JAKARTA, ITN- KAUM muda memegang peranan penting dalam menentukan masa depan bangsa, terutama dalam menjaga keutuhan dan membangun semangat nasionalisme.
Namun, perpecahan yang dilatari oleh kepentingan politik dan isu SARA akhir-akhir ini telah melemahkan sendi-sendi bangsa. Dampak yang dikhawatirkan adalah pengaruhnya bagi generasi muda, terlebih dengan paparan arus informasi yang begitu deras dengan konten yang bebas beredar.
Berlatar hal itu, Indonesia Student & Youth Forum (ISYF) kembali menggelar Forum Pelajar Indonesia (FOR) ke-9 dengan tema “Sinergi Pelajar untuk Indonesia” yang dilaksanakan pada 23-27 Juli 2017 di Jakarta dan dibuka bertepatan dengan Hari Anak Nasional.
Kegiatan akbar yang diikuti pelajar tingkat SMA-SMK-MA pertama kali diadakan pada 2009. Kegiatan ini membuka ruang pelajar untuk saling berdiskusi dan berbagi pengalaman untuk menumbuhkan karakter kepemimpinan dan integritas pelajar Indonesia.
Pada kegiatan FOR ke-9 ini, ISYF turut bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan melibatkan berbagai lembaga pemerintahan, Pusat Pengembangan film, Lembaga Sensor Film, perusahaan BUMN, dan Swasta.
Proses registrasi dan penjurian dilakukan pada 2 Februari 2017 hingga 7 April 2017. Untuk tahun ini, salah satu persyaratannya yakni membuat tiga essay (profil diri, motivasi mengikuti FOR9, dan Sinergi Pelajar untuk Indonesia) serta video berdurasi maksimal satu menit dengan tema “Bangga Menjadi Indonesia yang Beragam”.
“Tujuan kegiatan FOR adalah mempersiapkan generasi muda yang memahami empat pilar kebangsaan, menjadi seorang generasi yang berintegritas, nasionalis, mandiri, dan dapat menjadi tokoh perubahan. Di mana generasi muda dapat bersinergi dengan stakeholders lain untuk membangun Indonesia yang aman, damai dan tenteram dalam keberagaman,” ujar Direktur Eksekutif Indonesian Student Youth Forum (ISYF) dan ketua ISYF, Dinnur Garista W.
Saat ini, jumlah alumni FOR telah mencapai 6.500 alumni. Banyak dari mereka yang memiliki karya yang membanggakan, seperti Ayu Destasiwi reporter Seputar Indonesia RCTI, Finalis Miss Indonesia Mentari Novel, Panji Aziz Pratama sebagai founder Isbanban Foundation dan merupakan satu dari 60 changemakers di dunia pada 2016.
Ajang FOR ke-9 diminati sebanyak 1.500 pendaftar. Jumlah ini lebih banyak dari FOR ke -8 yang diikuti 1.236 pendaftar. Setelah melalui beberapa tahap proses seleksi dari video dan essay yang dikumpulkan, akhirnya terpilih 250 pelajar yang lolos untuk mengikuti FOR ke – 9. Seluruh peserta FOR berasal dari berbagai daerah di 32 provinsi, kecuali Sulawesi Utara dan Papua Barat. Daerah baru yang pertama kali ikut serta adalah Pulau Sebatik.
“Krisis nasionalisme menjadi permasalahan utama bagi pemuda perbatasan di Sebatik karena beberapa alasan, diantaranya adalah penggunaan ringgit dalam transaksi sehari-hari serta impor barang dari Malaysia,” ujar salah satu peserta dari SMA Negeri 1 Sebatik Tengh, Muhammad Rizal.
Melalui Forum pelajar Indonesia ke-9 ini, ia berharap dapat membantu memberikan informasi yang didapatkan di Jakarta kepada teman-teman di Sebatik yang masih minim info khususnya mengenai identitas. “Saya juga ingin meningkatkan kesadaran akan identitas bangsa kepada teman-teman di Sebatik” ujarnya lebih lanjut.
Ada juga Franky Salim, peserta asal Sumatera Utara yang videonya menjadi salah satu yang terbaik di ajang seleksi FOR ke-9 ini yang mewakili suara dari kalangan minoritas. Franky diajarkan untuk menjunjung tinggi perbedaan, karena itu adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Seluruh peserta yang lolos memiliki kesempatan untuk berdiskusi dengan para CEO, Diplomat dan tokoh-tokoh inspiratif lainnya. Selain itu, peserta juga diberikan materi workshop yang disampaikan para ahli, seperti workshop mengenai Peran Keluarga dan Teman Sebaya dalam Pemanfaatan Gadget dan Social Media yang diisi oleh Dr Seto Mulyadi, SPsi., MSi. (Kak Seto) dan juga mengenai Tips Pencegahan Cyber Crime dalam Penggunaan Gadget dan Social Media bagi Remaja oleh Panit Subdit IT & Cyber Crime Bareskrim Polri, Iptu Ericson Siregar.
Selain itu digelar workshop mengenai film di Gedung Kemendikbud dengan pembicara sutradara muda Naya Anindhita dan aktor Ray Sahetapy, yang diharapkan dapat berkenalan langsung dan terinspirasi dari para sineas muda berbakat Indonesia untuk lebih mencintai film-film nasional karya anak bangsa.
“Melalui kegiatan FOR, kami harapkan akan semakin banyak tunas muda bangsa yang berprestasi dan berani berkarya sehingga mengharumkan bangsa di dalam dan di luar negri,” tutup Dinur. (evi)