JAKARTA, ITN- Stres seakan menjadi sesuatu yang sulit dipisahkan dari kehidupan. Terkadang seseorang tak menyadari jika sedang mengalami stres. Kondisi stres pada umunya ditandai dengan gejala sakit kepala, gelisah, tegang, dan tak karuan.
Kondisi stres akan berdampak buruk untuk kesehatan tubuh, pikiran dan mood seserang apalagi jika terjadi pada ibu hamil yang lebih cenderung rentan mengalami stres. Walaupun akhirnya semua perubahan dan gejala-gejala hamil yang muncul dan dirasakan ibu saat kehamilan baik itu secara psikis atau mental (stres saat hamil) pada akhirnya berbuah manis dan tak terbayarkan oleh apapun ketika sang buah hati lahir dengan selamat.
Pada umumnya stres atau tekanan yang mendera ibu hamil adalah hal yang normal sepanjang tingkat tekanan tersebut tidak terlalu tinggi. Lalu, mengapa stres pada ibu hamil dikatakan wajar? Hal tersebut dikarenakan selama fase kehamilan metabolisme tubuh wanita hamil mendapat perubahan signifikan yang disebabkan fase masa kehamilan dan tubuh ibu berusaha beradaptasi secara alami dengan perubahan tersebut.
“Di trimester 1, ciri-ciri stres janin sulit untuk diketahui. Sedangkan di trimester 2-3, dapat diketahui dari frekuensi denyut jantung dan juga gerakan bayi. Dapat dideteksi juga melalui USG, CTG, dan dengan kurva pertumbuhan janin,” ujar ahli kandungan, DR dr Taufik Jamaan, SpOG pada acara talkshow “Kenali Stres pada Bayi” di Jakarta, Minggu (31/7/16).
Menurutnya stres pada janin juga dapat berasal dari Ibu. Apabila Ibunya stres maka janin juga akan stres. Stres pada ibu hamil, bisa berupa stres fisik dan mental. Ada dua faktor yang memicu stres tersebut yakni faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal karena kelelahan bekerja, perjalanan macet, dan kurang tidur bisa menyebabkan stres fisik pada ibu hamil. Sedangkan faktor internal dipicu oleh pikiran dan perubahan emosional pada ibu hamil.
Stres yang dialami ibu ini akan berdampak pada kandungan sehingga sering menyebabkan kontraksi. “Efek stres pada janin bisa mengakibatkan gerak bayi di dalam perut menjadi berkurang atau bertambah cepat. Sehingga seringkali memicu kontraksi hingga akhirnya membuat ketuban pecah dan bayi lahir prematur,” ungkapnya.
“Selain itu juga, bisa terjadi gangguan pada organ bayi. Misalnya cacat tulang belakang. Ibu stres juga berisiko melahirkan anak yang menalami autisme,” ujar dr Taufik.
Lebih lanjut ia menjelaskan, “Stres juga bisa membuat bayi ikut stres yang mengakibatkan dia mengeluarkan kotoran. Kotoran itu bisa bercampur dengan ketuban dan membuat bayi keracunan. Ketubannya terkontaminasi sehingga bisa menimbulkan infeksi bahkan sampai kematian”.
Dokter Taufik menyarankan, untuk menghindari risiko tersebut, sebaiknya ibu banyak mengajak bicara atau bernyanyi untuk bayinya yang masih di dalam perut. Hal ini penting dilakukan untuk membentuk ikatan dengan buah hati.
Menurutnya berkomunikasi dengan suami juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi stres. “Ceritakan saja semua pada suami. Kalau sedang kontraksi atau pegal. Apapun cerita ke suami. Itu akan menjadi ventilasi yang penting bagi ibu hamil supaya semua jangan disimpan terus sendiri. Itu tidak baik. Dengan cerita ini, meskipun mungkin suami tidak fokus mendengarkan, akan memberikan perasaan gembira,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, “Saat hamil istri sangat membutuhkan dukungan dari suami. Meskipun ini proses alamiah yang dilalui ibu, tetap saja seorang perempuan membutuhkan dukungan dalam mempersiapkan diri menjadi seorang ibu. Baik dukungan dari suami, saudara, maupun ayah-ibu. Karena ibu hamil itu menjalani proses yang berat”.
Selain itu, menurut dr Taufik, ibu hamil juga perlu melakukan relaksasi atau melakukan sesuatu yang membuat perasaannya senang. Apakah itu berbelanja atau melakukan hobi yang disukainya selama tidak membahayakan kehamilan.
