- iklan -

JAKARTA, ITN – Menjadi salah satu brand pertolongan pertama terkemuka yang telah mendampingi keluarga Indonesia dalam merawat luka selama hampir 100 tahun, Hansaplast kembali memperkuat komitmennya pada perlindungan keluarga Indonesia dengan menghadirkan Hansaplast Plester Bekas Luka.

Hansaplast Plester Bekas Luka adalah plester transparan berperekat yang terbuat dari polyurethane, serta telah yang terbukti secara klinis membantu menyamarkan, mencerahkan dan menghaluskan tampilan bekas luka dalam 8 minggu pemakaian dimana hasil pertama dapat terlihat setelah 3-4 minggu pemakaian.

Mengerti akan bekas luka di area tubuh seringkali membuat seseorang tidak nyaman dan mempengaruhi diri, Brand Manager Hansaplast, Alanna Alia Hannantyas mengatakan Hansaplast kini hadir menjawab kebutuhan tersebut agar bekas luka menjadi lebih rata, cerah dan halus.

“Menjawab akan kebutuhan tersebut, kami menghadirkan inovasi terbaru Hansaplast Plester Bekas Luka. Hansaplast Plester Bekas Luka dirancang untuk membangun penghalang semi-oklusif yang meningkatkan hidrasi jaringan parut,” ujar Alia.

Plester ini menurutnya dapat meningkatkan suhu di jaringan parut, membantu mengaktifkan proses regenerasi kulit, dan mendukung pembentukan ulang bekas luka. Bekas luka menjadi lebih rata, lebih cerah dan lebih halus.

Bersamaan dengan peluncuran Hansaplast Plester Bekas Luka, Hansaplast mengadakan kampanye #SetiapLukaPunyaCerita untuk mengajak para wanita khususnya para ibu untuk membangun kasih sayang antara ibu dan support system-nya dengan menghilangkan stigma mengenai operasi caesar, yang seringkali berujung kepada mom-shaming.

Gelar Kampanye #SetiapLukaPunyaCerita Hansaplast Hadirkan Inovasi Terbaru Plester Bekas LukaPsikolog, Grace Eugenia Sameve, MA, MPsi mengatakan,  Mom-shaming kerap terjadi karena perbedaan pandangan terhadap cara asuh. Mom-shamming lebih rentan terjadi di lingkungan keluarga yang umumnya terdapat interaksi intens dan tidak terhindari, serta tak selalu hadir dalam komentar yang tidak menyenangkan.

“Sebenarnya mom-shaming lebih rentan terjadi di lingkungan keluarga dan kerabat sendiri, interaksi umumnya lebih intens dan tak terhindari. Mom-shaming tidak selalu hadir dalam bentuk komentar yang tidak menyenangkan, namun seringkali juga dari pertanyaan yang tidak sengaja telah menghakimi pilihan seorang ibu seperti mengapa tidak bisa bersalin secara alami? Padahal, seorang ibu baru justru sedang sangat membutuhkan dukungan dari support sistem mereka dalam menjalani fase baru kehidupannya,” ujarnya.

Sementara Mom Influencer, Conchita Caroline Rajasa menambahkan kini masih banyak stigma negatif mengenai proses persalinan caesar yang tak jarang menjadi mom-shaming untuk para calon ibu.

“Padahal memiliki luka caesar bukanlah sesuatu yang memalukan atau membuat ibu tidak lagi cantik, melainkan sebuah sovenir bukti cinta ibu yang luar biasa untuk bertemu dengan buah hatinya. Meskipun aku tidak menyesali luka pasca operasi caesar-ku, bekas luka tetaplah membutuhkan perawatan. Untuk perawatan luka pasca operasi caesar, aku menggunakan Hansaplast Plester Bekas Luka yang telah terbukti dapat membantu menyamarkan dan menghaluskan bekas luka,” tambahnya.

Mengakhiri sesi, Alanna mengatakan proses melahirkan caesar tidak mengurangi esensi sebagai ibu, dan dirinya berharap melalui kampanye #SetiapLukaPunyaCerita dapat memudarkan stigma akan ibu – ibu yang melakukan operasi caesar bukanlah ibu seutuhnya.

Memiliki luka caesar merupakan bagian dari pengalaman yang sangat berharga bagi seorang ibu. Memilih operasi caesar bukanlah hal yang perlu dihakimi karena ibu punya pertimbangan atas kesehatan sendiri dan juga memikirkan kondisi keluarganya karena justru memikirkan keluarga ini adalah esensi seorang ibu yang sesungguhnya.

“Kami berharap melalui kampanye edukasi #SetiapLukaPunyaCerita, Hansaplast bisa turut memudarkan stigma ibu yang melakukan operasi caesar bukanlah ibu yang seutuhnya. Kami ingin ‘luka’ para ibu sembuh secara fisik dan emosional, agar ia lekas kembali nyaman dengan dirinya sendiri dan menghargai setiap jejak perjalanan hidupnya. “ tutup Alana.

- iklan -