JAKARTA, ITN- Zayed Sustainability Prize (ZSP) 2023 telah dibuka pendaftarannya hingga 6 Juli 2022 melalui portal daring https://zayedsustainabilityprize.com .
Pernghargaan program-program berkelanjutan dari Uni Emirat Arab ini menghimbau Usaha Kecil Menengah (UKM), Organisasi Nirlaba dan Sekolah Menengah yang memiliki solusi keberlanjutan untuk mendaftarkan diri di lima kategori yaitu Kesehatan (Health), Pangan (Food), Energi (Energy), Air (Water), dan Sekolah Menengah Dunia (Global High Schools.
Riyadno, seorang Socialpreneur dan pendiri Smart Farm Academy pernah mendaftar ke ZSP tahun lalu dan menceritakan pengalamannya hingga harus bersaing dengan peserta dari beberapa negara lain.
Menurut Riyadno, ZSP bukan sekedar meraih kemenangan, melainkan ajang mentoring untuk pengembangan kegiatannya. “Sejak awal kita sebenarnya belum pantas untuk ikut ajang perlombaan secara internasional. Tapi, saya berpikir tujuannya bukan menang, tujuan kita belajar,” ujar Riyadno yang melakukan pembinaan dan ketrampilan tekhnik bertani, berkebun atau berternak untuk anak muda di lingkungannya dalam live Instagram #Asahkebaikan, Sabtu (26/3/2022).
Riyadno mengatakan bahwa setelah mengikuti lomba, dia mengaku memiliki sudut pandang yang lebih luas. “Setidaknya dari situ kita mempunyai kerangka berfikir bagaimana mengubah suatu masyarakat serta prosesnya,” ujarnya.
Banyak keuntungan yang didapat Riyadno setelah mendaftar ke ZSP yakni banyak donatur yang antri untuk membiayai kegiatannya. “Alhamdulillah jadi semakin dikenal dan banyak donatur,” ungkapnya.

Riyadno yang rencananya akan mendaftar lagi mengakui telah menemukan kelemahan dalam presentasi saat pendaftaran sebelumnya. Yakni dia belum mempersiapkan materi secara matang. Dalam lomba ini dilihat fokus dalam satu masalah untuk diperdalam hingga informasi dan serta presentasi yang disampaikan bisa dimengerti oleh juri dalam bentuk video berdurasi 2 menit.
“Saya tidak membuat skenario video yang akan dilombakan. Jadi dokumen yang sudah ada, kita gabungkan, kita ringkas selama dua menit, itu butuh usaha ekstra,” ujar pria yang berdomisil di Tangerang ini.
Setelah dikoreksi, cara tersebut ternyata belum dapat menggambarkan kagiatan yang selama ini telah dilakukannya. Dalam menjawab 55 pertanyaan, Riyadno tidak melakukan dalam kondisi santai melainkan pertanyaan dijawab dalam perjalanan naik bus. Sehingga, konsentrasinya agak terpecah. Belum lagi, jawaban pertanyaan tersebut masih harus ditranslate ke dalam Bahasa Inggris.
Meskipun tahun kemarin Riyadno belum berhasil menang namun tidak membuatnya patah semangat. Tahun ini, ia kembali akan mengikuti ZSP dengan mengedepankan inovasi kegiatan yang selama ini dilakukannya melalui Smart Farm Academy, pelatihan petani cerdas. Inovasi pelatihan petani cerdas dari hulu sampai hilir, baik sumber daya manusia, teknologi pertanian, maupun spiritual petani. “Tiga itu yang akan kita tonjolkan,” jelasnya.
Selama ini, Riyadno mengelola Smart Farm Academy yang merupakan pelatihan petani untuk anak muda. Kegiatan ini berdasarkan dorongan spiritual mengajak anak muda untuk menjadi petani. Mengingat, Indonesia merupakan negara agraris. Ia menargetkan dapat menghasilkan 74 ribu patriot pangan atau petani dalam 10 tahun. Saat ini baru mencapai 300-500 petani, jauh dari target yang dituju.
Kamal, perwakilan ZSP Indonesia menilai bahwa selama ini peserta dari Indonesia belum mempersiapkan perlombaan secara maksimal. Banyak ide-ide peserta dari Indonesia yang tidak kalah dengan peserta dari luar negeri.

Namun, teknis perlombaan kerap menjadi penghalang untuk meraih kemenangan, seperti dalam pembuatan video. “Video (Indonesia) isinya sambutan-sambutan kepala desa. Padahal, video yang dilombakan mestinya berupa kegiatan. Terutama, kondisi sebelum adanya inovasi dan hasil yang dicapai setelah adanya inovasi.
Selain itu, perlu adanya persiapan dalam mengisi berkas lomba. Hal ini terkait dengan, banyaknya berkas maupun persyaratan lomba, seperti menjawab pertanyaan maupun membuat video. Selain itu juga, berkas pertanyaan harus diisi menggunakan Bahasa Inggris yang masih menjadi kendala peserta.
Di sisi lain, pangan merupakan topik yang memiliki peluang dari perlombaan ZSP. Inovasi-inovasi dalam bidang pangan dapat menjadi materi perlombaan khusus pengelolaan inovasi pangan yang dilakukan oleh para wanita. (adv)