JAKARTA, ITN- JELANG perayaan HUT Kemerdekaan RI, dekat dengan Kota Ende di Pulau Flores, digelar Festival Danau Kelimutu (FDK). Acara yang berlangsung sepekan sejak tanggal 7 Agustus dan berakhir pada 14 Agustus 2017 ini menghadirkan Parade Budaya Nusantara, Trekking Kelimutu, dan Kelimutu Expo.
Festival Danau Kelimutu merupakan event tahunan yang telah berlangsung lima kali. Sejumlah agenda festival menampilkan perlombaan budaya tari, lomba naro, parade karnaval budaya nusantara, lomba trekking menuju Kelimutu, pameran UKM dan kerajinan, serta ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata sebagai penutupan acara.
Prosesi diawali tarian adat dilanjutkan prosesi peletakan sesaji untuk leluhur. Acara tersebut dihadiri mosalaki dari 20 persekutuan adat desa-desa penyangga Kelimutu, yakni: i Konara, Woloara, Pemo, Nuamuri, Mbuja, Tenda, Wiwipemo, Wologai, Saga, Puutuga, Sokoria, Roga, Ndito, Detusoko, Wolofeo dan Kelikiku. Ada hal menarik juga menjadi pusat perhatian, yakni kehadiran satu-satunya tetua adat dari kalangan perempuan yakni Agatha Gale, Mosalaki Puu Tana Jendo Laki, Desa Wolofeo, Kecamatan Detusoko.
Festival Danau Kelimutu yang digelar Pemda Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur dan didukung Kementerian Pariwisata ini dipusatkan di lapangan Koni dan kawasan Taman Nasional Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
“Dengan dimulainya acara sepekan Expo Kelimutu diharapkan dapat memajukan sektor pariwisata di Kabupaten Ende dan event ini juga dapat menarik perhatian wisatawan berkunjung ke Ende. Semakin dilestarikan wisata budaya akan semakin disejahterakan masyarakat Ende,” ujar Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata M Iqbal Alamsjah, dalam pembukaan Festival Danau Kelimutu 2016 di Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (10/8/16).
Bupati Ende Marselinus Y W Petu, dalam sambutannya mengatakan, “Ende sebagai destinasi yang wajib dikunjungi karena memiliki keajaiban dunia yaitu Danau Kelimutu. Selain itu, Kabupaten Ende memiliki situs budaya sejarah sehingga harus menjadi tempat eksistensi untuk menjaga kebudayaan jejak historis”.
Marselinus mengharapkan agar tahun depan acara ini harus lebih diekspos supaya bisa dinikmat wisatawan mancanegara.
Pesona keindahan Kelimutu dan Ende sendiri pernah dirasakan Pebalap Tour de Flores (TdF) 2017 saat mereka harus berpeluh keringat menaklukkan etape kedua yang berupa tanjakan-tanjakan bukit kaki gunung Kelimutu sepanjang jalan Maumere menuju lapangan Tugu Pancasila di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT)
Apresiasi datang dari Menpar Arief Yahya yang pernah menikmati langsung pesona Ende, saat mewakili Presiden Joko Widodo menjadi inspektur upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
“Danau Kelimutu sangat indah. Orang yang datang ke Pulau Komodo, Labuan Bajo biasanya juga datang ke Kelimutu untuk menyaksikan pesona danau tiga warna ini dan menyongsong matahari terbit di sana. Sungguh Indah, sangat layak untuk go international, karena Danau Kelimutu sangat berstandard international. Ayo kita buat Festival Danau Kelimutu ini semakin mendunia,” kata Menpar Arief Yahya.
Selain Danau Kelimutu, banyak destinasi wisata yang beragam di kota Ende yang layak dikunjungi. Taman Renungan Bung Karno dan Rumah Pengasingan Bung Karno, Pesona Ende juga memiliki Kampung Adat Wolotopo, Museum Tenun Ikat, Pantai Ria atau Pantai Ende, Kampung Adat Jopu, Pasar Tradisional Ende, Pantai Batu Biru, Air Terjun Murondao dan Museum Bahari Ende, semuanya sungguh mempesona hati.
Tentang Danau Kelimutu
Danau Kelimutu merupakan danau tiga warna yang terletak di puncak Gunung Kelimutu dan merupakan salah satu tempat berpetualang terbaik di Flores. Danau paling barat bernama Tiwu Ata Mbupu yang berarti danau jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. Danau yang berada di tengah disebut danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai atau danau untuk jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Sedangkan yang paling timur disebut Tiwu Ata Polo atau ‘danau untuk jiwa orang yang selalu melakukan kejahatan’. Warna ketiga danau tersebut selalu berubah-ubah.
