SURABAYA, ITN – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) mengapresiasi sineas Bayu Skak yang sepenuhnya memasukkan unsur-unsur lokal di setiap filmnya sehingga Menparekraf pun mendorong Bayu Skak untuk terus memperkuat konten lokal termasuk mengambil lokasi syuting di berbagai destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif.
Menparekraf Sandiaga saat berbincang dengan Bayu Skak di acara “Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2023 Situbondo” di Pakuwon Mall, Surabaya, Sabtu (15/7/2023), mengatakan Bayu Skak adalah salah satu pelaku ekonomi kreatif yang telah membuktikan bahwa nilai-nilai lokal memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan.
“Karya dari Bayu Skak adalah sebuah terobosan karena memasukkan sepenuhnya unsur budaya Jawa dalam film yang kemudian diapresiasi sangat luas oleh masyarakat,” kata Menparekraf Sandiaga.
Bayu Skak yang awalnya dikenal sebagai seorang Komik (sebutan untuk pelaku Stand Up Comedy) belakangan juga terjun sebagai konten kreator dan kemudian memberanikan diri membuat film.
Dalam karyanya, Bayu Skak menjadikan bahasa dan budaya Jawa sebagai dialog dan latar utama dalam keseluruhan film.
Dikemas dengan cerita berbalut komedi, film-film karya Bayu Skak terbukti menarik perhatian besar masyarakat. Film pertamanya, “Yo Wis Ben” mendapat lebih dari sejuta penonton. Sekuel dan film ketiga “Yo Wis Ben” pun banyak ditonton.
Bayu Skak juga memproduksi serial Lokadrama “Lara Ati” yang tayang di salah satu platform layanan streaming tanah air.
Menparekraf mendorong Bayu Skak untuk terus berkarya dan memperkuat konten lokal termasuk syuting di berbagai destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif. Sehingga memberikan dampak yang besar terhadap kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya terhadap penciptaan peluang usaha dan lapangan kerja.
“Banyak produk ekonomi kreatif yang bisa diangkat dalam cerita di film-film Bayu Skak, mulai dari baju, tas, dan juga kuliner. Karya-karya kreatif dari peserta AKI juga bisa dimasukkan dalam cerita. Dan selanjutnya saya mendorong agar Bayu Skak juga bisa syuting di berbagai destinasi wisata tanah air,” kata Menparekraf Sandiaga.
Bayu Skak mengaku tertantang untuk memasukkan unsur-unsur budaya, terutama budaya Jawa dalam film karena ingin membuktikan bahwa nilai-nilai lokal juga menarik untuk dijadikan ide karya kreatif.
“Kita punya beragam budaya yang memiliki nilai-nilai universal yang bisa kita angkat. Masalah bahasa saya tidak khawatir, karena kalau nonton film Korea kita juga tidak perlu harus bisa bahasa Korea, kan?” kata Bayu Skak.
Ia sepakat dengan Menparekraf Sandiaga bahwa film merupakan salah satu medium yang tepat dalam mempromosikan destinasi wisata maupun produk ekonomi kreatif.
Selama ini, dikatakan Bayu Skak, dirinya juga sudah kerap memasukkan berbagai produk ekonomi kreatif dalam karyanya. Termasuk mengajak banyak pelaku-pelaku seni daerah dalam hal ini pemain Ludruk untuk turut serta berakting dalam filmnya.
“Kita tidak boleh merasa minder dengan apa yang kita lakukan. Kita harus berani maju, jangan takut ataupun goyah kalau dibilang karya kita tidak akan berhasil. Anggap itu sebagai motivasi dan semangat kita dalam berkarya,” kata Bayu Skak.