JAKARTA, ITN- SALAM satu jiwa!..Arema!, Salam satu jiwa!…Indonesia!. Kalimat ini membuka acara jumpa pers Malang Flower Carnival (MFC) 2018 di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta Pusat, Selasa sore (4/9/18).
MFC menjadi salah satu event unggulan Jawa Timur dan tercatat beberapa kali mendapat penghargaan di mancanegara di antaranya sebagai The Best Performances dalam Parade Budaya Internasional di Moskow tahun 2014 serta mendapat penghargaan Best National Costume, Miss Queen Tourism Ambassador International, di Kuala Lumpur, Malaysia pada 2016.
Untuk kedelapan kalinya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang didukung Kemenpar kembali menyelenggarakan Malang Flower Carnival (MFC) 2018. Mengangkat tema “Eksotika Bunga Nusantara”, kegiatan ini sebagai upaya branding Malang sebagai Kota Bunga.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti mengatakan, MFC 2018 masuk dalam 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia yang digelar sepanjang tahun ini, dan merupakan satu di antara 8 event yang masuk dalam CoE 2018 mewakili Provinsi Jawa Timur”.
“Selain mengangkat citra Malang sebagai Kota Bunga, karnaval ini juga bertujuan untuk mendorong kreativitas masyarakat yang dipacu dengan pemanfaatan kain dan kertas daur ulang untuk mendorong semangat go green,“ ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni pada kesempatan yang sama.
Karnaval ini diharapkan dapat memancing kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman). Tahun lalu, MFC behasil menarik 50.000 penonton yang memenuhi sisi Jalan Ijen, tempat dilangsungkan karnaval.
“Tahun ini berharap jumlah penonton akan bertambah bisa mencapai 70.000 penonton, tak hanya wisnus, tapi juga luar negeri. Selain itu MFC diharapkan bisa menjadi karnaval Internasional yang tak hanya diikuti oleh peserta dari Indonesia saja,” ungkap Ida.
Sementara Penggagas dan Ketua Pelaksana MFC 2018, Agus Sunandar mengatakan, “Tak hanya menampilkan kostum-kostum megah, glamour, dan kekinian bertema bunga, MFC juga akan diwarnai dengan acara seperti tarian kolosal tradisional, serta penampilan cosplay.
“Biasanya cosplay menampilkan tema hero luar negeri, tapi disini tema-tema cosplay dikhususkan dengan tema pawayangan, seperti Gatot Kaca, Ken Arok, Arjuna, dan sebagainya,” jelas Agus.
Agus mengatakan, “Untuk acara ini, karakter busana peserta harus 75% dengan ornamen bunga dan terbuat dari bahan daur ulang, seperti kain dan busa sebagai wujud kepedulian dalam pelestarian lingkungan”.
Berat satu buah kostum bisa mencapai 14 Kg hingga 20 Kg dengan biaya produksi satu kostum bisa mencapai Rp1,5 hingga Rp2 juta. “Namun jika ada kota lain yang membutuhkan kostum ini kita bisa menjualnya dengan harga Rp5 juta hingga Rp12 juta,” ungkap Agus.
MFC 2018 yang akan diselenggarakan pada 16 September 2018 mulai pukul 13.00 – 17.00 WIB di Jalan Ijen, Malang dan memakai runwai sepanjang 800 meter ini tak hanya diikuti oleh peserta dari Kota Malang saja, beberapa kota lainnya di Jawa Timur yang akan meramaikan kegiatan ini, antara lain Probolinggo, Pasuruan, Blitar, Surabaya, Banyuwangi, Jember, dan bebetapa daerah lainnya. (evi)