JAKARTA, ITN – Tenun dan songket adalah satu-satunya karya anak bangsa yang dapat ditemui di hampir semua daerah di Nusantara bahkan berada di 38 provinsi di Indonesia. Banyak sebutan untuk kain tenun seperti tenun ikat, songket, ulos, tapis, tenun gringsing, double ikat, endek, maupun kain ATBM.
Tenun dan songket memiliki sejarah panjang hingga 1.000 tahun. Tenun dan songket, di masa Kerajaan Nusantara, pernah menjadi alat tukar perdagangan sebelum Indonesia memiliki mata uang Rupiah. Tenun dan songket menjadi pengganti koin emas yang dimiliki para raja, ratu, dan kaum bangsawan.
Untuk mengukuhkan eksistensi tenun dan songket sebagai warisan budaya leluhur Nusantara, Kementerian Dalam Negeri bersama KADIIFA (Komunitas Indonesia Internasional Fashion Art & UKM), Pemerintah DKI Jakarta, dan Kamar Dagang & Industri Indonesia akan menggelar Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo 2023 di Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta pada 2-7 September 2023.
Dalam rangka road to Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo2023, Kemendagri bersama KADIIFA mengadakan gathering dilanjutkan konferensi pers di Gedung BPSDM Kementerian Dalam Negeri RI Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2023).
Hadir pada acara tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI Dr. H. Suhajar Diantoro, MSi., Kepala BPSDM Kementerian Dalam Negeri RI Dr. Sugeng Haryono, M.Pd., Sekretaris BPSDM Kementerian Dalam Negeri RI Moh. Rizal, SE., MSi., Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kewilayahan Kependudukan & Pelayanan Publik BSKDN T. R. Fahsul Falah, S.Sos., MSi., dan penggagas Hari Tenun Nasional Prof. Dr. Anna Mariana SH., MH., MBA.
Pembahasan seputar Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo tahun ini berfokus pada agenda utama yaitu Deklarasi & Penetapan Hari Tenun dan Songket Nasional 7 September oleh Presiden Republik Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Diketahui bahwa Kepala Negara dan Ibu Negara dikenal sebagai pemimpin bangsa yang sangat peduli terhadap warisan budaya Nusantara.
Adapun pemilihan 7 September sebagai Hari Tenun dan Songket Nasional mengacu pada tanggal 7 September 1926, ketika Dr. Soetomo menjadikan “menenun” sebagai mata pelajaran utama di sekolah formal bahkan dijadikan syarat kelulusan siswa.
Dalam Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo juga akan ditetapkan bahwa Presiden Joko Widodo menjadi Bapak Pelindung Tenun & Songket Nusantara.
Pada Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo juga akan digelar pemilihan Putra Putri Tenun & Songket Indonesia 2023, pameran Tenun Songket Keraton Nusantara, UMKM Expo, serta Konser Budaya & Festival Tari Nusantara.
Tenun dan songket memiliki banyak dimensi dalam kehidupan manusia.
Dalam dimensi spiritual, kain tenun alam digunakan sebagai kiswah Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam sedunia. Tenun dan songket juga memiliki dimensi adat dan budaya, dimensi sejarah, dimensi ekonomi, hingga dimensi kesehatan.
Prof. Anna Mariana sebagai pelopor Hari Tenun Indonesia menjelaskan alasan di balik pelaksanaan Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo 2023. Tahun ini adalah tahun kebangkitan pengusaha UMKM, khususnya perajin tenun.
“Ini tahun pertama offline setelah tiga tahun vakum akibat pandemi Covid-19. Event akbar ini merupakan permintaan dari para pelaku UMKM yang menjadi binaan KADIIFA di 38 provinsi, yang didukung Kementerian Dalam Negeri, serta 20 kementerian terkait, dan pemerintah daerah,” ujar Prof Anna.
Prof Anna mengatakan, “Tujuan pertama pelaksanaan Festival Tenun Songket Nusantara & UMKM Expo 2023 adalah melindungi warisan kebudayaan tradisional dan melestarikannya, sekaligus menggerakkan sektor industri ekonomi, bukan hanya dalam bentuk seremoni biasa, melainkan ada pengakuan legal terhadap eksistensi tenun dan songket Indonesia”.
Legalitas diakui Prof. Anna sebagai salah satu kelemahan bangsa Indonesia yang sering dimanfaatkan oleh negara lain untuk mencuri warisan budaya Nusantara. Jika pengakuan warisan budaya hanya dilakukan dalam bentuk seremoni, hal itu rentan untuk jatuh ke tangan negara lain. Saat ini Kemendikbudristek sedang berada dalam antrean pendaftaran warisan budaya ke UNESCO.
“Visi dan misi kegiatan ini untuk mendorong program pemerintah agar songket dan tenun tidak punah melalui sejumlah strategi,” ungkap Prof. Anna.
Pertama, Kemendikbudristek memasukkan sejarah budaya ke dalam kurikulum SD hingga perguruan tinggi. Tujuannya agar generasi muda masa depan mengetahui akar budaya leluhur mereka dan tidak larut dalam ekspansi budaya negara lain.
Terlebih lagi, khazanah budaya tenun dan songket tidak dimiliki banyak negara lain dan hanya berkembang secara turun-temurun di Indonesia.
Kedua, mendorong pengakuan HAKI terhadap motif di setiap daerah 38 provinsi dan 514 kabupaten/kota.
Ketiga, mendorong Kemenparekraf untuk menghadirkan sentra tenun berkualitas dengan produk-produk yang terstandarisasi.
“Di bawah payung Kementerian Dalam Negeri, kita berharap kearifan lokal dapat terintegrasi antardaerah sehingga setiap pemerintah daerah dapat menginventarisasi produk tenun yang sudah diverifikasi,” papar Prof. Anna.
Demikian pula dengan Pemilihan Putra Putri Tenun Indonesia, diharapkan dapat menjadi ‘perpanjangan tangan’ bagi generasi muda untuk menggerakkan daerah, memperluas kecintaan terhadap tenun daerah masing-masing, dan mempromosikan kekayaan tenun dan songket.
Dengan kepiawaian generasi muda di dunia digital, tenun dan songket Nusantara diharapkan dapat dikenal, dicintai, dan dibanggakan oleh semakin banyak rakyat Indonesia.
Resolusi para perajin tenun di tahun 2023 adalah bagaimana memperkuat produksi, pengembangan produk, dan pemasaran di dalam negeri. Penguatan di dalam negeri setelah tiga tahun harus terhenti akibat kondisi pandemi global.
Setelah produksi kembali stabil, akan lebih mudah bagi tenun dan songket Nusantara untuk go international dan bersinar di pentas global.