Taman Nasional Gunung Kelimutu sendiri merupakan taman nasional terkecil di antara enam taman nasional yang ada di kawasan Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Meski tidak terlalu luas tetapi keindahan dan pesona yang ditawarkan adalah salah satu keajaiban alam paling spektakuler di Flores. Tiga danau yang berdampingan di Kelimutu memiliki keunikan warna dan dapat berubah-ubah. Inilah keindahan dan fenomena alam yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia.
Lokasi Gunung Kelimutu berada sekira 66 km dari Kota Ende atau 83 km dari Maumere. Danau ini pertama kali ditemukan seorang berkebangsaan Belanda, yaitu Van Telen pada 1915 kemudian kian tenar sejak 1929, ketika Y. Bouman menulis dalam catatannya tentang danau fenomenal yang warna airnya bisa berubah-ubah. Sejak Januari 1017, air di dua dari tiga danau yang ada berubah warna. Warna air di Danau Tiwu Ata Polo berubah dari hijau muda ke hijau lumut, sedangkan Danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fa berubah dari putih telor asin jadi biru tua. Tidak ada yang bisa memprediksi perubahan warna danau. Terkadang berwarna biru, hijau, hitam dan pernah juga berubah mejadi putih, merah serta coklat tua. Jika ditelaah secara ilmiah, ilmuwan meyakini bahwa perubahan warna danau dikarenakan faktor kandungan mineral, lumut, batu-batuan di dalam kawah, dan pengaruh cahaya Matahari.
Orang Lio percaya bahwa Danau Kelimutu merupakan peristirahatan terakhir jiwa-jiwa yang sudah pergi, atau tempat dimana jiwa kembali setelah menuntaskan perjalanan hidup di dunia. Ritual Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata dimaksudkan untuk mengucapkan rasa syukur di tahun yang telah terlewati, serta memanjatkan doa terakhir demi kemakmuran hidup, kesehatan dan kehidupan yang menyenangkan di tahun mendatang.
Untuk mencapai Danau Kelimutu, wisatawan harus memulainya dari Moni, kota kecil di Kabupaten Ende dan kerap dijadikan basecamp para backpacker. Bisa juga naik taksi motor, mobil, atau angkutan umum untuk mengantarkan ke tempat parkir sebelum naik ke puncak Kelimutu. Rute bus Ende-Maumere akan melewati Moni. Dari sana harus berjalan 30 menit di sepanjang sisi pegunungan. Pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi danau sangatlah indah.
Kelimutu berada di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, atau sekira 66 km dari perbatasan Ende dan 83 kilometer dari Maumere. Moni adalah sebuah desa di kaki Gunung Kelimutu dan merupakan pintu masuk ke Danau Kelimutu. Jarak antara Moni dan Kelimutu adalah 15 km. Moni berada persis di kaki Gunung Kelimutu, menjadikan desa ini selalu diselimuti hawa sangat dingin. Di Moni ada banyak homestay, eco-lodge dan guest house dengan harga mulai Rp 150.000.
Untuk bisa menyaksikan matahari terbit di puncak Kelimutu, ada baiknya memang bermalam terlebih dahulu di Moni, baru keesokan harinya pagi-pagi sekali pukul 03.00wita berangkat menuju puncak.
Atau bagi yang berkocek tebal, bisa coba menginap di Nihi Sumba Islands yang merupakan hotel terbaik di dunia 2016 dan 2017 versi majalah Travel + Leisure. Hotel yang berada di Desa Hobawawi, Wanukaka, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur ini memang tempat akomodasi yang artistik, natural, dengan kearifan lokal yang otentik.
Setiap hari ada penerbangan dari Denpasar dan Kupang ke Maumere. Menuju Ende terdapat penerbangan harian yang hanya dioperasikan dari Kupang di Pulau Timor. Jika Anda tertarik untuk melakukan perjalanan menyebrangi antar pulau maka dapat mulai dari Maumere di timur dan mengunjungi Kelimutu, Ende, Bajawa, Ruteng, dan berakhir di Labuan Bajo (untuk melihat Pulau Komodo) atau pulang pergi jika berangkat dari barat. (*/evi)