JAKARTA, ITN– INDONESIA merupakan salah satu negara yang melahirkan para pekerja seni dengan corak khas, hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu warisan dari leluhur yang masih tetap bisa dirasakan hingga saat ini. Dalam perkembangan waktu, para pekerja seni tersebut mengikuti perkembangan zaman, agar karya-karyanya tetap dapat dinikmati oleh khalayak.
Sabtu (17/9/16) sore, bertempat di Midtown Bistro & Lounge, SCBD, Jakarta, Noorca M Massardi meluncurkan kembali novel yang ketujuh berjudul “Setelah 17 Tahun”, novel yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama merupakan karya yang ditulis Noorca di Bali dan Jakarta selama lima belas bulan.
Novel tersebut menceritakan seorang tokoh perempuan bernama Putri Maulida, ia mengalami kekerasan verbal dari suaminya bernama Alfian selama 17 tahun. Kekerasan verbal yang dilakukan suaminya ternyata berdampak buruk dalam kehidupan rumah tangga keduanya, salah satu dampak kekerasan verbal yang dirasakan Putri yaitu, melahirkan ketiga anaknya dalam keadaan prematur.
Menurut survei yang dilakukan oleh Universitas Lowa, Amerika Serikat, di tujuh belas negara menyimpulkan, kekerasan fisik maupun emosional yang dilakukan pasangan atau mantan pasangan terhadap perempuan hamil, dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur, atau lahir dengan berat yang tidak ideal. Hal tersebutlah yang dialami Putri ketika masa-masa kelahiran, bisa jadi itu menjadi kondisi puncak akibat depresi akut yang dialami oleh seorang perempuan.
Kekerasan verbal ternyata tidak hanya dilakukan oleh suami Putri, akan tetapi kekerasan verbal telah dialami oleh Putri di tengah keluarganya. Putri kecil telah menjadi korban kekerasan verbal yang dilakukan Ibu dan saudara-saudaranya, boleh dikatakan Putri menjadi korban kekerasan verbal sedari kecil hingga dewasa.
Kekerasan verbal yang dilakukan oleh keluarga, membentuk pribadi Putri yang defence kepada lingkungan sekitarnya, tidak hanya pada pergaulan lingkungan rumah, akan tetapi pada lingkungan sekolah dan kuliah.
Novel yang tersedia di toko buku diberbagai kota pada 20 September ini, dalam acara peluncuran buku yang dimoderatori oleh Herry Saputro cukup menarik, karena memberikan banyak gambaran akan novel dan permasalahan kekerasan verbal.
Noorca mengatakan, “Cerita dalam novel Setelah 17 Tahun merupakan adaptasi kisah nyata, butuh waktu cukup lama untuk mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan, namun yang perlu digaris bawahi dalam novel ini yaitu, penderitaan akibat dari kekerasan verbal memiliki dampak berkepanjangan, dan kekerasan verbal mempunyai dampak luar biasa negatif dibandingkan dengan kekerasan fisik”.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, psikolog Joice Manurung yang juga konsultan dan terapis terkemuka di Jakarta, mengatakan, “Novel ini sangat patut dibaca oleh semua orang, karena dalam buku ini, permasalahan kekerasan verbal secara jelas digambarkan dengan cerita yang cukup sederhana dan dapat dipahami oleh siapapun. Dan apabila dianalisa lebih mendalam dalam buku ini hadir solusi untuk mengatasi kekerasan verbal yang dialami oleh seseorang”.
Sebelum menjadi novel Setelah 17 Tahun, tulisan Noorca dimuat sebagai cerita bersambung pada beberapa surat kabar harian di Jakarta. Sebelum karya Noorca ini, novel Sekuntum Duri (1979) dan Mereka Berdua (1982) karya Noorca dimuat menjadi cerita bersambung di media cetak terlebih dahulu, sebelum akhirnya menjadi novel secara utuh. (aim)