- iklan -

BOGOR, ITN – SEBAGAI wujud dari penjabaran visi dan misi organisasi Indonesia Japan Business Network (IJB-Net) dan juga sebagai bagian dari penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB Bogor), akhir pekan lalu dilaksanakan penandatangan kesepakatan  kerjasama antara kedua  lembaga tersebut. Adapun cakupan kerjasama dalam berbagai bidang antara lain pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan  pengembangan bisnis.

Penandatanganan dilakukan Ketua Umum IJB-Net Dr Suyoto Rais dengan Rektor Institut Pertanian Bogor  (IPB) Bogor Dr Arif Satria, SP, MSi, di Bogor.

Direktur Eksekutif IJB-Net Solihin, MPd; kepada Indonesia Trip News.Com menjelaskan  IJB Net adalah organisasi nirlaba yang dimotori para alumni Jepang, diaspora Indonesia di Jepang dan para sahabat Jepang pecinta Indonesia. Diresmikan 8 Agustus 2018 yang dihadiri oleh Menteri Perindustrian, Dubes Jepang, para tokoh-tokoh, dan pengusaha kedua negara.

Sekarang IJB-Net aktivitasnya mulai meluas ke daerah-daerah melibatkan lebih banyak WNI lainnya, dan mendapat dukungan dari akademik, industri, pemerintah, asosiasi, dan lain-lainnya. Di Jepang juga semakin banyak dukungan, bukan hanya para diaspora Indonesia, tetapi para pengusaha Jepang yang ingin mencari mitra ke luar negeri mulai melirik IJB-Net.

Jepang Membutuhkan Sidat 200.000 Ton PertahunPelan tetapi pasti, IJB-Net menjadi organisasi yang siap membantu kolaborasi bisnis Indonesia-Jepang di segala bidang.

Sementara IPB kita kenal termasuk kampus tua di Indonesia yang memiliki segudang prestasi di  banyak bidang, dimana para dosen, dekan, dan bahkan rektornya banyak yang alumni Jepang. Mereka memiliki SDM dan fasilitas cukup baik di negeri ini untuk melakukan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Tetapi terkait pengembangan bisnis, masih banyak hasil penelitian atau bahkan prototype produk yang bagus, tetapi tidak bisa dikembangkan lebih lanjut. Karena itu, mereka menyambut baik ajakan kerjasama dengan IJB-Net tersebut.

“MoU  yang ditandatangani hari ini akan menjadi payung besar untuk kerjasama riset dan pengembangan bisnis ke depan antara IJB-Net yang akan mengajak para mitra Jepang, dengan IPB Bogor. Ada tiga program utama yang akan segera diimplementasikan, yaitu pertama,  pengembangan sidat Indonesia agar mutu dan standarnya bisa diterima luas di Jepang. Kedua, pengembangan produk agro agar produktivitas dan mutunya meningkat dengan adopsi teknologi aplikatif Jepang. Ketiga,  pengembangan kurikulum manufaktur agar lebih matching dengan keperluan industri dengan adopsi pendidikan monozukuri,” kata Ketua Umum IJB-Net Dr Suyoto Rais.

Rektor IPB dan segenap civitas akademika terkait juga hadir dan menyambut antusias. Melalui kolaborasi ini, IPB Bogor berharap bisa mempercepat pengembangan bisnis dari hasil-hasil penelitian dan inovasi mereka ke depan. Sementara pihak-pihak Jepang yang dibawa IJB-Net juga mendapatkan banyak keuntungan terkait riset produk agar bisa sesuai dengan kebutuhan pasar yang mereka harapkan. IPB akan melibatkan tiga fakultas untuk kolaborasi ini, yaitu Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan (FKIP) untuk kolaborasi riset sidat, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) untuk produk agro dan Sekolah Bisnis (SB) untuk pengembangan kurikulum monozukuri yang diharapkan bisa lebih sesuai dengan budaya agrikultur Indonesia.

Menurut Solihin, sebelum penandatanganan MoU antara IPB dengan IJB-Net, sudah dilakukan beberapa kali pembahasan untuk memulai pengembangan sidat Indonesia agar bisa diterima di Jepang. Untuk proyek ini, IJB-Net mengajak mitra di Jepang antara lain Nomura Research Institute (NRI) lembaga riset bisnis swasta terbesar di Jepang yang memiliki kedekatan dengan pemerintah, akademik, dan dunia usaha  di Jepang, tentunya termasuk para buyer sidat. Diikutkannya pihak-pihak Jepang dalam pengembangan sidat, agar program ini bisa berjalan dengan baik dan dapat diterima sesuai keinginan pasar Jepang.

Kebutuhan Sidat 200.000 Ton

Jepang saat ini memiliki kebutuhan sidat lebih dari 200.000 ton per tahun, atau Rp140 triliun pertahun jika diasumsikan harga perkilogram Rp700.000. Dari angka tersebut pasokan dari Indonesia kurang dari 1.000 ton per tahun. Sayangnya, peningkatan volume dari Indonesia sangat sulit karena berbagai hal, di antaranya ditengarai mutu sidat dari Indonesia saat ini kurang bisa diterima pasar Jepang. Melihat kondisi tersebut perlu kolaborasi bersama agar mutu sidat Indonesia bisa diterima oleh pasar Jepang, baik pakarnya maupun praktisi kedua negara.

“Sidat adalah salah satu potensi di Indonesia yang masih bisa kita tingkatkan, IJB-Net  berkomitmen untuk selalu menjadi yang terdepan dalam memberikan solusi  bagi masyarakat Indonesia yang akan berkolaborasi dengan pihak Jepang. Dengan adanya kerjasama bersama IPB Bogor, dimana pengalaman penelitian di IPB tidak diragukan lagi, sangat baik, diharapkan persoalan-persoalan dasar terhadap pengembangan sidat yang dapat diterima pasar Jepang dapat kita selesaikan. Dan pada saatnya nanti kita dapat ekspor lebih besar lagi. Dengan begitu kami di IJB-Net dengan jaringan yang ada tinggal mencari pasar yang lebih luas di Jepang,” tambah Suyoto Rais.

Rektor IPB Bogor Dr Arif Satria, SP, MSi menyambut baik kerjasama ini dan diharapkan dengan kolaborasi antara Institut Pertanian Bogor dengan IJB-Net akan terbuka lebar peluang pengembangan  berbagai bidang yang bisa direalisasikan dan tidak terbatas pada hasil penelitian saja.

“Kami berharap ini tidak hanya berhenti di MoU, tapi ada turunan-turunan lain dari MoU ini yang akan banyak manfaat buat Indonesia untuk masuk ke pasar Jepang. Selain dari sisi bisnis kami juga berharap kemajuan Jepang dalam bidang pendidikan dapat ditularkan kepada Indonesia melalui IPB Bogor. Dengan IJB-Net melalui jaringannya di Jepang diharapkan kolaborasi itu dapat berjalan dengan baik,” tutupnya. (ori)

- iklan -