- iklan -

JAKARTA, ITN- DIABETES atau gula darah bisa mengincar siapa saja, tanpa melihat usia muda ataupun tua. Namun demikian, penyandang diabetes tidak perlu khawatir, karena diabetes bukan akhir segalanya, terutama untuk meraih prestasi bila hidup disiplin.

Diabetes merupakan penyakit metabolisme yang timbul akibat peningkatan kadar glukosa darah atas nilai normal. Bisa dikatakan juga diabetes adalah suatu kelainan pada diri yang berkaitan dengan glukosa darah.

Dok. ITN.Com
Foto. evi

Prevalensi diabetes di dunia dari tahun ke tahun terus meningkat termasuk di Indonesia, ditambah data dari BPJS Kesehatan menunjukkan klaim pembiayaan penyakit katastropik sebagai komplikasi dari diabetes menduduki peringkat pertama terbesar dari keseluruhan pembiayaan pengobatan yang ada. Hal tersebut mendorong pemerintah berupaya untuk mengendalikannya dengan berbagai cara.

Memperingati Hari Diabetes Sedunia 2016, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan puncak kegiatan “Gerakan Indonesia Lawan Diabetes” di Lapangan Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16). Mengambil tema Eyes on Diabetes, gerakan ini menjadi salah satu program kemitraan antara Kementerian Kesehatan dengan PT Kalbe Farma Tbk.

Suasana senam pagi di acara Gerakan Indonesia Lawan Diabetes di Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16). Foto. ist
Suasana senam pagi di acara Gerakan Indonesia Lawan Diabetes di Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16). Foto. ist

“Berdasarkan data dari International Diabetes Federation, pada tahun 2015 menunjukkan lebih dari 50% atau lebih dari 193 juta penyandang diabetes, tak sadar dirinya menderita diabetes,” ujar Dokter Spesialis Diabetes, Profesor dr Sidartawan Soegondo pada sesi jumpa pers “Gerakan Indonesia Lawan Diabetes”.

Menurutnya hampir seluruhnya menderita diabetes tipe 2, tanpa menunjukkan gejala apapun. Biasanya orang yang sakit diabetes harus mengatur gaya hidupnya. Padahal penyakit ini termasuk progresif dan komplikasinya bisa dicegah.

Komplikasi diabetes bisa dibagi menjadi dua, yakni komplikasi pembuluh darah besar dan komplikasi pembuluh darah kecil. “Komplikasi diabetes pembuluh darah besar bisa bepengaruh pada otak, jantung, dan kaki. Sedangkan komplikasi pada pembuluh darah kecil, bisa berdampak pula pada mata, ginjal, dan saraf,” ujarnya lebih lanjut.

Komplikasi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, serangan jantung, stroke, bahkan kebutaan. Bahkan, diabetes yang berdampak pada ginjal bisa mengharuskan seseorang untuk menjalani cuci darah.

“Perlu diketahui, penyakit yang cenderung progresif ini bisa menyerang siapa saja, tidak pandang umur, tidak pandang suku, siapa saja bisa kena. Termasuk di kalangan anak-anak, ekonomi kelas bawah maupun atas. Kondisi gaya hidup bisa menentukan apakah seseorang berpotensi mengidap diabetes atau tidak,” ungkap Prof Sidartawan.

Menurutnya kalau sudah diabetes harus cegah komplikasi dengan pemantauan pemeriksaan gula normal hemoglobin a1c (hba1c). Hba1c memberikan gambaran gula darah selama satu bulan.

Sementara pada kesempatan yang sama Ketua Umum PERSADIA, Prof Dr Agung Pranoto, dr, MKes, SpPD, K-EMD, FINASIM, mengatakan, “Peningkatan glukosa pada tubuh manusia ada banyak penyebab, di antaranya kurangnya insulin yang diproduksi oleh getah perut dan penerima insulin yang diproduksi oleh getah perut”.

