- iklan -

JAKARTA-ITN, MEMADUKAN budaya lokal dalam balutan busana berupa kain-kain tradisional Indonesia, menjadi cara yang dilakukan desainer Nita Mauladi. Tak hanya itu Nita mengubah kain tradisional tersebut menjadi busana yang elegan bahkan bertaraf internasional.

Desainer berparas cantik ini melihat selama ini bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai mengalami kejenuhan terhadap kain tradisional terutama batik yang dianggap sudah old fashion atau sudah kuno. Melalui tangannya, maka dirinya pun mengubah kain tradisional menjadi busana yang elegan, glamour hingga indah dilihat oleh kasat mata.

“Saya menuangkan filosofi ke dalam kain tradisional Indonesia yang sangat indah. Di mana batik tulis bisa dikombinasikan dengan kain mana pun seperti kain songket atau lurik, dan dari fashion maka keragaman budaya indonesia bisa terlihat dengan baik oleh kasat mata,” ucapnya di Jakarta.

Kemudian, untuk menjadikan busana yang diolah oleh perempuan bernama asli Nita Budi Susanti ini kian menawan, maka penggunaan batu-batu di Indonesia menjadi ciri khas darinya.

“Ciri khas saya adalah ageman, di mana saya jatuh hati dengan batu Indonesia, lalu penggunaan kain Indonesia yang akan di desain maka saya sesuaikan dengan konsumen, misalkan konsumennya adalah orang yang sederhana maka saya tidak akan mungkin memberikan warna yang ramai, atau misalkan konsumennya suka dengan full colours maka saya berikan baju yang full colours juga,” urainya.

Hasil kreasinya ini pun dikenalkan kepada sejumlah desainer pemula maupun senior di pengukuhan talkshow and fashion show Kadin fashion designer of Indonesia di Asya Marketing Gallery, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (30/1/19)

Nita Mauladi Mengubah Kain Tradisional Indonesia Menjadi Busana Bertaraf Internasional
Nita Mauladi (tengah) bersama model. (foto. ist)

Perempuan jebolan Universitas Diponegoro ini terus berupaya mengenalkan kain tradisional yang diolahnya ke dalam busana ke dunia internasional.

“Beberapa kali pernah saya bawa dan kenalkan kain tradisional Indonesia seperti di Dubai, Timur Tengah, Thailand, hingga Eropa, hasilnya sangat positif bahkan mereka mengagumi kain tradisional yang dimiliki Indonesia,” lanjutnya.

Perempuan kelahiran Semarang 7 Juli 1968 ini melihat tren 2019 ini penggunaan kain tradisional terus meningkat tajam, terlebih dari tingkat coraknya, motifnya, bentuknya, tekniknya hingga filosofi kain Indonesia paling kaya dari seluruh negara manapun.

Tak itu saja, Nita Mauladi meminta kepada seluruh masyarakat dan pemerintah untuk senantiasa peduli serta menjaga dan menggunakan kain tradisional sebagai identitas kebanggaan terhadap Tanah Air.

“Daya beli dari masyarakat indonesia itu sendiri, keinginan masyarakat juga harus dikembangkan, bagaimana idealisme masyarakat harus dipupuk juga dan ini dibutuhkan peran pemerintah dan beberapa sektor lain untuk senantiasa mencintai budaya Indonesia,” ungkapnya. (*/evi)

- iklan -