- iklan -
JAKARTA, ITN- Berwisata di dalam ruangan (indoor) seperti ke museum adalah salah pilihan yang tepat dan cerdas, terlebih saat musim hujan dan banjir seperti sekarang. Sebaiknya museum yang dikunjungi itu mengusung tema lingkungan dan bencana alam.
Kenapa wisata indoor cocok buat liburan saat musim hujan? Ya karena aktivitas wisatanya berada di dalam ruangan, jadi tidak akan terganggu sekalipun tiba-tiba datang hujan.

Mengapa ke museum bukan wisata belanja di mall, hangout dan kulineran di cafe/resto, nyantai di resort/hotel atau ke tempat bermain indoor kekinian?

Jawabannya kalau ke museum apalagi bersama teman-teman seperjalanan (hobi traveling) atau mungkin membawa anggota keluarga, entah itu anak, adik, dan keponakan selain lebih edukatif, budget-nya juga minimal alias jauh lebih murah.

Kenapa pula ke museum yang bertemakan lingkungan dan bencana alam? Jawabannya simple, ya biar nyambung saja dengan kondisi yang ada.

Liburan Edukatif Saat Musim Hujan, Pilihannya ke Museum Bertemakan Lingkungan dan Bencana AlamSekurangnya ada tujuh museum bertemakan lingkungan dan bencana alam di dalam negeri  yang menarik untuk dikunjungi.

Pertama, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain).
Munasain terdiri dari dua lantai. Di lantai 1 ada pameran tentang sejarah geologi, geografi, dan biogeografi Indonesia, juga evolusi kehidupan manusia evolusi dan diversitas kehidupan biotanya yang disajikan dalam diorama dan juga replika beberapa hewan dan jenis-jenis tumbuhan dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu ada perahu layar yang terbuat dari Kayu Randu  dan berasal dari Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, juga replika Bunga Bangkai dan Bunga Rafflesia.

Di lantai satu ini juga dilengkapi  teater untuk menyaksikan film dokumeter berdurasi 45 menit. Tapi teater ini hanya bisa dibuka untuk rombongan atau minimal pengunjung 20 orang.

Pakar pendidikan sekaligus Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Prof. Arief Rachman menilai keberadaan Munasain bukan hanya bisa memperluas pengetahuan tentang pesona alam di Indonesia pun bisa menambah kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap alam dan lingkungan.

Kata Arief Rachman, ada tiga kekuatan yang harus dimiliki untuk menjaga alam di Indonesia agar tak menimbulkan bencana, yakni harus melestarikan, memelihara, dan menjaga alamnya.

Munasain mudah sekali dijangkau. Lokasinya di Jalan Ir. H. Juanda No. 22 – 24, Kota Bogor, tak jauh dari aalah satu pintu gerbang Kebun Raya Bogor.

Kalau naik kereta commuter line, turun di Stasiun Bogor, lanjut naik transportasi online, angkot atau berjalan kaki, jaraknya lebih kurang 700 meter atau sekitar 10-15 menit.

Munasain dibuka dari Senin sampai Jumat pukul 08:00-16:00 WIB. Sementara untuk Sabtu hingga Ahad buka pukul 09.00-16:30 WIB. Tarif masuknya relatif murah, Rp5.000 per orang.

Kedua, Museum Kehutanan Nasional Manggala Wanabakti. 
Museum yang bervisi-misi sebagai pusat informasi dan dokumentasi hutan dan kehutanan di Indonesia ini terdiri atas dua lantai.

Di lantai pertama bisa melihat berbagai artefak kehutanan. Sedangkan lantai kedua berisi pameran foto dan informasi, antara lain tentang peralatan kehutanan, visualisasi hutan dan kehutanan, hasil kekayaan hutan, hasil pengolahan hutan, dan perjuangan pasukan wanara.

Sesuai namanya, museum ini terletak di Gedung Manggala Wanabakti Blok VI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.

Jam kunjungnya Senin—Jumat: pukul 09.00—15.00 WIB. Sabtu/Minggu/Hari Libur Nasional tutup.

Berkunjung ke museum ini bukan hanya menambah pengetahuan tentang hutan, pun diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kelestarian hutan beserta isi/penghuninya dan memanfaatkannya dengan bijak agar tak rusak dan tak berujung bencana.

