BEKASI, ITN- WARNATASKU, merek fashion Indonesia yang berdiri sejak 2011 dan berkantor pusat di Jatibening, Bekasi, Jawa Barat pada 27 Agustus hingga 27 September 2017 akan mengikuti pegelaran fashion dan pameran di empat kota Eropa, yakni Moscow, Hamburg, Vienna, dan Milan.
Dengan tema Europe Tour 2017, yakni Treasure of Maumere, Warnatasku mengajak desainer Handy Hartono, Kunce Manduapessy, dan Dana Duryatna untuk mendukung tata busana pada pagelaran fashion tersebut.
“Warnatasku mulai dari 2016 mengikuti ajang Indonesia Fashion Week, kemudian kami didukung oleh Kementerian Perindustrian untuk berangkat ke Moscow memperkenalkan Indonesia, dimana hal tersebut merupakan tahun pertama kali Indonesia mengikuti pameran di Moscow,” ujar CEO Warnatasku, Yudha Pratomo pada jumpa pers Warnatasku “Treasure of Maumere” di Bekasi, Minggu (20/8/17).
Tak hanya ke Moscow, pada Mei 2016 Kementerian Perindustrian juga mengajak Warnatasku ke Berlin untuk membawa nama Indonesia. “Secara B2B kami mempromosikan bahwa Indonesia punya satu kekayaan yang tidak dimiliki negara lain, kalau untuk kualitas semua negara punya kualitas terbaik, tetapi tidak dengan kain tradisional,” ungkapnya lebih lanjut.
Ia mengatakan, “Selama empat tahun terakhir kami mengeksplore mulai dari kain tenun Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua, yang paling diminati pangsa internasional dan lokal, yakni kain tenun Maumere. Untuk itulah rencana tour kami di tahun ini membawa tema kekayaan Maumere, warisan Maumere. Dibalik kain tenun Maumere ada ceritanya”.
Sementara pada kesempatan yang sama desainer Warnatasku yang juga istri dari Yudha Pratomo, Ervina Ahmad, mengatakan, “Nama Warnatasku ini diambil dari permintaan pembeli yang datang ingin tas yang berbeda, misalnya ingin tasku warnanya seperti ini, ingin desain tasku seperti ini, atau ingin tasku lebih cantik, dan lain sebagainya, maka nama Warnatasku menjadi merek kami. Saya menjadikan tas itu sebagai rumah yang yang harus didesain dengan sangat baik dan cantik karena yang masuk ke dalam tas juga sesuatu yang personal,” ungkapnya.
Pasangan suami istri ini menjadikan Warnatasku sebagai salah satu merek tas fashion Indonesia untuk bisa menembus pangsa pasar fashion internasional dengan didasari atas kecintaan Ervina terhadap kain tradisional Indonesia, mereka menerjemahkan rasa cinta tersebut ke dalam bentuk tas sebagai apresiasi kepada budaya warisan yang diteruskan oleh perajin kain tenun Indonesia.
Selaras dengan itu pula, Warnatasku memiliki misi, yakni menjaga kelestarian budaya kain tradisional melalui pengenalan dan promosi dalam bentuk tas fashion, dengan harapan bahwa usaha ini dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan kualitas hidup perajin lokal.
Beberapa negara yang menjadi partner usahanya, yakni kawasan Asia dan Timur Tengah, seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, Australia, Saudi Arabia, dll.
“Banyak yang bilang tas dengan tenun Maumere ini mahal namun seberapa mahal jika dibadingkan jerih payah si perajin membuat kain tenun tersebut dimulai dari memintal benang, membuat pola, lalu membuat pewarnaan dengan 30 kali pencelupan yang tidak boleh kena matahari, dan nilai historinya. Dengan waktu enam bulan masa pembuatan tenun, ini lebih mahal,” jelas Ervina.
Warna tenun Maumere memang luar biasa, pewarnaan alam dari kain tersebut didapat dari kunyit, akar mengkudu, daun nila yang diberi kapur sirih dan tidak boleh kena matahari yang berminggu minggu warnanya menjadi hitam.
“Selain itu saya merasakan sesuatu yang tidak bisa dirasakan, artinya ketika saya bertemu dengan mama-mama perajin di Maumere tersebut ternyata disetiap tenun mereka ada doa, cinta, dan harapan dari kesyukuran suatu keluarga. Berharap tenunnya bisa jadi doa untuk anak-anak cucunya. Sehingga sesuatu yang kita bawa merupakan bentuk cinta,” jelas Ervina.
