JAKARTA, ITN- BAIK sekolah maupun universitas di Indonesia saat ini memiliki masalah yang serius dalam mengelola kegiatan sekolah dan universitas. Kendala utama yang dihadapi oleh sistem manual adalah biaya yang boros, performa sistem yang lamban, menambah beban kerja, dan tidak interaktif.
Namun dengan sistem digital yang dikembangkan oleh tim yang terdiri dari generasi muda ini, sistem manajemen dan administrasi menjadi lebih rapi, hemat, cepat dan dapat membantu pihak sekolah, universitas, dan orang tua.
Edugate Learning System (ELS), begitu nama platform digital yang dikembangkan Chief Excecutive Officer (CEO) Edugate Learning System, Vincent Kwan dan timnya, yang dipresentasikan dalam acara “Fashion & Attitude in Business” di Hotel Pullman, Central Park Jakarta Barat, Sabtu (4/2/17).
Vincent, anak muda yang sudah memimpin perusahaan sendiri meski masih mahasiswa ini megembangkan 120 features untuk mendukung proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan terintegrasi dengan sistem digital bagi sekolah dan universitas.
Dimulai dari features yang membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efisien, mudah dan sederhana, yakni e-journals, e-book, online chatting, mobile apps, parental control, plagiarism checker yang bertujuan untuk melakukan pengecekan karya tulis apakah karya tulis tersebut tergolong plagiat atau tidak, dan forum komunikasi bagi guru, dosen, murid, mahasiswa-mahasiswi, serta orangtua.
Di samping itu, dengan adanya fasilitas pendaftaran sekolah atau universitas via online dan sistem pembayaran online melalui Payment Gateaway (DOKU) dapat membantu agar proses pendaftaran murid baru menjadi lebih mudah, efisien dan hemat .
Setiap pembayaran yang terkait dengan sekolah atau universitas, termasuk didalamnya pemberitahuan atas laporan aktivitas siswa dapat diakses secara real-time; tersedianya akses setiap waktu dan dapat dengan mudah diakses oleh guru, dosen, murid, mahasiswa-mahasiswi, dan orang tua untuk mengetahui nilai ujian dan kegiatan belajar mengajar melalui perangkat elektronik, baik melalui komputer maupun melalui mobile phone .
“Custom Design” dan Keamanan Data
Uniknya lagi, setiap sekolah dan universitas yang memiliki sistem ELS ini dapat memiliki nama sendiri yang diinginkan oleh sekolah dan universitas, hal ini karena sistem memang dirancang sesuai dengan permintaan pihak sekolah dan universitas (custom design). Pihak ELS bahkan memberikan server tersendiri kepada pihak sekolah maupun universitas untuk dapat mengelola data-data pribadi milik sekolah dan universitas secara mandiri dan terintegrasi.
ELS dapat menjadi sarana untuk mempromosikan nama sekolah dan universitas yang akan berdampak dengan semakin populernya nama sekolah dan universitas yang menggunakan sistem ELS ini, dengan popularitas sekolah dan universitas yang meningkat, maka jumlah murid atau mahasiswa baru akan meningkat signifikan dengan sistem ini.
Saat ditemui di sela-sela acara “Fashion & Attitude in Business” itu, Vincent Kwan mengatakan, “Sistem ELS akan menjadi jawaban atas permasalahan paling krusial bagi sekolah maupun universitas di Indonesia, ELS dapat merubah sistem pendidikan menjadi tidak lagi boros uang dan waktu”.
Sistem ini menurutnya mampu mengurangi biaya operasional sekolah dan universitas secara drastis dan sekaligus dapat membantu guru, dosen, murid, mahasiswa-mahasiswi dan orang tua untuk terlibat secara proaktif.
Ia mengatakan, “ELS lahir dari keprihatinan kami melihat sistem yang ada di sekolah dan universitas di Indonesia, yang dapat dikatakan saat ini tergolong complicated, mahal, tidak efektif dan efisien serta tidak mampu membantu secara efektif dan efisien bagi pihak manajemen sekolah atau universitas, guru, dosen, murid, mahasiswa-mahasiswi maupun orang tua”.
“Sistem yang kita bangun ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan simple,” kata Vincent Kwan, yang didampingi oleh Dennis Handoko, Head of Marketing Department saat memberikan presentasi di forum itu.
Menurut Vincent, salah satu contoh betapa borosnya penggunaan sistem manual dan masih digunakan hingga saat ini oleh kebanyakan sekolah dan universitas adalah penggunaan mesin fotokopi, printer, dan kertas. Dari perhitungan kami, pihak sekolah atau universitas paling sedikit mengeluarkan biaya kira-kira sebesar Rp1.300.000.000 per tahun untuk biaya penggunaan mesin fotokopi, printer, dan penggunaan kertas.
Selain itu, ELS menurutnya dapat menjadi solusi bagi sekolah dan universitas untuk menghemat ratusan juta rupiah untuk maintenance dan pengembangan sistem baru yang jikalau dikembangkan sendiri oleh pemerintah maupun swasta hasilnya belum tentu optimal. Bahkan dengan system ELS ini beban kerja para pekerja di sekolah maupun universitas menjadi lebih ringan.
Pembiayaan
Lalu bagaimana sistem ELS ini bekerja? Menurut Vincent Kwan, pihak sekolah atau universitas dapat menghubungi ELS untuk membangun sistem ini di sekolah atau universitas. Pihak ELS akan memasang sistemnya di sekolah atau universitas, memberikan server secara gratis dan melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi perwakilan sekolah dan universitas yang dapat diwakili oleh guru, dosen, teknisi, murid, mahasiswa-mahasiswi dan pihak lainnya yang ditunjuk oleh sekolah dan universitas.
Dengan pemberian server secara gratis kepada pihak sekolah dan universitas, maka kerahasiaan data milik sekolah dan universitas tidak lagi menjadi masalah oleh karena data-data sepenuhnya ada di tangan pihak sekolah dan universitas.
“Sistem ELS terbuka untuk sekolah dan universitas dimana saja di wilayah Indonesia. Kami akan membuat sistem yang dapat bekerja secara menyeluruh dan dapat memberikan benefit bagi pengguna kami,” ungkapnya lebih lanjut.
Ia mengatakan, “Pihak sekolah dan universitas tidak perlu khawatir dengan ketersediaan server, karena server yang akan kami sediakan kepada sekolah dan universitas bebas biaya atau gratis, selain itu keamanan atas data-data yang dimiliki oleh pengguna kami juga terjamin, oleh karena pihak sekolah dan universitas sendiri yang handle”.
Bagaimana dengan segi pembiayaannya? Menurut Vincent Kwan, pihak ELS tidak membebankan biaya apapun kepada pihak sekolah dan universitas. Biaya penggunaan sistem ELS akan membebankan biaya pemeliharaan (maintenance) kepada murid dan orangtua saat mendaftarkan anaknya.
“Umumnya pada saat mendaftar ke sekolah, terdapat rincian biaya yang ditanggung oleh siswa, misalnya untuk pembelian seragam, dan lain sebagainya, biaya untuk penggunaan sistem kami dapat ditambahkan sebagai biaya untuk pengembangan sistem administrasi digital sekolah,” kata Vincent Kwan sembari menambahkan bahwa pihak ELS membuka opsi kerjasama dengan pola seperti itu ataupun untuk opsi bentuk kerjasama lainnya. (*/evi)