JAKARTA, ITN– PRESIDEN Republik Indonesia Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai “leading sector” pembangunan, yang berarti persaingan sektor pariwisata sebagai industri jasa juga banyak diperebutkan oleh negara lain. Persaingan ke depan adalah siapa yang cepat memakan yang lambat, bukan yang besar mengalahkan yang kecil.
Thailand, Malaysia, dan Singapura menjadi kompetitor Indonesia dalam persaingan sektor pariwisata. Karena itulah, jika regulator masih lelet, maka daya saing negeri ini tidak akan sanggup berkompetisi di level global. Menyikapi hal tersebut, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus memperbaiki diri dengan membangun budaya kerja untuk meninggalkan pola dan kebiasaan lama yang buruk.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya secara resmi meluncurkan budaya kerja WIN Way bertempat di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, pada Rabu (23/5). WIN Way adalah implementasi Revolusi Mental –yang dicanangkan oleh Presiden RI- di level internal Kementerian Pariwisata. WIN Way menjadi jurus atau cara untuk memenangkan kompetisi, yaitu dengan Solid, Speed, dan Smart (3S). Budaya kerja menjadi pilar pembentuk karakter.
Menpar menginginkan setiap “bukit-bukit kemenangan” haruslah dicapai dengan cara-cara WIN Way. “Misi terbesar saya memimpin adalah membentuk sebuah perusahaan yang berkarakter dan memiliki daya saing global. The Corporate Culture menjadi pilar pembentuk karakter,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam peluncuran Budaya Kerja Kementerian Pariwisata, di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata, Rabu (23/5).
Di hadapan seluruh pejabat mulai dari pejabat struktural eselon I, II, III, dan IV hingga pejabat fungsional maupun pejabat perbendaharaan di lingkungan Kementerian Pariwisata, Menpar mengatakan, “Untuk menjadi pemenang seorang pemimpin harus memiliki dua elemen dasar, yaitu ‘Great Spirit’ dan ‘Grand Strategy’. Yang pertama menyangkut “Heart” (hati), yang kedua menyangkut “Head” (pikiran). Yang pertama menyangkut karakter sebagai hasil olah ruh dan olah rasa, yang kedua menyangkut kompetensi sebagai hasil dari olah rasio dan olah raga.
“Great Spirit” berkaitan dengan semangat tinggi yang terbentuk oleh keyakinan (belief), nilai-nilai (values), dan perilaku (behaviour) yang utama dan mulia. Sementara “Grand Strategy” berkaitan dengan visi, strategi, model bisnis, atau eksekusi ekselen yang terbangun dari analisis dan daya pikir yang mumpuni.
Spirit dan strategy merupakan dua elemen dasar yang saling melengkapi dan mengisi, sehingga tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain. Itu sebabnya kunci kesuksesan pemimpin ditentukan oleh kemampuannya menyeimbangkan dan mengharmonikan keduanya.
Menpar berpesan bahwa setiap pegawai di kemenpar adalah seorang agen perubahan dan harus menjadi seorang pemenang atau culture champions. Para pemimpin di Kemenpar mempunyai peran sebagai teladan dan panutan (role model), penjaga nilai-nilai WIN Way (guardian), pembimbing (coach), penerjemah nilai-nilai WIN Way (translator) serta motivator bagi anak buahnya.
“Pemimpin tidak pernah merasakan lelah, sebelum berhasil mencapai mimpinya. Hanya energi yang besar dari seorang pemimpin yang dapat menularkan semangat kerja pada seluruh pasukannya,” tegas Menpar.
Dalam kesempatan ini, Menpar sekaligus meluncurkan rangkaian Calendar of Events (CoE) sebagai aktivasi budaya kerja, yang dimulai dari WIN Way Ramadhan yang sedang berjalan, kemudian dilanjutkan dengan WIN Way Champions, WIN Way Merdeka Cup hingga puncaknya di akhir tahun nanti WIN Way Summit sebagai ajang penghargaan bagi insan terbaik di Kemenpar. (evi)