Tenun yang dipakai setiap ibu-ibu disana menurut Ervina isinya adalah doa. “Jadi disini ada tenun yang desainnya besar itu adalah ibunya, didepan ada warna biru (hitam) itu tanda bapaknya, dan garis-garis kecil menandakan anaknya atau cucunya,” ungkapnya.
Ia mengatakan, “Kenapa perajin Maumere menenun sangat baik karena mereka belum boleh menikah kalau belum bisa menenun, jadi ada tahapannya perempuan di Mumerea harus bisa menenun dan lelakinya harus tahu bagaimana memilih akar yang baik daun mengkudu yang bisa dipakai untuk menenun, kalau sudah paham baru dibolehkan menikah”.
Menenun itu butuh kesabaran yang luar biasa, jika saja salah sedikit dan tidak rata maka harus mengulangnya.
Ia mengatakan, “Kami yakin kain tradisional Indonesia memiliki potensi besar untuk diminati oleh pangsa pasar fashion. Inovasi pada setiap produk, jaringan distribusi yang semakin berkembang dengan meningkatnya jumlah permintaan produk tas di pasar lokal dan internasional menjadikan Warnatasku sebagai merek dengan potensi bisnis yang menjajikan di masa depan”.
Dalam meraih sukses Warnatasku sampai dititik sekarang tentunya tidaklah mudah, begitu banyak rintangan di depan mata dan sangat nyata yang harus dihadapi. Namun dengan semangat komitmen dan optimisme untuk mencapai visi dan misi perusahaan, Warnatasku dengan tagline bisnis “Your Soulmate Handbags” terus berusaha, berkarya, dan berinovasi secara profesional dan integritas yang tinggi untuk menjadi “World Class Ethnic Bags Company”.
“Sejak awal kami berupaya bagaimana membuat produk lokal menjadi minat terutama di Indonesia maupun di luar negeri. Untuk bersaing di luar negeri memang tidaklah mudah tetapi kami yakin Indonesia punya kekayaan dan potensi yang bisa di eksplore,” ujar Yudha menambahkan.
Warnatasku mengeluarkan desain dengan bahan utamanya kain tradisional. “Kadang orang melihat ini tas kulit, padahal bukan. Jadi ini tas etnik. Memang pakai kulit, namun hanya sebagai kombinasi bukan sebagai bahan utama. Hal inilah yang menjadi merek dan nilai tambah buat Warnatasku,” paparnya.
Harga satu buah tas dari Warnatasku dibandrol mulai dari Rp1 juta hingga Rp6 juta, bahkan bisa mencapai Rp26 juta jika dipadu dengan kulit biawak atau ular yang bisa tahan hingga 10 tahun.
Yudha mengatakan, “Melihat kain tenun Maumere yang paling banyak diminati, untuk itulah rencana tour kami di empat kota Eropa tahun ini membawa tema Kekayaan Maumere, warisan Maumere. Dibalik kain tenun Maumere ada ceritanya”.
Di empat kota Eropa menurut Yudha, kegiatan dimulai dari Moscow, Rusia dengan event Collection Premier Moscow yang merupakan rangkaian kelanjutan event dari Panorama Berlin yang pada bulan Juli diikutinya, Warnatasku menampilkan 48 koleksi tas terbaru.
Lalu dari Moscow ke Hamburg, Jerman, dengan fashion show yang menampilkan 24 busana dan 24 tas. “Untuk kegiatan ini kami bekerjasama dengan desainer, dengan membawa pewarnaan alam, karena di Hamburg tidak bisa bermain dengan tas berbahan kulit dari reptil. Reptil tidak bisa masuk ke Jerman, sehingga kami pakai kulit sapi dan domba saja,” terang Yudha.
“Sementara di Vienna, Austria ada target 22 koleksi dalam waktu tiga hari dimana kami menampilkan koleksi kami di bisnis centernya Vienna untuk bantukan dapatkan buyer. Ada fashion show juga,” ungkapnya.
Perjalanan ditutup di Milan dengan pameran khusus tas. Warnatasku menampilkan koleksi terbaru yang bisa mengangkat nama Indonesia untuk bisa bersaing.
Baik Yudha maupun Ervina, pasangan suami istri ini berharap dengan rasa percaya diri, peran serta Warnatasku pada empat kegiatan di kota tersebut akan mendapat pandangan dan respon positif dari industri fashion di benua Eropa. “Kami percaya bahwa di setiap kain tenun tersimpan cinta, doa, dan harapan,” tutupnya. (evi)