SURABAYA, ITN – CUACA panas kawasan Surabaya Barat benar-benar terasa menyengat, siang itu. Demikian juga di sekitar tempat Wisata Kuliner “Pawon Ndeso” yang berlokasi di sisi Jalan Raya Sememi No 44-46, Benowo, Surabaya. Tapi rasa panas itu terasa sirna, manakala kuah sup sehat yang juga panas mulai mengalir di tenggorokan. Kelezatan sup itu kian terasa ketika ditambah kecap asin dan potongan cabe rawit kecil-kecil.
Menurut Manajer “Pawon Ndeso”, Hariono, sup yang merupakan makanan pembuka itu terdiri dari perpaduan sea food, daging ikan kakap, tahu Jepang, jamur es, jamur kuping, sawi, dan sayuran lainnya. Semua bahan makanan itu dimasak oleh juru masak berpengalaman dalam keadaan fresh dan disajikan dalam keadaan masih panas, sehingga kelezatannya benar-benar terasa. Satu mangkok besar sup sehat yang bisa dinikmati oleh empat itu itu hanya dihargai Rp30.000/porsi.
“Bapak kami sarankan minum air guraka, minuman khas dari Ternate. Kami jamin Bapak akan ketagihan,” kata Hariono sembari memesankan secangkir air guraka ketika IndonesiaTripNews.Com berkunjung ke tempat wisata kuliner itu. Minuman air guraka itu dibuat dari campuran jahe, gula aren, daun pandan, kayu manis, dan ditaburi kenari di atasnya. Minuman yang membuat tubuh hangat itu dihargai Rp12.500/cangkir.
Selain sup sehat, IndonesiaTripNews.Com juga makan kikil lontong yang juga sangat “nendang” rasanya. Dengan potongan kikil sapi yang besar-besar tapi empuk dipadu dengan lontong yang kenyal dan kuah yang segar, maka lengkap sudah makan siang hari itu. Satu porsi kikil lontong dijual Rp20.000.
Pemilik tempat Wisata Kuliner “Pawon Ndeso” H Soeparno menjelaskan bahwa tempat itu didirikan empat tahun lalu. Awalnya, setelah pensiun sebagai Perwira Tinggi TNI Angkatan Laut dirinya ingin berusaha di bidang perikanan di laut. Tapi setelah memeroleh saran dari istri tercintanya, Ny Hj Lilik Soeparno, maka didirikanlah tempat wisata kuliner itu. “Syukur alhamdulillah sambutan masyarakat, baik dari Surabaya sendiri maupun kota-kota lain di Indonesia sangat besar. Mereka merasa senang makan atau mengadakan pertemuan di tempat ini. Selain itu juga menyerap tenaga kerja sebanyak 31 orang,” katanya kepada IndonesiaTripNews.Com.
Ada Pesawat Terbang
Untuk memberi daya tarik, di area itu dilengkapi sebuah pesawat terbang bekas Bali Air yang semula mau dimusnahkan. Pesawat jenis Boeing itu boleh dinaiki oleh pengunjung, terutama para pelajar, sehingga mereka yang belum pernah naik pesawat terbang bisa merasakan “terbang” dengan pesawat berwarna merah dan putih itu. “Terkadang ada ibu-ibu yang Yasinan di dalam pesawat,” jelas Soeparno, purnawirawan Laksamana bintang empat itu.
Di badan pesawat terbang itu tertulis “Montor gak Moeloek”, karena banyak orang yang bertanya kapan pesawat terbang itu mengundara. Dalam Bahasa Jawa pesawat terbang itu disebut dengan montor moelok atau montor mabur. “Akhirnya saya tulisi seperti itu,” kata H Soeparno sembil tertawa.
Ia menjelaskan bahwa pesawat itu dalam kondisi masih utuh, kecuali mesinnya. Di dalamnya masih berjajar kursi-kursi dan asesoris asli lainnya. Lampu penerangan dan sistem pendingin ruangan (AC) semuanya masih berfungsi dengan baik. Pesawat terbang itu diboyong dengan kendaraan-kendaraan besar dari Bandara Internasional Juanda dalam keadaan terurai dan kemudian dirakit kembali.
Hariono menjelaskan bahwa untuk masuk ke dalam pesawat itu dikenakan biaya tidak mahal yang hasil pembayarannya digunakan untuk biaya kebersihan dan listrik. “Hanya Rp250.000 untuk satu rombongan,” katanya.
Di area itu juga berdiri “Panggung Busono” yang menjual pakaian untuk anak-anak dan dewasa, serta mainan. Di dalam rumah panggung itu, pengunjung bisa memilih dan membeli pakaian yang sangat bagus dengan harga yang bersaing. Masyarakat di sekitar “Pawon Ndeso” merasa sangat terbantu dengan adanya “Panggung Busono”, karena tidak harus jauh-jauh berbelanja pakaian. Apalagi, sekarang ini kemacetan arus lalu-lintas terjadi dimana-mana.
Tiga kolam ikan yang sangat luas juga ada di area wisata kuliner itu. Pada waktu-waktu tertentu diadakan acara memancing ikan mas, gurame, dan gabus berukuran besar-besar.
“Nantinya akan ada wisata naik kuda di area ini. Jadi masyarakat bisa menikmati makanan dan minuman, membeli pakaian, memancing ikan, naik pesawat terbang, dan lain-lain,” ungkapnya.
Di salah satu ruangan pada area seluas 3 hektar itu juga terdapat kendaraan pribadi H Soeparno semasa berdinas puluhan tahun di TNI Angkatan Laut, baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Di antara kendaraan itu banyak yang antik, unik, dan modern.
Serba Jumbo
Ada ratusan menu di “Pawon Ndeso”, baik berupa masakan Nusantara, aneka penyetan, Chinese Food, dan menu lainnya. Yang sangat spesial, kata Hariono adalah ayam goreng dan ayam bakar. Kedua masakan ayam kampung itu benar-benar jempolan. Satu ekor ayam kampung bakar dijual Rp55.000.
Tempat makan yang buka pukul 09.00-22.00 WIB sangat ramai pada akhir pekan. “Malam hari yang paling ramai,” kata Hariono lagi.
Masyarakat yang sudah mengenal “Pawon Ndeso” punya menu pilihan yang serba jumbo dengan harga murah. Menu itu adalah nasi goreng dan bakmi goreng yang porsinya benar-benar jumbo. Dengan membayar Rp28.000/porsi bisa dimakan oleh tiga orang. “Jadi kalau ada yang pinjam piring di sini sudah biasa, silakan,” ujar Hariono lagi.
Mereka yang kerap memesan porsi jumbo dengan harga hemat itu adalah para karyawan perusahaan-perusahaan di sekitar “Pawon Ndeso”.
Dari hasil penelusuran di media sosial, banyak sekali masyarakat yang memuji porsi jumbo di area wisata kuliner itu. Selain lezat, harga hemat, juga mengenyangkan. (ori)