LOMBOK, ITN- PERJALANAN Indonesiatripnews.com kali ini menyusuri pariwisata Lombok selama tiga hari pada 20-22 Februari 2019. Bersama rombongan dari Kementerian Pariwisata RI dan 19 media massa lainnya, dengan waktu kurang lebih dua jam, kami tiba di Bandara Internasional Lombok, Praya, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pantai Mawun menjadi tujuan di hari pertama. Dibutuhkan waktu 2-3 jam naik bus dari Bandara Internasional Praya, Lombok ke pantai tersebut.
Pantai dengan nuansa alam yang masih alami dan belum terlalu banyak terjamah ini memiliki hamparan pesisir pantai yang luas, lebih dari 1.000 hektar dengan pasir putihnya yang halus.
Pantai Mawun terletak di Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di sebelah barat Pantai Kuta dan sebelah timur Pantai Selong Belanak. Sama seperti pantai lainnya di Pulau Lombok, Pantai Mawun ini menyuguhkan keindahan alam yang memesona.
Pantai Mawun ini sebenarnya sebuah teluk. Jika dilihat dari atas, garis pantainya berbentuk mirip seperti tapal kuda. Keindahan alamnya bertambah eksotis dengan kehadiran dua bukit bernama Bukit Pengolo dan Bukit Nettem di bagian timur dan barat Pantai Mawun.
Dilanjutkan menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, tepatnya di Jalan Pariwisata Pantai Kuta untuk makan siang di Restoran Segare Anak. Kawasan wisata ini, tahun lalu diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo dan merupakan salah satu dari 11 KEK yang tersebar dari ujung barat hingga wilayah timur Indonesia.
KEK Mandalika terbilang sangat strategis berada di Kabupaten Lombok Tengah di Pulau Lombok. Berjarak 30 menit dari Bandara Internasional Lombok, Praya, dan terbentang sepanjang 14,6 km mulai dari Pantai Mandalika, Pantai Seger, hingga Pantai Tanjung Aan. Tidak heran jika Mandalika menjadi wisata kelas dunia.
KEK Mandalika sudah mulai ditata dengan sejumlah kenyamanan sebagai destinasi liburan, seperti spot foto, bangku yang menghadap ke laut, pelataran, jalur pejalan kaki, dan sejumlah pepohonan baru yang ditanam.
Bagi wisatawam muslim yang ingin menunaikan ibadah solat bisa ke Masjid Nurul Bilad The Mandalika, Lombok yang dibangun dengan megah pada 20 Oktober 2017 lalu.
Selesai solat perjalanan dilanjutkan ke Pantai Seger. Pantai Seger yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah. Menurut warga setempat merupakan tempat di mana Putri Mandalika menenggelamkan diri ke laut. Legenda yang sudah dituturkan turun temurun tersebut berkisah tentang Putri Mandalika yang menjadi rebutan tiga orang pangeran.
Sang putri pun bingung dan akhirnya malah memilih untuk terjun dari atas tebing di Pantai Seger. Putri Mandalika berfikir daripada dirinya menjadi rebutan tiga orang lebih baik ia mengorbankan diri agar membawa manfaat bagi banyak orang.
Setelah terjun ke dasar laut, Putri Mandalika bukannya meninggal namun berubah wujud menjadi nyale atau cacing laut. Alhasil di Pantai Seger hingga kini banyak ditemukan nyale. Nyale-nyale tersebut diyakini merupakan jelmaan Putri Mandalika. Nyale umumnya berwarna merah dan hijau dan biasanya diolah menjadi pepes atau ditumis. Protein nyale sangat tinggi dan rasanya enak.
Setiap tahun pada hari ke-20 bulan ke-10 berdasarkan penanggalan tradisional Sasak diadakan Bau Nyale. Bau Nyale adalah festival di mana masyarakat berkumpul di tepi pantai untuk mengumpulkan nyale. Sayangnya saat mengunjungi area tersebut, nyale tersebut belum keluar.
Pantai Seger berpasir putih, sebagian berbulir sangat khas seperti butiran merica dan menghadap langsung ke Samudra Hindia. Ombak di pantai Lombok Tengah juga menarik minat banyak peselancar baik dari dalam maupun luar negeri. Keindahan bahari wilayah ini juga menyedot perhatian para penyelam dan pecinta alam.
Pantai Seger Lombok merupakan destinasi favorit di wilayah Lombok Tengah bagian selatan karena memiliki struktur alam yang unik dan sangat indah. Mulai dari gugusan bukitnya yang beragam bentuk, pantai berpasir putih, karang yang masih terjaga dan ombaknya yang menjadi favorit para surfer, membuatnya memiliki daya tarik tersendiri.
Tak jauh dari Pantai Seger, perjalanan dilanjutkan menuju Bukit Merese yang berada di satu Kawasan dengan Pantai Tanjung Aan wilayah Kuta Lombok bagian tengah.
Bukit Merese atau warga setempat menyebutnya Merisik yang artinya bukit gundul. Disebut gundul karena tidak ditemuikan pepohonan di atasnya. Ditempat ini wisatawan hanya menemukan satu pohon di ujung barat bukit yang disebut Pohon Galau.
Saat pertama kali datang ke bukit ini, Indonesiatripnews.com merasa seperti berada di New Zealand. Bukitnya terlihat indah karena bergelombang dengan hamparan rerumputan hijau, dengan terdapat kumpulan sapi yang sedang memakan rumput, menjadikan pemandangan yang menyejukan mata dan menjadi menarik untuk berswafoto.
Bukit Merese disebut spot terbaik untuk berburu sunset, karena sinar matahari yang mulai tenggelam akan terlihat indah. Berada di atas bukit ini, tidak hanya dapat melihat hamparan rerumputan, tetapi juga gradasi air laut yang jernih berwarna biru kehijauan.
Akan terlihat berbagai keindahan pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Pulau Awang, Batu Payung, hingga Pantai Tanjung Aan.
Waktupun menjelang sore, Katamaran Hotel & Resort yang terletak di area Pantai Mangsit, Senggigi, Lombok menjadi tempat bermalam, untuk esoknya melanjutkan perjalanan di hari kedua.
Hotel dengan menghadap ke laut dan rimbunnya pepohonan disertai pemandangan matahari terbenam yang indah dari Gunung Agung ini memberikan nuansa alami yang dapat menghilangkan kepenatan.
Sebelum istirahat, The Kliff Bistro dengan menu buffetnya yang menyajikan Ayam Taliwang plus Pelecing Kangkung menjadi tempat untuk makan malam. Makan di restoran ini menjadi ‘gagal fokus’ mengingat saat datang dan disaat menyantap makanan, matahari pas terbenam, dan suasana sinar lilin mengubah area ruangan makan hingga menjadi terlihat romantis dengan suara deburan ombak. (bagian-1)