Ia menegaskan, “Suami juga harus sering mengelus dan membelai istri. Ini bisa memberikan endorfin, menambah kenyamanan bagi istri maupun bayi akan merasa lebih nyenyak di dalam perut”.
Dalam mempersiapkan kelahiran, kehadiran suami juga sangat dibutuhkan keterlibatannya. Karena kelahiran itu bukan hanya proses yang dilakukan sang ibu, tapi juga ayah bayi.
Kemudian, jalinlah komunikasi yang baik dengan dokter kandungan. Dokter kandungan yang baik menurutnya yang bisa memahami kondisi psikologis ibu hamil.
Sementara pada kesempatan yang sama Marketing Manager Sweety Gold, Wenny Damayanti, mengatakan “Stres pada ibu hamil tentunya tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan berpotensi menganggu proses kehamilan. Janin dalam kandungan juga bisa stres, sayangnya janin kita tidak bisa menyampaikan apa saja yang menjadi sumber stresnya”.
“Talkshow yang merupakan rangkaian dari Sweety Parent Academy hari ini bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak ramai khususnya ibu-ibu muda yang sedang hamil untuk mengenali tanda stres pada janin,” ungkapnya.
Dengan pengelolaan tingkat stres oleh ibu, kondisi bayi pun menurut Wenny akan baik dan ketika waktunya tiba, dia akan siap untuk dilahirkan.
Ia menjelaskan, “Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan setelah bayi lahir yaitu pemakaian popok yang tepat. Kulit bayi yang baru lahir biasanya sangat sensitif terhadap gesekan dengan benda asing. Oleh karena itu penggunaan popok harus diperhatikan, dan yang penting dalam pemilihan popok adalah sudah memiliki terujii klinis serta dipercaya oleh para ahli dan juga pemilihan bahan material popok yang berkualitas tinggi”.
Menurutnya Sweety Gold adalah satu-satunya popok di Indonesia yang teruji klinis oleh Australian Dermatologist dan aman untuk kulit bayi sesensitif apapun. Sweety Gold memiliki dua tipe yaitu tipe celana dan tipe perekat.
“Tak hanya itu Sweety Gold menggunakan diamond layer technology, yaitu permukaan bermotif berlian yang sangat lembut dan mampu mendistribusikan cairan secara merata dan menyeluruh sehingga popok bayi Sweety Gold ini cepat kering dan mencegah lembab,” ungkapnya.
Sweety Pantz Gold tipe celana juga dilengkapi dengan wetness indicator atau penanda popok apabila sudah penuh dan harus diganti. Untuk di Sweety Comfort Gold New Born tipe perekat, dilengkapi dengan lapisan luar yang bersikulasi udara sehingga tidak pengap dan lembab, sangat cocok untuk bayi baru lahir.
Tips menghindari stres dari Dr dr Taufik Jamaan, SpOG :
- Rutin melakukan kunjungan ke dokter sesuai yang disarankan dan menjaga kebersihan pada bagian kemaluan.
- Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan tubuh dan memastikan kebersihan bagian kemaluan tetap terjaga.
- Sebaiknya ibu hamil tetap menjaga asupan makanan dengan batasan 300 kalori, penuh gizi, dan mengatur pola makan seimbang.
- Memperhatikan kenaikan berat badan, yakni sebaiknya dua kilogram per bulan. Kalau kenaikannya terlalu cepat, tekanan darah bisa meningkat. Cairan bisa terkumpul di kulit dan muncul gejala preeklampsia.
- Ibu hamil juga harus memperhatikan kondisi fisiknya. Mengandung tentu membuatnya selalu membawa beban berat di tubuhnya, jadi ketika merasa lelah segeralah beristirahat.
- Meski tidak boleh kelelahan tapi bukan berarti ibu hamil hanya berbaring saja di rumah. Ibu hamil harus tetap menjaga aktivitasnya dengan melakukan olahraga ringan selama 30 menit. Berolahraga dapat menambah kekuatan jantung dan membuat otot panggul serta rongga panggul menjadi lebih fleksibel sehingga melahirkan menjadi lebih mudah.
- Atasi stres dengan selalu memiliki pikiran positif. Selalu bersyukur karena sudah diberi kehamilan sehingga bisa menjalani kehamilan dengan baik. (evi)