klasik sehingga aura kebaya tampil sangat moderen, mengikuti kecenderungan berbusana pada masanya. Sentuhan dan perhatian para perancang busana menjadikan kebaya busana yang sangat bergengsi pada masanya, bahkan mampu menyaingi gaun malam.
Kebaya merupakan salah satu busana nasional yang dinilai mampu mempresentasikan karakter kuat yang dimiliki wanita Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kebaya sudah banyak bentuk dan variasi yang terjadi akibat kebutuhan dan perkembangan budaya setempat. Salah satu desainer muda Indonesia yang bisa menggali lebih dalam sisi keunikan dari kebaya, yakni Amy Atmanto.
“Melalui kebaya, yang sebagai salah satu busana nasional, perempuan memiliki potensi dalam pengembangan bangsa di berbagai sektor. Selaku perancang busana, saya bangga Indonesia punya kebaya,” ujar Amy Atmanto saat ditemui IndonesiaTripNews.com di sela acara jumpa pers Pesona Kebaya Nusantara di Ballroom Raffles Hotel Jakarta, Rabu (7/12/16).
Desainer yang dikenal rutin melakukan kegiatan kemanusiaan dalam bentuk pelatihan lifeskill gratis melalui Rumah Kreatif Amy Atmanto, Rumah Internet Atmanto (RIAT – ig:RIAT.JKT), dan Taman Waqaf Qur’an Ar Raffi melalui brand Royal Sulamnya kembali menggelar koleksi terbarunya dengan tema “Rainbow Expressions” dalam Pesona Kebaya Nusantara.
Pada gelaran tersebut, Amy Atmanto mendesain kebaya yang lebih ringan, moderen, dan dapat menjadi pilihan generasi Indonesia masa kini. Tantangan untuk memoderenkan kebaya juga datang dari Ketua Perhimpunan Kebayaku Nunun N Daradjatun, juga dialamatkan kepada perancang busana dan pemilik Rumah Kreatif Amy Atmanto ini. Padahal, Amy mengaku terbiasa dengan busana kebaya tradisional yang biasanya dikenakan pengantin atau untuk keperluan acara-acara formal.
“Berbeda dengan show-show saya sebelumnya yang mengeluarkan luxury master piece dengan full kristal Swarovski, atau untuk wedding collection, tapi kali ini yang lebih wearable bagaikan gambaran pelangi nusantara seperti yang dicita-citakan kita semua, utamanya komunitas perhimpunan,” ungkap peraih gelar Indonesian Best Designer pada tahun 2010 ini.
“Saya berupaya, bagaimana akar budaya bangsa dalam bentuk pakaian nasional ini, dapat aplikatif di busana-busana untuk event-event yang tidak terlalu resmi atau tidak terlalu formal,” ujar Amy lebih lanjut.
Koleksi Rainbow Expressions yang dihadirkan dalam rangka menyambut Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2016 ini menurutnya merupakan hasil kebaya yang telah dirancang atau dimodifikasi agar terlihat lebih moderen. Diharapkan karya-karya ini dapat menjadi tren busana kebaya kekinian kaum muda Tanah Air yang berjiwa dinamis dengan mobilitas tinggi.
“Saya ingin menghadirkan kebaya dengan sentuhan yang lebih modern, cocok dengan perempuan masa kini yang dinamis dengan mobilias yang tinggi,” ujar Amy Atmanto.
Untuk koleksinya tersebut Amy memberdayakan komunitas sosial yang tergabung dalam Rumah Kreatif Amy Atmanto yang terdiri dari 800 penyandang disabilitas dan kaum marjinal. Ada 15 koleksi yang ditampilkan yang terdiri dari kebaya dengan rok pendek, kebaya dengan rok panjang, serta bolero dan rok pendek.
Model kebaya Rainbow Expression lebih simple dan menunjukkan kesan chic bagi pemakainya. Seperti kebaya berlengan pendek dipadankan dengan rok pendek berbahan songket dengan aplikasi payet dan drappery.
Tak hanya itu Amy Atmanto desainer yang juga pembina industri kreatif ini menampilkan kebaya dengan motif floral dan aplikasi bordir di bagian leher yang dipadu rok songket dan velvet. Kebaya moderen dengan aplikasi bordir bermotif bunga di bagian leher, kancing, dan lengan.
Ada juga kreasi bolero berbahan songket dengan rok pendek. Pilihan warna kebaya juga beragam, mulai dari pilihan warna cerah seperti oranye, kuning, dan merah sampai warna-warna lembut seperti pink, hijau, serta warna hitam dan silver.
Sementara pada kesempatan yang sama Pendiri Perhimpunan Kebayaku, Nunun N Daradjatun, mengatakan, “Kami berharap fashion ini dapat melestarikan akar budaya nasional melalui pakaian tradisional seperti kebaya dan saya bangga sekarang banyak anak muda mulai mencintai kebaya, serta memakainya di acara-acara resmi dan tidak resmi”.
Acara yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani serta didukung Koran Sindo, Sindonews bersama Djarum Budaya Foundation dan Perhimpunan Kebayaku ini juga menggelar talkshow dengan tema “Sejarah Kebaya dan Kebaya di Era Globalisasi”. (evi)