Suasana pers conference Gerakan Indonesia Lawan Diabetes di Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16)  Foto: evi
Suasana pers conference Gerakan Indonesia Lawan Diabetes di Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16) Foto: evi

Bagi yang periksa gula sesudah makan dan minum, untuk glukosa darah sesaat itu terindikasi diabetes bila lebih dari 200. Pada dasarnya, penyebab diabetes itu insulin dan penerima insulin. Lebih jelasnya, diabetes terbagi pada dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2.

Diabetes tipe 1 disebabkan tubuh berhenti memproduksi insulin karena perusakan sel pankreas. Biasanya ditemukan pada anak-anak. Sedangkan diabetes tipe II disebabkan pankreas menghasilkan jumlah insulin yang tidak memadai. Bentuknya lebih umum dari diabetes dengan 90% kasus. Biasanya terjadi pada orang dewasa, tetapi akhir-akhir ini ditemukan pada anak-anak.

Ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu timbulnya diabetes, yaitu riwayat keluarga. Jika seseorang memiliki orangtua atau saudara kandung dengan diabetes tipe 2, maka peluangnya untuk mengidap diabates tipe 2 menjadi lebih besar. Usia, risiko diabetes tipe 2 meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah berumur 40 tahun. Hal ini berhubungan dengan aktivitas yang menurun serta kehilangan massa otot dan berat badan. Ras, orang-orang dari latar belakang ras tertentu seperti dari Indonesi Wilayah Timur ditemukan risiko lebih tinggi terhadap diabetes.

Dari kiri ke kanan Arie Untung artis sekaligus MC pada jumpa pers Gerakan Indonesi Lawan Diaetes, Diny Elvirani, Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD, KEMD, FACE, Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Sarah Sechan, dan Prof Dr Agung Pranoto, dr, MKes, SpPD, K-EMD, FINASIM.
Dari kiri ke kanan Arie Untung artis sekaligus MC pada jumpa pers Gerakan Indonesi Lawan Diaetes, Diny Elvirani, Prof Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD, KEMD, FACE, Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Sarah Sechan, dan Prof Dr Agung Pranoto, dr, MKes, SpPD, K-EMD, FINASIM.

“Kegemukan dan obesitas, peningkatan prevalensi diabetes. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki seseorang, maka semakin besar pula resistensi sel terhadap insulin. Aktifitas fisik yang kurang memadai, diet tidak sehat seperti mengonsumsi makanan dan minuman kaya kalori, lemak jenuh dan gula serta rendah serat, memiliki tekanan darah tinggi atau tingkat lipid yang tinggi, dan diabetes gestational, yaitu perempuan yang mengalami diabetes selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2,” paparnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementrian Kesehatan RI, Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, menjelaskan, “Gaya hidup kita sangat memengaruhi pada kesehatan tubuh. Untuk kasus diabetes ada 70% atau 160 juta kasus diabetes tipe 2 di tahun 2040, dapat dicegah dan ditunda dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat”.

Pola hidup sehat itu sangat baik, dan harus diterapkan sejak dini. Apalagi sekarang ini banyak ditemukan kasus anak-anak yang terkena diabetes. Biasanya itu karena perilaku yang tidak sehat seperti pola makan yang kurang serat, dan kurang aktivitas.

diabeteslogo-ildUntuk terhindar dari diabetes Lily menyarakan menerapkan CERDIK, yakni :