Ketiga, Museum Geologi Bandung. Museum yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 57, Kota Bandung dan lokasinya dekat dengan Gedung Sate, Lapangan Gasibu, dan Taman Lansia ini lebih berfungsi sebagai museum untuk edukasi seputar mitigasi bencana.

Beragam koleksi terkait bisa dilihat di museum ini antara lain artefak, batuan, mineral, meteroit, dan fosil manusia purba Homo erectus, fosil gajah purba Stegodon trigonocephalus serta replika fosil dinosaurus paling ganas Tyrannosaurus rex.

Museum ini juga memiliki auditorium untuk pemutaran film, ceramah, seminar dan kegiatan lainnya, serta ruang edukasi, poliklinik, masjid, toilet, dan toko souvenir.

Museum ini buka pada hari Senin-Kamis pukul 08.00-16.00 WIB. Sedangkan pada hari Sabtu-Minggu buka pada pukul 08.00-14.00 WIB. Untuk hari Jumat dan libur nasional tutup.

Harga tiketnya untuk pengunjung pelajar dan mahasiswa sebesar Rp2.000, wisnus dewasa Rp3.000, dan wisman Rp10.000 per orang.

Bertandang ke museum ini, bukan cuma menambah ilmu tentang kondisi geologi Indonesia dan sejarah makhluk hidup dari era dinosaurus dulu, pun bisa belajar mengenai aneka macam proses terjadinya bencana sehingga jadi lebih melek bencana.

Keempat, Museum Gunungapi Merapi, Yogyakarta.
Di museum yang beralamat di Jl. Kaliurang Km. 22, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Sleman, yogyakarta, dekat dengan kawasan wisata Kaliurang ini, bisa melihat beragam koleksi meliputi filosofi kegunungapian dan alat peraga kegempaan serta tempat pengumpulan dan perarsipan benda bernilai yang berkaitan dengan Gunung Merapi dan Gunungapi pada umumnya.

Menariknya semua koleksi tersebut dilengkapi barcode agar pengunjung lebih cepat dan nyaman dalam memperoleh informasi koleksi museum ini.

Selain itu ada display-display letusan Gunung Merapi, alat peraga Tsunami.

Museum ini dilengkapi ruang theatre berkapasitas 100 tempat duduk yang menayangkan informasi mengenai Gunung Merapi serta open theatre yang terletak di sisi belakang Museum Gunungapi Merapi dengan pemandangan menawan.

Liburan Edukatif Saat Musim Hujan, Pilihannya ke Museum Bertemakan Lingkungan dan Bencana AlamDi museum yang buka pukul 08.00 – 15.30 WIB, dan 08.00 – 14.30 WIB (Jum’at) ini, bisa juga merasakan simulasi gempa dan melihat simulasi tsunami.

Kelima, Museum Dokumenter Kebencanaan (Disaster Documentary Museum), Yogyakarta.

Di museum milik warga hunian tetap Wukirsari, Srodokan, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ini bisa melihat   ratusan foto yang menggambarkan bagaimana situasi pada saat erupsi Gunung Merapi pada 5 November 2010 dan kehidupan warga pasca erupsi tersebut.

Foto-foto yang dipamerkan merupakan hasil jepretan para warga sendiri ini.

Dusun Srodokan sendiri luluh lantak akibat diterjang lahar panas dari erupsi Merapi melalui Kali Gendol. Harta benda dan hewan ternak milik warga habis tak tersisa.

Koleksi lainnya berupa barang-barang milik warga yang tersisa dan menjadi saksi dahsyatnya bencana erupsi Merapi.

Keenam, Museum Sisa Hartaku, (the house of memory) Yogyakarta.
Di museum yang berada di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ini, bisa melihat barang-barang yang berhasil diselamatkan dari bekas erupsi Merapi 2010 seperti bangkai sepeda motor, TV, botol-botol minuman yang meleleh, dan kerangka tulang sapi.

Selain itu perabotan rumah, perkakas, dan jam erupsi, yakni jam dinding yang kedua arah jarumnya menunjukkan pukul 12 malam lewat 5 menit, tepat kejadian erupsi dasyat itu.

Ketujuh, Museum Tsunami Aceh.
Di museum berlantai 4 dengan arsitektur perpaduan rumah tradisional Aceh yang dibentuk seperti gelombang besar layaknya gelombang tsunami ini bisa memasuki lorong gelap gelombang tsunami dengan ketinggian 40 meter ditambah efek air jatuh.

