- iklan -

JAKARTA, ITN – Menjadi ajang konferensi tahunan Bank DBS Indonesia yang menyatukan para pemimpin dengan pemikiran global untuk membahas peluang dan tantangan perubahan di Indonesia ditengah fase new normal pandemi Covid-19, Bank DBS Indonesia kembali mengadakan Asian Insights Conference 2022 dibulan Februari hingga Maret mendatang, yang terbagi menjadi empat sesi.

Memiliki harapan dapat mengubah kekhawatiran dan keraguan menjadi aksi serta keputusan strategis terkait arah bisnis di masa depan, tahun ini Asian Insight Conference mengangkat tema “Economy and Environment: Towards a Revolutionary Future”.

Mengawali sesi pertama dalam konferensi tahunan kali ini membicarakan “The Road to Endemic – Finding Normal in New Normal” dengan menghadirkan keynote speech Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, serta pakar di bidang kesehatan yakni Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi, pakar mikrobiologi Universitas Indonesia Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama.

Melalui tema ini, para pakar memberikan wawasan terkait varian Omicron yang belakangan merebak, pengendalian pandemi, serta langkah-langkah pemerintah dalam mendukung pemulihan berbagai sektor di Indonesia.

Dalam sambutannya, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Paulus Sutisna mengatakan rasa hormatnya bagi DBS Indonesia dapat menghadirkan berbagai pakar dibidang Kesehatan dan membagikan informasi disesi pertama Asian Insights Conference 2022 yaitu salah satu bentuk komitmen bank DBS dalam berkontribusi secara positif untuk dunia yang lebih baik.

DBS Asian Insights Conference 2022: Kemenkes Siapkan Transformasi Layanan Kesehatan Menuju Endemi“ Kami optimis, jika program vaksinasi dapat berjalan lancar dan situasi pandemi terkendali dengan baik, maka daya beli akan secara bertahap kembali normal, dan meningkatkan kesempatan kerja serta tingkat produksi sehingga membawa manfaat signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inilah yang melatarbelakangi visi Bank DBS yaitu sebagai Best Bank for a Better World di mana kami berupaya untuk berkontribusi secara positif untuk dunia yang lebih baik”, ujar Paulus Sutisna

Selama dua tahun terakhir, pandemi Covid-19 memengaruhi kehidupan masyarakat, sehingga muncul pertanyaan apakah pandemi ini akan berakhir. Sejak beberapa bulan lalu, pemerintah Singapura telah mempersiapkan skenario baru yaitu memperlakukan Covid-19 sebagai endemi dengan mengejar target vaksinasi di atas 80%, di mana saat ini 83% warga Singapura telah tervaksinasi.

Telah mengalami dua gelombang perkembangan kasus Covid-19, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menegaskan walaupun Indonesia belum mencapai gelombang keempat, pemerintah tetap harus waspada dari peningkatan jika dilihat dari sifat virus yang tak mengenal batas wilayah ini.

“Tentunya Indonesia pun tak luput dari peningkatan ini, melihat sifat virus Covid-19 yang tidak mengenal batas wilayah. Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani Covid-19, yaitu transformasi layanan dasar kesehatan, transformasi sektor kesehatan, transformasi sistem kesehatan, pendanaan, transformasi sumber daya manusia, serta teknologi kesehatan”, tegasnya.

Sesditjen Kesehatan Masyarakat dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi percaya bahwa penanganan Covid-19 memerlukan upaya dari hulu ke hilir.

DBS Asian Insights Conference 2022: Kemenkes Siapkan Transformasi Layanan Kesehatan Menuju EndemiApabila deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, serta langkah-langkah pencegahan merupakan strategi yang dilakukan di hulu untuk pengendalian transmisi, maka transformasi layanan kesehatan yang disiapkan Kementerian Kesehatan tersebut diperlukan untuk penanganan kasus di hilir, ketika seseorang telah dinyatakan positif Covid-19. Sehingga diharapkan dengan adanya transformasi ini, fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia dapat lebih siap menanggapi kasus dan telah dilengkapi dengan sumber daya yang mumpuni.

Lebih lanjut dalam pemaparannya Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan gelombang kasus varian Delta pada pertengahan 2021, adanya tren peningkatan jumlah kasus dengan varian Omicron tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

“ Setelah menghadapi gelombang pertama dan kedua, serta dengan melihat perkembangan dan langkah yang diambil oleh negara lain, kita semakin memahami pola transmisi Covid-19 khususnya saat ini varian Omicron. Jika pada gelombang kedua, tingkat kematian per hari dapat mencapai 2.500, pada varian Omicron kali ini, tingkat kematian jauh lebih rendah dengan angka 180. Sehingga dalam segi penanganan, belum perlu dilaksanakan “penarikan rem darurat”, tetapi pemerintah tetap memberlakukan pembatasan mobilitas dan PPKM level tiga, dibarengi dengan percepatan vaksinasi, testing, dan tracing,” jelas Siti Nadia Tarmizi.

Mulai tersebar pada November 2021, menurut pakar mikrobiologi Universitas Indonesia Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D, varian Omicron tidak memiliki relasi dengan varian Delta yang muncul pada gelombang kedua, namun varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang lebih banyak dibandingkan dengan virus-virus sebelumnya sehingga Omicron dapat beradaptasi dengan lingkungan yang menyebabkan penularan terjadi lebih cepat.

Kendati demikian, tidak seluruh mutasi dapat menguntungkan virus. Pada kasus Omicron, justru dengan adanya mutasi tersebut, varian ini tidak menimbulkan morbiditas atau gejala klinis yang berat.

“ Berdasarkan atas studi yang dilakukan oleh FKM UI, Kementerian Kesehatan, dan LBM Eijkman, lebih dari 70% populasi masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi, walaupun belum pernah dinyatakan positif Covid-19 maupun tervaksinasi, dan 90% dari populasi yang telah terkena Covid-19 dan tervaksinasi telah memiliki antibodi tersebut. Maka, hal ini menunjukkan bahwa kekebalan terhadap virus telah terbentuk dalam masyarakat Indonesia,” ujar Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph.D.

Menambahkan lebih lanjut mengenai kemungkinan – kemungkinan mutase varian virus Covid-19, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan Virus Covid-19 akan selalu ada dengan kemungkinan akan bermutasi ke varian-varian lain di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu untuk tetap kita waspadai.

“ Mengingat setiap nyawa masyarakat Indonesia berharga, maka diperlukan upaya maksimal dari pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang adaptif terhadap keadaan dengan mempertimbangkan saran-saran para ahli sehingga dapat mengatur laju penularan”, tambahnya.

Menutup sesi, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dalam memasuki masa pemulihan ditengan new normal ini, membutuhkan kerja sama dari banyak pihak, baik Pemerintah dan masyarakat untuk saling berkontribusi.

“Membutuhkan kerja sama dari banyak pihak. Pemerintah dan Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk mempercepat dan memperluas jangkauan program vaksinasi serta mempertahankan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment). Kami mengharapkan kontribusi masyarakat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan 5M yaitu Menjaga jarak, Mencuci tangan, Memakai masker, Membatasi mobilitas, serta Menjauhi kerumunan. Hal ini perlu dilakukan dalam varian Covid-19 apapun. Kami optimis bahwa dengan adanya kolaborasi ini, Indonesia dapat kembali bangkit.” tutup Budi Gunadi Sadikin.

Informasi seputar Asian Insights Conference 2022 dapat dilihat di Instagram: @dbsbankid dan di sini.

- iklan -