JAKARTA, ITN- BATAM memiliki sembilan potensi daya tarik pariwisata, diantaranya Wisata Budaya, Wisata Bahari, Wisata Sejarah, Wisata Agama, Wisata Belanja, Wisata Kuliner, Wisata Alam/Buatan, Wisata Olahraga, dan Wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).
“Batam kini memiliki 87 hotel berbintang dan non bintang dengan total kamar 7.633 buah, 10 Ballroom dengan total kapasitas 8.732 orang, salah satunya yang terbesar dapat menampung 2.000 orang,” ujar Kepala Bidang Sarana dan Obyek Wisata Batam, Rudi Panjaitan pada acara “Forum Group Discussion (FGD) Peningkatan Wisatawan Nusantara MICE melalui Kunjungan Lapangan” di Hotel Swiss Inn, Batam, Jumat (1/4/16).

Menurutnya Batam menjadi tempat tujuan untuk menggelar meeting, seminar, dan ekshibisi tingkat nasional, regional bahkan internasional. Hampir seluruh hotel, resort serta pusat pameran menyediakan fasilitas memadai untuk menggelar jenis MICE.
Wisatawan MICE juga berpotensi untuk berkonversi menjadi wisatawan leisure, seperti yang pernah disampaikan Menteri Pariwisata RI Arief Yahya, ada 10 kota untuk dijadikan destinasi pariwisata dari Jalur Samudera Cheng Ho, yakni Aceh, Batam, Bangka Belitung, Palembang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Tuban.
Batam menjadi Hub/pintu masuk Indonesia pada jalur Samudera Cheng Ho. Untuk memfasilitasi Batam sebagai tujuan destinasi wisata MICE, pada tanggal 21 Februari Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dwisuryo Indroyono Soesilo meresmikan Masjid Cheng Ho (Masjid Muhammad Cheng Ho).
Masjid yang didirikan oleh seorang pengusaha Batam bernama Abi ini dibangun untuk mengenang sejarah perjalanan seorang Laksamana Tiongkok, yakni Cheng Ho beserta para anak buahnya ke Indonesia yang membawa ajaran agama Islam pada waktu itu.
Dari pantauan yang terlihat saat berkunjung ke Masjid Cheng Ho disela acara FGD pada Sabtu (2/4/16) kemarin, masjid tersebut tampak masih dalam taraf pembangunan meskipun sudah terlihat hampir 90 persen berfungsi.
Namun begitu, masjid yang merupakan replika dari masjid Laksamana Cheng Ho yang ada di Surabaya dan terletak di wisata Golden Prawn, Bengkong Laut, Kecamatan Bengkong, Kota Batam dengan luas 200 meter ini hampir setiap pekan dikunjungi turis dari berbagai negara.

Didominasi warna merah dan kuning dengan ornamen Tiongkok oriental, serta dilengkapi beberapa kaligrafi Islam dan bedug, masjid ini dapat ditempuh dengan waktu 15 menit dari Nagoya dan 30 menit dari bandara.
Dari yang terlihat di dinding pada bagian sisi kanan terlihat tiga penjelasan mengenai masjid tersebut, yakni yang pertama mengenai tujuan dan maksud pembangunan masjid ini, lalu yang kedua mengenai Sejarah Masjid Cheng Ho, dan yang ketiga mengenai pemberitahuan kepada pengunjung.
Pada penjelasan pertama menyebutkan, masjid ini dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi tempat beribadah bagi semua umat Islam, khususnya masyarakat Bengkong. Lalu menjadikan Batam suatu kota yang dapat dikenang bagi seluruh masyarakat Indonesia dan mancanegara, serta lebih dikenal oleh turis dalam negeri maupun mancanegara.
Tak jauh dari Masjid Cheng Ho dengan jarak kira-kira 300 meter terdapat tugu patung Cheng Ho dan replika kapal Laksamana Cheng Ho yang bersandar. Sayangnya, walaupun masih dalam satu area di Bengkong keduanya tak berdekatan atau terlalu jauh bila harus berjalan kaki.
Cheng Ho: Sang Mitos dan Legendaris
Cheng Ho atau Zheng He (1371-1433) adalah bahariawan asal Tiongkok terbesar sepanjang sejarah. Nama aslinya Ma Sanbao (hanyu Pinyin) atau Haji Mahmud Shams (Arab).
Berbeda dengan bahariawan Eropa yang berbekal semangat imperialis, armada Cheng Ho tidak berniat menaklukkan wilayah yang disambanyinya tetapi justru mempraktikkan diplomasi damai dengan misi persahabatan antar negara. Cheng Ho berhasil mengenalkan budaya Tiongkok dan mengukuhkan kekuatan maritim Tiongkok pada masa kekaisaran Dinasti Ming.
Cheng Ho adalah seorang muslim taat dan penganut Konfusianisme dengan pandangan global dan toleran terhadap bangsa yang berbeda agama dan kebiasaan hidup. Ada banyak cerita lisan dan tulisan luar biasa tentang Cheng Ho. Sosoknya bahkan seakan tampil sebagai manusia yang nyaris sempurna yang hanya pantas ada di dalam mitos.
Pada abad ke-15 Cheng Ho memimpin muhibah bahari terbesar dalam sejarah (1405 hingga wafatnya 1433). Ia menyambangi berbagai belahan benua mulai Asia, Timur Tengah, hingga Afrika selama 7 kali berturut-turut. Lebih ke 37 negara dikunjungi dalam kurun waktu 28 tahun.
Armada Terbesar Sepanjang Sejarah
Kapal Muhibah Cheng Ho yang disebut “Kapal Pusaka” merupakan kapal terbesar abad ke-15. Panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 m) dan lebar 18 zhang (56 m). Lima kali lebih besar daripada kapal Colombus.
Nusantara menjadi wilayah penting bagi misi penjelajahan dunia Cheng Ho yang membawa 62 unit kapal berukuran besar, 225 junk (kapal lebih kecil), serta awak kapal yang terdiri dari komado, teknis navigasi, militer, dan logistik.

Serta membawa 27.550 orang perwira dan prajurit, astronomi, politikus, pembuat peta, ahli bahasa, ahli geografi, tabib, juru tulis, dan intelektual agama.
Cheng Ho mengorganisasi armada dengan rapi meliputi; Kapal Pusaka (induk), kapal kuda (untuk mengangkut barang-barang dan kuda), kapal perang, kapal bahan makanan, kapal duduk (kapal komando), serta kapal-kapal pembantu. (evi)