Selepas lorong itu, ada puluhan standing screen menyajikan foto-foto akibat tsunami.

Selanjutnya ada ruang “Fighting Room” yang kerap disebut juga The Light of God. Ruangan ini berbentuk seperti cerobong dengan tulisan Allah dibagian puncaknya.

Lalu perjalanan memutar keluar dari cerobong tersebut menuju Jembatan Harapan (Hope Bridge). Setibanya di jembatan itu terlihat bendera 52 negara, yang telah membantu Aceh saat tertimpa musibah gempa dan tsunami.

Saat melewati jembatan ini seperti melewati air tsunami menuju ke tempat yang lebih tinggi.

Di ruang berikutnya khusus tempat pemutaran film tsunami berdurasi 15 menit mulai dari gempa, tsunami datang sampai saat pertolongan.

Museum yang pernah terpilih sebagai museum terpopuler dari 400 museum di Indonesia dalam ajang Indonesia Museum Award 2018 ini juga dilengkapi dengan toko suvenir, ruang geologi, pusat kuliner, perpustakaan, oilet, ruang parkir, dan mushola.

Museum yang berada di Jalan Sutan Iskandar Muda, Banda Aceh ini buka setiap Senin-Minggu mulai pukul 09.00-16.00 WIB. Hari Jumat tutup.
Posisinya berdekatan dengan Lapangan Blang Padang dan sekitar 400 meter dari Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Harga tiketnya Rp2.000 untuk anak-anak, pelajar atau mahasiswa, Rp3.000 untuk orang dewasa, dan Rp10.000 untuk turis asing.

Bertandang ke museum yang menjadi pusat pendidikan bencana ini bukan semata mengingat bencana tsunami pada Desember 2004 silam, pun jadi bertambah pengetahuan tentang proses terjadinya tsunami dan dampak yang ditimbulkannya.

Museum di Mancanegara
Kalau punya dana berlebih dan waktu yang cukup, usai mengunjungi museum-museum di dalam negeri seperti tersebut di atas, bisa lanjut ke museum-museum bertema iklim dan lingkungan yang ada di luar negeri.

Pilihannya antara lain The Kitakyushu Environment Museum di Jepang, The Jokey Club of Climate Change di Hongkong, The Klimahaus di Jerman, The Atmosphere Galerry di London, dan Biosphere, Environtment Museum di Amerika Serikat.

Di The Kitakyushu Environment Museum yang berada di Kota Kitakyushu, bisa melihat diorama, workshop daur ulang, ruang pamer hasil daur ulang yang dijual murah kepada pengunjung, dan permainan edukatif agar lebih peduli lingkungan.

Ada pula ruang pamer barang-barang logam yang rusak terkena polusi udara dan air serta radiorama.

Di museum perubahan iklim The Jokey Club of Climate Change, Hongkong, bisa lebih mudah memahami perubahan iklim di seluruh dunia dan melihat pemandangan hijau Universitas Cina Hongkong, tempat dimana museum ini berada serta mengikuti kegiatan-kegiatan penghijauan yang bermanfaat.

Di museum iklim The Klimahaus atau disebut juga Climate House Bremerhaven bisa menjelajahi berbagai jenis iklim yang ada dI dunia mulai dari kawasan kutub es, hutan hujan tropis hingga padang pasir sertau informasi tentang iklim dan perubahannya.

Di The Atmosphere Galerry bisa menjelajahi perubahan iklim dari masa kemasa, hingga pada perubahan iklim yang telah diprediksikan oleh ilmuan di masa depan.

Sementara di Biosphere, Environtment Museum Amerika Serikat yang berada di pusat kota Montreal, bisa  mempelajari banyak hal tentang lingkungan alam dan kehidupan makhluk hidup.

Berkunjung ke museum-museum di mancanegara tersebut menambah informasi tentang kebersihan air, udara, tanah hingga pada perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia yang menyebabkan semakin banyaknya badai tropis, banjir, dan kemarau panjang.

Jadi bukan cuma pelesiran senang-senang di negeri orang, tapi bisa menambah rasa cinta lingkungan lalu mengaplikasikan rasa itu di Tanah Air. (adjikurniawan/travelplusindonesia)

- iklan -