JAKARTA, ITN- BATIK telah ditetapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya milik Indonesia pada 2 Oktober 2009, dan sejak saat itulah setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik.
Seiring dengan perjalanannya batik telah menjadi kekayaan budaya yang lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia dan berkembang dibelahan Nusantara serta dikenal luas di dunia.
Dalam upaya mendukung pelestarian wastra (kain) Indonesia, berupa batik, songket juga tenun, PT Sutera Agung Properti (SAP) pengembang apartemen Saumata di Kawasan Tangerang menggelar pameran bertajuk “Nusawastra at Saumata” yang terinspirasi dari buku Nusawastra Silang Budaya yang merupakan karya kolektor kain, Quoriena Ginting.
“Saat ini batik telah menjadi tren dunia, bahkan nanti pada awal bulan Februari, pakaian Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menggunakan sarung, jas, serta dikombinasikan dengan batik, akan menjadi ikon utama di beberapa fashion dunia di Milan dan juga New York. Ini menunjukan bahwa kita sudah sangat mengalami kemajuan untuk itu,” ujar Sekretaris Kabinet RI, Pramono Anung dalam sambutannya pada pembukaan Pameran Nusawastra at Saumata di Saumata Apartmen, Tangerang, Banten, Sabtu (4/11/17).
Ia berharap, Quoriena Ginting juga menginspirasi terutama bagi perempuan di manapun untuk bisa menciptakan karya-karya yang tidak kalah dengan karya di luar negeri.
“Saya mengucapkan terimakasih atas apresiasi seni budaya yang luar biasa, yang menjadi kekayaan kita bersama, karena Indnesia ini mempunyai lebih dari 714 suku, lebih dari 1.100 bahasa, lebih dari 17.000 pulau. Betapa kayanya Indonesia, dan itu tercermin dari batik-batiknya yang beragam,” ungkapnya.
Sementara Marketing Director SAP Boy Noviyadi mengatakan, “Pameran ini diharapkan dapat mengungkapkan keindahan dan keunikan yang terkandung pada setiap helai kain tradisional”.
Ia mengatakan, “Semoga pameran ini memberikan kesempatan kepada kita untuk mengenali keindahan ragam kain Nusantara, menghargai kegigihan pembuatannya sekaligus mendorong pelestariannya”.
Quoriena Ginting pada kesempatan yang sama menambahkan, “Sama dengan batik, songket dan tenun juga menjadi cara masyarakat dahulu ‘menulis’ untuk menyampaikan pesan. Terlebih, ragam tenun di Indonesia pun tinggi, termasuk dari bahan dan corak yang dihasilkannya”.
“Ada sentuhan dan rasa setiap simpul benang. Meski jumlahnya tidak akan banyak sebab produksi membutuhkan waktu, tenun ATBM (alat tenun bukan mesin) dan batik tulis menempari nilai tinggi ketika dikenakan maupun dikoleksi, ada kisah di tiap lembanya,” jelas Quoriena.
Pada pameran yang berlangsung sejak 4 hingga 19 November 2017 ini memperlihatkan keindahan songket Palembang, batik Gentongan Madura, batik Pekalongan, Iban Kalimantan, dan Gringsing Bali yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Tak hanya itu pameran tersebut juga diisi dengan kegiatan talkshow dan workshop mengenai batik, tenun, dan songket dengan Quoriena Ginting, Siti Maimona, Dhanny Dahlan, Dudung Alie Syahbana. Tak ketinggalan kegiatan meluki boneka kayu bersama Hadiprana dan tradisiona Sekar Jempiring asal Bali. (sishi)