  • C, Cek kesehatan secara berkala. Dalam hal ini melakukan tes glukosa darah dan kadar HbA1c secara teratur. Untuk mengecek kesehatan, terkadang membuat seseorang menjadi khawati akan hasilnya bila terdeteksi ada penyakit meskipun sebenarnya hal itu jalan yang terbaik untuk bisa mencegah sekaligus pengobatan langsung secara dini.
  • E, Enyahkan asap rokok dengan menghindari penggunaan tembakau, jangan merokok.
  • R, Rajin aktivitas fisik, yaitu dengan melakukan latihan fisik secara teratur selama 30 menit sebanyak 5 kali dalam seminggu. Jalan kaki dan berenang olahraga yang mudah dilakukan.
  • D, Diet sehat dan seimbang, yaitu dengan mengonsumsi 3-5 porsi buah buahan dan sayuran setiap hari, serta mengurangi asupan gula, garam, dan lemak jenuh. Bisa juga dengan pola makan, diet seimbang dengan porsi 50% buah dan sayur, 25% protein, dan 25% karbohidrat. Hindari makanan/minuman yang manis atau yang  berkarbonasi.
  • I, Istirahat yang cukup,
  • K, Kelola stress dengan baik dan benar.

Campaign Ambassador Indonesia Lawan Diabetes, Sarah Sechan pada kesempatan tersebut mengungkapkan keikutsertaannya dalam mendukung Gerakan Indonesia Lawan Diabetes. “Keikutsertaan saya disini agar masyarakat lebih sadar dalam mencegah dan mengobati diabetes sejak dini,” ujarnya.

Sarah Sechan. Foto. evi
Sarah Sechan. Foto. evi

Sarah mengatakan, “Sebelumnya saya suka mengonsumsi segala jenis makanan tanpa membatasinya. Termasuk makanan pembuka dan penutup, serta makan hingga kenyang”.

Menurut artis yang hobi yoga ini, tubuh itu rumah dan kendaraan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. “Kita perlu menjalani pola makan dan hidup sehat. Kenyang itu bukan berarti hal yang sehat,” ungkapnya.

“Saya mulai mengatur pola makan dengan 3J, yakni jumlah, jenis, dan jadwal serta membatasi asupan gula. Saya merasakan ada perubahan yang berarti saat menerapkan pola ini, tidak cepat lelah dan pusing.” ujarnya lebih lanjut.

Ia menambahkan pencegahan diabetes juga dapat dilakukan makanlah ketika perutmu merasa lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang.

PT Kalbe Farma Tbk yang berfokus pada penyedia solusi kesehatan bekerjasama dengan Kemenkes RI serta Persatuan Diabetes Indonesia menyampaikan misi utamanya dalam kampanye Gerakan Indonesia Lawan Diabetes, yakni meminimalisir prevelensi penderita diabetes dan mengurangi beban pemerintah dalam memberikan edukasi mengenai penyakit tersebut.

Dini Elvirani selaku Group Business Head Kalbe Nutritionals Divison, mengatakan,  “Kita juga akan terus lalukan hal semacam ini, agar awareness masyarakat berubah, dengan iklan masyarakat tentunya”.

Dini Elvirani saat memberikan penjelasan pers Gerakan Indonesia Lawan Diabetes di Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16). Foto. evi
Dini Elvirani saat memberikan penjelasan pers Gerakan Indonesia Lawan Diabetes di Plaza Barat Senayan, Jakarta, Minggu (20/11/16). Foto. evi

“Kami telah melakukan Kampanye Indonesia Lawan Diabetes melalui seminar edukasi kepada lebih dari 1.500 tenaga medis yang diadakan di lima kota besar dan menjangkau lebih dari 50.000 masyarakat awam di lebih dari 43 kota di seluruh Indonesia,” ungkap Dini.

Ia mengataka, “Program 50.000 aksi juga telah mendapatkan respon yang diharapkan, jumlah peserta hingga 15 November sudah mencapai 48 ribu peserta dan jumlahnya masih akan terus bertambah hingga akhir November 2016, bisa dilihat di www.indonesialawandiabetes.com dan #IndonesiaLawanDiabetes”.

Tak hanya itu PT Kalbe Farma, Tbk bekerjasama dengan Kemenkes juga menyosialisasikan aplikasi Diabetes Solution Center (DSC) yang memiliki empat fitur yang dapat diunduh di play store maupun application store pada smart phone atau diakses lewat www.diabetessolution.co.id. (evi)

- iklan -